Pertemuan

457 20 0
                                    

Pertemuan seperti layaknya kedua bola mata melihat terbitnya mentari, menyilaukan namun semakin lama semakin indah, semakin hangat dan semakin hangat. Pertemuan kala itu, langit nampak biru sebiru lukisan yang kaubuat di kanvasmu, awan-awan berbentuk aneka pola dengan kelembutannya, berarak beriringan pelan, menutup dan memperlihatkan kembali mentari yang sedang tersipu malu melihat parasmu kala itu. Masih tersisa embun-embun yang menggantung di pucuk dedaunan. Angin segar menghempas rambutku yang terurai kala itu, dibalik rambutku, kulihat senyummu yang berbaur dengan semlilir angin yang menyegarkan, laksana semilir angin yang turun di bukit-bukit hijau pegunungan.

"Hai" Sapamu.

Seketika dunia terasa indah, seketika kulihat langit melukiskan warna-warna pelangi dan senja, seketika kurasakan aroma bunga-bunga yang bermekaran kala musim semi tiba, seketika kurasakan lembutnya duduk di awan putih sambil mengayunkan kedua kakiku yang tak beralas, seketika seperti sedang kunimati ice cream cokelat ditengah kemarau yang panjang, seketika hangat api unggun mendekap tubuhku, melancarkan aliran darahku, dan membuat segaris senyum dibibirku yang membalas sapaanmu.

Hari berganti hari, lalu itulah pertemuan yang selalu aku kenang sampai saat ini, pertemuan yang menimbulkan sejuta spekulasi tinggi. Pertemuan yang selalu kukira seperti cerita drama di televisi, pertemuan yang akan membuat suatu tali ikatan. Ikatan untuk saling merasakan suka dan duka bersama, dan tak akan pernah berpisah. Namun aku tak tahu, sebenarnya aku menutuuup mata, telinga dan hatiku akan fakta itu, fakta bahwa tali adalah tali, jika bukan kita yang memutuskannya, orang lain pun bisa memutuskannya, karena tali hanyalah tali.

-junidanjuli

Tentang Hujan Sore TadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang