"Terus lo ngasih apaan buat nyokap lo, May?" Tanya Rara saat dirinya, Maya dan Fernan jalan beriringan di lorong kelas sebelas.
"Ya itu, bunga mawar biru." Jawab Maya. Fernan menatap Maya bingung.
"Kenapa harus mawar biru?" Tanya Fernan.
"Gue suka aja. Emang kenapa? Gak boleh?" Jawab Maya jutek. Fernan langsung menatap Maya kesal. Dia 'kan bertanya secara baik-baik, kenapa malah dijawab dengan nada bicara yang tidak mengenakkan seperti itu?
Fernan pun menoyor kepala Maya.
"Nyelow ae jawabnya!"
"Ih, Sayang, dia itu temen aku lho. Kamu jangan galak-galak gitu!" Kini giliran Maya yang menjulurkan lidahnya ke arah Fernan. Rara memang teman yang baik.
"Kamu belain dia, yang?" Tanya Fernan. Rara mengangguk pasti. Maya memamerkan senyum puasnya.
"Haha, rasain lo. Rara the best lah."
"Mati ae lo, May!"
"Fernan!"
"Iya, sayang, maaf. Abis dianya ngeselin."
"Tapi dia temen aku, Fernan."
"Iya, Fer. Gue ini temen pacar lo. Lagian, kalo gak ada gue juga lo gak bakal bisa balikan lagi sama Rara."
SKAK MAT!!
Maya memang sangat berjasa untuk urusan ini. Ha. Ha. Ha.
Fernan yang mendengar itu langsung diam.
Tiba-tiba, ada suara yang memanggil nama Maya.
"Maya....." Panggil orang itu. Walaupun yang dipanggil hanya Maya, tapi Rara dan Fernan juga ikut menoleh.
Siapa lagi yang menyapa Maya kalau bukan Petra? Tapi, pandangan Maya bukan fokus pada Petra, melainkan pada seseorang di belakang Petra.
Mata Maya berbinar-binar ketika melihat orang yang ada persis di belakang Petra. senyum pun tak luntur dari bibirnya. Petra yang kini sudah berada tepat di depan Maya langsung menoleh ke arah belakang, ke arah pandangan Maya.
Petra langsung menghela napas ketika mengetahui kalau orang itu adalah Rama.
"Woy, yang manggil lo tuh gue, May, bukan si manusia es gak peka itu." Ucap Petra. Namun, Maya tidak menghiraukannya. Dia masih fokus pada Rama.
Begitu Rama melewatinya, Maya langsung memutar badan dan masih tetap menatap Rama, walau kini yang ia lihat bukan wajahnya, tetapi tas punggung yang menempel di punggung kekar Rama.
Petra dan Fernan yang melihat Maya langsung menggeleng cepat.
"Gak waras lo. Liat tasnya aja cengar-cengir." Ucap Fernan. Petra setuju dengan gerakan mengangguk.
"Lagian, apa cakepnya dia sih, May? Gue jauh lebih keren dari dia. Iya gak, Fer?" Fernan langsung menoleh pada Petra.
"Gantengan gue, Pet." Petra berdecak. Gak guna emang nanya sama Fernan.
"Eh, Ra, ayo buru ke kelas. Entar ke buru si Rama ke kelas dia." Ucap Maya sambil menarik tangan Rara.
"Eh, selow, mbak. Fer, gue duluan ya, daaaahhh..." Ucap Rara karena Maya benar-benar menarik tangannya dan mengajaknya berlari.
"Eh, eh, cewek gue weh..." Teriak Fernan begitu Rara benar-benar pergi dari hadapannya bersama Maya.
"Ayo, kita kejar mereka juga, Fer!" Ucap Petra lalu berlari sambil menarik tangan Fernan.
"Eh, eh, santai, woy!" Ucap Fernan, karena Petra larinya cukup kencang.
~~~
"Jadi, karena manusia itu makhluk sosial, kalian harus saling tolong-meno...."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose To Love You ✔
Novela JuvenilWanita dikodratkan untuk dikejar, sedangkan lelaki dikodratkan untuk mengejar. Setuju? Yup, kebanyakan manusia setuju akan hal itu. Tapi, pengecualian untuk Maya. Seorang gadis yang nyaris 3 tahun mengejar seorang lelaki yang ia sukai, Rama. Hmm...