Rama sudah lari sesuai jumlah huruf di namanya. Beberapa kali adik kelas menawarinya minuman, namun Rama tak pernah meresponsnya. Ia lebih memilih untuk langsung kembali ke kelas.
Saat Rama berjalan menuju kelasnya, ia tak sengaja melihat Petra dan Maya di dalam UKS. Entah apa yang mereka lakukan, Rama tak tahu. Tapi, setelah melihat itu, Rama tampak enggan untuk ke kelas. Ia pun memutuskan untuk pergi ke atap sekolah. Ia ingin bolos sepenuhnya.
~~~
"Lo gak pa-pa sendirian?" Tanya Petra. Maya mengangguk pasti.
"Udah bilang Rara kalo lo di UKS?" Maya kembali mengangguk. Petra sedikit menghela napas.
"Ya udah, gue tinggal ya." Petra mendapat anggukan lagi.
"Istirahat yang bener." Ucap Petra sambil mengusap kepala Maya pelan. Maya tak melakukan penolakan. Petra sudah terlanjur melihat sisi lain dirinya yang selalu ia sembunyikan dari orang lain.
Setelah mengusap kepala Maya, Petra keluar dari ruang UKS. Ya, tadi Maya benar-benar mengeluarkan semua air mata miliknya. Sekarang, matanya juga sembab karena lelah menangis. Petra pun menyarankannya supaya tidak masuk kelas dan diam di UKS saja.
Ia sudah mengabari Rara lewat Line. Rara pun membalasnya kalau ia akan ke UKS setelah guru SBK-nya keluar kelas.~~~
Rara langsung membuka pintu UKS dengar kasar saat sudah berada di depan ruang UKS, membuat Bu Cici, penjaga UKS terkejut setengah mati.
"Kamu mau bikin saya jantungan, hah?" Omel Bu Cici.
"Maaf Bu, saya buru-buru." Ucap Rara. Bu Cici hanya menggelengkan kepalanya. Rara pun segera mencari di mana ruang yang ada Maya di dalamnya. Setelah menemukan ruangannya, Rara segera masuk dan mendapati Maya sedang tertidur. Ia benar-benar terlihat lemah sekarang.
Rara mulai mendekati Maya dan duduk di bangku plastik yang memang disediakan untuk teman yang ingin mengunjungi temannya. Benar-benar seperti ruang rawat di rumah sakit. Tangan Rara meraih tangan Maya pelan. Tak pernah Rara melihat Maya begitu lemah seperti ini.
"May, lo kenapa bisa sampe kayak gini sih?" Gumam Rara.
Mendengar gumaman Rara membuat Maya mulai bangun dari tidurnya dan mengambil posisi bersandar pada bantal. Ia mencoba tersenyum untuk meyakinkan Rara kalau ia baik-baik saja.
"Lo kenapa, May? Cerita sini sama gue." Ucap Rara khawatir. Maya masih tersenyum, namun dia terlihat enggan bercerita.
Rara menghela napas. Ia sudah paham kalau Maya hanya tersenyum, itu tandanya ia belum siap untuk menceritakan masalahnya.
~~~
Pukul 3 sore Maya sudah pulang ke rumah. Ia full tidak masuk ke kelas sejak jam istirahat pertama. Saat pulang tadi, Petra berniat mengantarnya pulang, namun Maya melarang Petra melakukannya. Ia tak mau Petra melihat dirinya lebih dalam lagi. Walau bisa saja Petra akan melihat dirinya yang lebih terluka.
"Aku pulang." Ucap Maya lemas ketika memasuki rumah. Naya yang kebetulan sedang duduk di ruang tengah langsung menoleh ke arahnya.
"Tumben lemes. Kenapa lo Kak? Ada masalah di sekolah?" Tanya Naya. Maya menggeleng sambil ikut duduk di ruang tengah.
"Terus kenapa?"
"Lagi gak mood aja gue."
"Oh." Sahut Naya sambil mengangguk.
"Eh, lusa 'kan hari Ibu, lo udah beliin Mama apaan?" Tanya Maya.
"Hari Ibu? Emang sekarang tanggal berapa, Kak?" Tanya Naya balik. Maya menatap Naya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose To Love You ✔
Teen FictionWanita dikodratkan untuk dikejar, sedangkan lelaki dikodratkan untuk mengejar. Setuju? Yup, kebanyakan manusia setuju akan hal itu. Tapi, pengecualian untuk Maya. Seorang gadis yang nyaris 3 tahun mengejar seorang lelaki yang ia sukai, Rama. Hmm...