Bagian 14 : Forgive

59 4 0
                                    

Kini, Petra Ray Moon –putra tunggal Ray Moon Corp sedang menatap layar ponselnya dengan tatapan nanar. Di ponselnya menampilkan aplikasi Line, tepatnya obrolannya dengan Naya yang ia kira Maya.

Senyum miris terukir di bibirnya. Matanya masih menatap chat yang tidak pernah dibalas itu, hanya sekadar dibaca.

Petra : Hai.. Maya..
Petra : Inget gue, ‘kan?
Read

Petra : Yah, kok cuma dibaca doang? Gak mau bales?
Read

Petra : Oke, kalo lo belum mau bales chat gue. Gue gak maksa kok. Semoga kita bisa ketemu di luar sekolah lagi di lain kesempatan =)
Read

Petra langsung menghela napas panjang sambil memejamkan matanya. Ia masih tidak percaya dengan pengakuan Maya sore tadi.

“Lo tuh kenapa sih? Pas pertemuan keluarga kita, lo baik-baik aja sama gue. Terbuka banget malah. Nah, sekarang kenapa lo jadi gini, May?”

“Itu bukan gue!”

“A-a-apa lo bilang?”

Sorry, itu bukan gue. Itu kembaran gue. Sorry.

“Argh…” Geram Petra sambil mengacak-acak rambutnya kesal. Pernyataan Maya benar-benar mengejutkan untuknya.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar cukup keras.
“Sayang, ayo makan! Kamu belum makan malem loh.” Ucap seseorang di balik pintu kamar Petra. Petra hanya menatap pintu itu tanpa ada niatan untuk membukanya.

“Males, Ma. Nanti kalo aku laper, aku makan.” Balas Petra berteriak.

Mama Petra hanya menghela napas. Ia tahu sifat anak semata wayangnya itu.
“Ya udah. Lauknya ada di meja ya, Sayang”

“Hmm,”

~~~

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, Petra belum juga makan. Padahal ia memiliki sakit maag yang cukup parah. Ia masih teringat beberapa kenangan dengan Maya, mulai dari saat dirinya menggoda Maya di jam pelajaran olahraga gabungan kelas XII IPS 1 dengan XII IPS 5,

Di tengah-tengah sit-up, Maya yang sedang menahan kaki Petra diajak bicara oleh sang empunya kaki.
“Lo kenapa cemberut mulu?” Tanya Petra disela-sela dirinya melakukan sit-up. Maya menatapnya malas. Tak ada niat menjawab pertanyaan Petra.

“Ck, gue ngajak lo ngobrol kali. Jangan didiemin dong.” Ucap Petra saat badannya mengangkat dan wajahnya tepat berada di depan wajah Maya.

“Ih, bawel lo. Udah lanjutin, buruan. Gue kan mau buru-buru istirahat.” Omel Maya. Senyum Petra pun mengembang. Maya malah menatapnya aneh.

“Malah senyum lagi, aneh dasar.”

Memberi Maya minuman sehabis olahraga,

“Buat lo.” Ucap Petra sambil memamerkan senyum manisnya.

“Gak, makasih. Gue udah bawa minum sendiri.” Tolak Maya secara terang-terangan.

Petra meraih tangan kanan Maya dan memindahkan botol minum yang sebelumnya di tangannya ke tangan Maya. Maya terbelalak dan hendak melepaskan botol itu, namun, Petra menahannya.

“Ambil. Gue gak suka ada penolakan.” Paksa Petra sambil mendorong tangan Maya, mendekatkan botol itu pada dirinya. Tanpa perintah, Petra langsung duduk di sisi kanan Maya sambil terus tersenyum.

“Apa-apaan sih lo ngasih gue minum gini? Terus ngapain lagi lo duduk di sebelah gue?” Tanya Maya sambil menggeser posisinya menjadi lebih jauh dari Petra.

I Choose To Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang