Saat sudah sampai di hotel milik Papa, Maya dan Naya langsung menuju ke resto hotel tersebut.
“Kok gue deg-degan ya?” Tanya Naya saat di jalan menuju resto.
Maya yang di sebelahnya langsung menoleh.
“Lama gak ketemu kali, jadi nervous gitu,” Jawab Maya sekenanya.Anehnya, Naya mengangguki omongan Maya.
Begitu sampai di resto, mata Maya menoleh ke segala arah. Mencari Mama dan Papa yang katanya ingin bertemu. Ada seseorang yang melambai-lambaikan tangannya ke arah Maya dan Naya. Maya meyakini bahwa itu adalah Mamanya. Dia pun menghampiri meja yang ada orang itu, Naya mengikuti di belakang.
“Kalian ini lama banget sih,” Ucap Mama saat Maya dan Naya sudah tiba di meja itu. Terlihat di meja itu ada dua orang lain selain Mama dan Papa.
“Iya, Ma. Preparenya niat. Hehe.” Ucap Maya.
“Naya, Papa kangen banget sama kamu, Sayang.” Ucap Papa saat melihat Naya yang masih sedikit canggung.
Maklum, ini kali pertamanya mereka bertemu kembali setelah Naya melanjutkan sekolah di Seoul.
“Iya, Pa. Naya juga kangen sama Papa.” Ucap Naya, matanya sudah berair nyaris menangis.
“Hush, udah, jangan nangis ah. Anak Mama.” Ucap Mama sambil berdiri dan memeluk Naya. Naya membalas pelukan yang sudah lama tak ia rasakan.
Maya yang melihat itu juga tersenyum.
“Sini, Kak. Duduk di sebelah Papa.” Ucap Papa sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya. Maya mengangguk. Kedua orang asing yang tak pernah ia lihat pun tersenyum padanya. Maya yang tidak tau apa-apa hanya membalas senyum itu sejenak.Setelah acara ‘kangen-kangenan’ antara Mama, Naya, Maya dan Papa selesai, Mama mengenalkan dua orang asing itu pada Naya dan Maya. Ternyata mereka adalah suami-istri teman sebisnis Mama dan Papa.
“Ma, kok yang itu kosong sih?” Bisik Naya. Mama tersenyum singkat.
“Itu buat anak Om sama Tante Ray, Sayang.” Balas Mama berbisik juga. Naya mengangguk pelan sambil ber-oh ria.
“Emm, aku izin ke toilet dulu ya semua.” Ucap Maya sambil bangkit dari duduknya. Setelah Papa mengangguk, ia segera ke kamar mandi terdekat.
Selang lima menit, seorang lelaki berjas hitam dengan mengenakan kemaja putih di dalamnya datang menghampiri meja yang berisi Mama, Papa, Naya, Om dan Tante Ray.
“Maaf telat, semuanya.” Ucapnya sambil mengambil alih kursi kosong yang kata Mama tadi adalah kursi untuk anak Om dan Tante Ray. Naya menatapnya dengan intens.
Jadi ini anak Om dan Tante Ray. Hmm, cakep juga. Tapi cakepan Tama, hahaha, Batin Naya sambil mengulum senyumnya dalam tunduk.
“Kamu nih, main duduk aja. Belum kenalan juga sama temen Mama.” Protes Tante Ray.
“Eh, iya, lupa. Hai Om, Tante. Aku Petra Ray Moon.” Ucap Petra –anak Om dan Tante Ray.
Naya langsung menegakkan kembali kepalanya yang semula tertunduk dan matanya terlihat sedikit terbelalak.
Mata Petra tertuju pada Naya. Senyumnya pun mengembang.Cantik banget, Batin Petra.
“Oh iya, kamu ganteng ya. Mirip artis Korea.” Komentar Mama. Naya masih menatap Petra sampai kepalanya sedikit miring.
“Dek, kamu ngapain sih?” Tanya Papa saat melihat putrinya melakukan hal yang menurutnya aneh. Naya menoleh pada Papa.
“Eh, enggak, Pa. Cuma lagi liatin dia, kata Mama mirip artis Korea, aku lagi mikir, mirip artis Korea dari mananya.” Ucap Naya polos, membuat yang ada di meja itu tertawa ringan. Naya hanya menaik-turunkan bahunya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose To Love You ✔
Teen FictionWanita dikodratkan untuk dikejar, sedangkan lelaki dikodratkan untuk mengejar. Setuju? Yup, kebanyakan manusia setuju akan hal itu. Tapi, pengecualian untuk Maya. Seorang gadis yang nyaris 3 tahun mengejar seorang lelaki yang ia sukai, Rama. Hmm...