Akhirnya waktupun berganti tanpa kita nanti. Ceritapun berubah seiring persoalan cinta. Alur cerita cinta yang umumnya diciptakan manusia. Tak pernah ku sangka aku akan mengenang tempat ini dengan kesedihan, yang dulu pernah terukir kenangan yang menyenangkan bersamamu. Namun rindu kini lebih parah daripada amarah yang bergejolak seperti dapur magma.
Kasih, masihkah kau seindah dulu?
Segar dengan semilir angin yang turun dari atas bukit papandayan. Masihkah kau sehangat dahulu? Mendekapku semakin dekat saat kabut menyelimuti tubuh. Di pondok saladah dengan dingin yang membeku pada waktu itu.
Apakah kau masih memperhatikanku? Menyiapakan segelas susu putih dengan campuran sesendok bubuk kopimu sebelum tidur dan saat bangun sembari tersenyum dan mengelus mahkotaku. Masihkah cintamu seabadi bunga edelweis yang tumbuh merekah begitu mempesona di tegal alun. Walau layu namun tak akan mati dimakan waktu. Masihkah kau semesra dulu saat mendaratkan bibir lembutmu di keningku dan mengucapkan selamat malam dan pagi yang biasa pasangan lain dapat hanya di pesan ponselnya saja.Malam ini aku tenggelam dalam resah yang membara. Merindukan genggaman tangan yang menyemangatiku hingga sampai puncak saat melewati rintangan jalan yang berjurang. Lalu tanganku bergerak ingin sekali menyentuh peluh yang keluar dari wajahmu dengan tisu seperti kala itu.
Rembulan menyapaku dengan lirih. Ia membawaku memutar kenangan pada malam itu, pada malam saat kau buatkan api unggun dan mendengarkan nada lagu yang kau putar sesuai inginmu. Aku bersandar di pundakmu yang begitu nyaman hingga aku terlelap tanpa sadar dan terbangun di saat pagi.
Kau mengajakku melihat barisan pohon-pohon yang tegak berdiri tak kenal lelah, begitupun dirimu dalam mencintaiku pada waktu itu. Namun kini kau telah berubah dan bermukim di hutan mati. Tak bisa hidup bersemi berdaun rindang untuk menenteramkanku, memberi pasokan oksigen untuk nafasku.
Aku hanya rindu, dan telah lelah menghadapi ribuan pertanyaan jiwa yang menyiksaku. Pertanyaan yang jawabannya telah kau bawa pergi seiring langkah kakimu yang meninggalkanku seorang diri di tenda yang sepi ini.
-junidanjuli-
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hujan Sore Tadi
PoetryHIGHEST RANK ⭐️ #1 on Kumpulanpuisi [20/04/2022] #2 on Sajak [15/09/2022] Setiap rinai hujan adalah sebuah kata yang menyatu menjadi sebuah kalimat rindu. Nada syahdu yang merayu untuk mengenang sebuah masa lalu. (Perubahan judul dari : JUNI DAN JUL...