Bagian 17 : Closer

50 2 0
                                    

Keesokan harinya, Maya berangkat sekolah seperti biasa. Semalam Petra tak membalas chat darinya. Mungkin kuota internetnya abis, pikir Maya.

Entah kenapa, hari ini ia agak sedikit lemas. Padahal dia sudah bertemu Rama di gerbang samping, seperti biasa. Tapi, dia biasa saja. Malah Rara lah yang terlihat menggebu-gebu saat membicarakan Rama yang terlihat makin tampan.

“Lo kenapa sih, May?” Tanya Rara saat mereka di kantin. Maya menggeleng malas sambil mengaduk-aduk mi ayamnya.

“Cerita aja, May. Ada masalah apa?” Tanya Fernan. Maya menghela napas panjang.

“Gue duluan.” Ucap Maya lalu meninggalkan dua orang itu. Rara dan Fernan saling menoleh.

“Dia kenapa?” Tanya Fernan. Rara menaik-turunkan bahunya, tidak tahu.

Mereka pun menatap punggung Maya yang semakin menjauh. Karena mereka tahu, jika Maya sudah seperti ini, tandanya ia butuh waktu sendiri. Tanpa siapapun.

~~~

Kini, Maya Putri sudah berada di taman belakang yang kebetulan sedang sepi. Karena biasanya jam istirahat taman belakang penuh sama orang pacaran. Maya pun memutuskan untuk duduk di bangku yang menghadap danau buatan.

Ia mendongakan kepalanya beberapa saat, lalu menegakkan kepalanya diikuti helaan napas yang terdengar agak berat. Tangannya meraih ponselnya yang berada di saku roknya. Membuka galeri dan menekan salah satu folder yang ada di sana, tepatnya folder foto keluarga.

Ia melihat foto itu satu per satu. Ada fotonya dengan Naya, Papa, dan yang terakhir, Mama. Saat melihat fotonya dengan Naya dan Mama, Maya benar-benar terlihat mencoba mengingat moment dalam foto itu. Foto yang ambil Papa saat melihat Mama membacakan dongeng Malin Kundang saat umur Maya dan Naya baru 5 tahun.

Flashback.

Mama, Naya, Maya, dan Papa sedang berada di ruang tengah. Dengan berbagai tumpukan buku cerita di dekat mereka. Rutinitas yang keluarga ini lakukan bila weekend.

“Mama, ceritain cerita ini dong!” Pinta Maya kecil dengan sebuah buku di tangan kanannya.

“Yang ini aja, Mama.” Pinta Naya kecil juga dengan buku di tangan kecilnya.

Mama tersenyum melihat tingkah aktif dua putri kembarnya itu.
“Coba sini Mama liat, cerita siapa yang bagus, itu yang Mama bacain.” Maya dan Naya sama-sama menyodorkan buku itu pada Mama.

Cerita yang dipilih Naya itu cerita Putri Salju dan 7 Kurcaci, sedangkan cerita yang dipilih Maya adalah cerita Malin Kundang.

“Hmm, buku Kakak bagus nih.” Ucap Mama, membuat Maya tersenyum senang dan Naya cemberut.

“Mama curang! Masa Kakak mulu. Aku dong, Ma.” Protes Naya. Mama tersenyum sambil mengusap rambut Naya lembut.

“Cerita Naya juga bagus kok. Tapi, kita baca cerita Kakak dulu ya, baru abis itu cerita Adek.” Ucap Mama memberi pengertian.

Naya masih cemberut. Maya yang melihat Naya langsung merogoh sesuatu di tas kecil miliknya. Ada, sebuah permen coklat dengan ukuran yang tidak kecil. Maya pun memberikan permen itu pada Naya.

“Nih buat Adek.” Kata Maya. Naya menatap Maya.

“Permen Kakak buat Adek. Tapi, dengerin cerita Kakak dulu, ya.” Naya terlihat sedikit melunak. Tangannya mulai meraih permen itu. Maya tersenyum, Naya juga.

“Makasih Kakak. Tapi, abis cerita Kakak, cerita Adek ya, Ma.” Mama mengangguk.

Mama pun menatap Maya yang juga menatapnya. Mama tersenyum sambil mengusap kepala Maya lembut.

I Choose To Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang