Bagian 11 : Acknowledgement

101 5 0
                                    


"Pagi, Non." Sapa Bi Eti saat dilihatnya Maya turun dari kamarnya, disusul Naya di belakangnya. Raut wajah mereka tak terlalu berbeda. Maya memasang wajah datar, sedangkan Naya memasang wajah datar mendekati cemberut. Sepertinya, dia masih kesal dengan insiden kemarin.

Bi Eti merasakan aura dingin dari kedua anak majikannya itu saat mereka duduk di meja makan. Tanpa disuruh, Bi Eti langsung menyiapkan sarapan di meja makan.

Saat makan pun, baik Maya maupun Naya sama-sama tak ada yang mengeluarkan suara. Biasanya, Bi Eti akan geleng-geleng kepala karena melihat pertengkaran antara Maya dan Naya. Tapi, hari ini benar-benar berbeda.

"Emm, Non Maya sama Non Naya, baik-baik aja, 'kan?" Tanya Bi Eti saat dirinya tak tahan dengan keheningan yang tercipta di antara keduanya.
Maya dan Naya sama-sama menghentikan aktivitas menyuap makanan ke dalam mulut mereka.

Secara kompak, mereka menoleh ke arah Bi Eti, lalu saling melirik satu sama lain.

"Baik, Bi. Aku oke." Ucap Naya sambil mencoba tersenyum pada Bi Eti.

"Aku juga baik-baik aja, Bi." Tambah Maya.

Bi Eti menatap kedua anak kembar itu. Mencoba mencari kebenaran dari mata keduanya.
"Oh, oke. Bibi mau lanjut ke dapur deh." Ucap Bi Eti sedikit canggung. Maya dan Naya mengangguk.

Setelah dilihatnya Bi Eti sudah jauh dari meja makan, Maya dan Naya saling menatap. Terlintas dipikiran Maya.

Nasib baik telepati kita lagi bagus.

Naya membalas lewat telepati juga.
Iya. Ini semua gara-gara lo, Kak.

"Kok gue?" Tanya Maya. Ia tak fokus makan kalau harus terus-menerus bertelepati.

"Iyalah. Coba kalo kemaren lo gak cabut, pasti gak bakal gue yang terus-terusan acted as if I was you." Ucap Naya lalu memasukkan sesendok nasi beserta lauknya.

Maya menghela napas.
"Ya udahlah, gak usah dibahas."

"Kalo lo gak maksa gue ikut, si Petra gak bakal keliru, Kak. Mana dia nge-Line gue mulu. Kalo Tama liat gimana coba? Ah, tau ah." Keluh Naya.

Maya sedikit kaget saat didengarnya Naya bilang kalau Petra mengirimkan pesan lewat Line. Tapi, wajahnya yang terlampau datar, mampu memanipulasi ekspresi itu.

"Mana sini gue liat chat-annya."

Naya merogoh saku celana santainya, mengambil ponselnya di sana, lalu memberikannya pada Maya.

Maya menerimanya dan mengecek Line milik Naya. Ada. Ada pesan Petra di sana.

"Gak lo bales, 'kan?" Tanya Maya. Naya menggeleng pelan sambil mempercepat kunyahannya. Ia ingin menjelaskan sesuatu pada Maya.

Setelah makanan itu tertelan habis, Naya baru menjelaskan.
"Gue takut mau bales chat-nya. Lagian, kalo salah-salah gimana?" Maya mengangguk cepat.

"Bagus, bagus. Jangan sampe lo ladenin dia. Cukup dibaca aja." Ucap Maya. Naya mengangguk.

Tiba-tiba Naya teringat rencana hari ini yang telah ia rancang semalam. Ia ingin pergi berbelanja bersama Maya.

"Eh, Kak, lo ada schedule gak hari ini?" Tanya Naya. Maya terdiam sejenak.

"Kayaknya gak ada, Nay. Kenapa emang?"

"Shopping yuk!"

Beberapa detik Maya terdiam.

“Ih, Kak, malah diem. Mau gak?” Tanya Naya.

“Emm, ya udah deh. Boleh.” Jawab Maya setelah berpikir cukup lama.

“Nah gitu dong. Jawab iya aja lama banget. Ya udah, abis ini kita prepare ya.” Maya mengangguk.

I Choose To Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang