Tutatulalitat~
Alarm handphone-ku berbunyi keras. Ah! Aku bahkan terlalu malas untuk mengambil benda itu di atas nakasku yang hanya berjarak beberapa cm. Namun itu terasa seperti bermil-mil jauhnya!
Dengan malas aku meraba nakasku dan menemukan apa yang kucari. Segera kulihat jam di handphone ku dan langsung menyingkirkan selimut yang masih melilit.
"Astaga! Sudah berapa kali aku mematikan alarm-alarm ini!"
06:45, masih di rumah. Sementara dosenku akan mengajar 15 menit lagi. Itu artinya aku hanya mempunyai beberapa detik untuk mempersiapkan diri.
59 detik mungkin cukup bagiku untuk menggosok gigi?
×××
Dengan penuh peluh aku berlari menuju kelasku. Tidak sengaja aku menggebrak pintu kelas.
"Ya! (Y/n)! Kau terlambat lagi!" Teriak dosenku. "Hey tunggu. Apa kau sudah menyisir rambutmu?"
Aku memegang rambutku. Lalu cengiran menghiasi wajahku. "Tidak." Sambil menggeleng.
Dosenku hanya menutup matanya dan menyuruhku duduk.
"Tingkahmu seperti anak kecil, dasar aneh." Kata Hoseok. Harusnya di pagi hari yang cerah ini dia menyapaku, bukannya mencibir!
×××
Uwaaah! Lapar sekali!
Dosenku keluar kelas, dan aku sudah lemas mendengar kata-katanya. Membuatku ingin muntah.
Aku memeluk tasku yang berada di atas meja dan berusaha tidur sebentar.
Tok!
Aw!
"Hoseok!" Teriakku mendapati pria idiot ini melemparku dengan karet gelang.
"Haha! Kau lucu sekali." Hoseok menertawai penampilan absurdku hari ini. Malu sekali...
Aku menutup mataku dan kembali memeluk tasku. Aku hanya ingin hari ini berakhir dengan cepat.
Kudengar orang di sampingku menyeret kursinya. Dan kini aku merasakan hembusan napasnya mengenai rambutku.
Tunggu... aku sedang menunggu sesuatu...
Ia mengelus puncak rambutku.
Aku menahan napas. Rasanya ribuan serangga sedang menari di perutku.
Aku berharap yang sedang mengelus rambutku adalah Hoseok. Rasaku dengan Hoseok masih berlanjut hingga bangku kuliah ini. Aku memang menyukainya dari SMP. Ntahlah, padahal waktu SMA aku tidak satu sekolah dengannya, aku hanya bisa memata-matainya lewat akun sosial media yang dia punya.
Aku duduk dengan tegak dan mendapati Hoseok dengan tangannya yang melayang.
BENAR! DIA TADI MENGELUSKU!
"Bilang saja kalau kau suka padaku, iya kan?" Godaku.
Wajahnya memerah. "Ti-tidak mungkin aku suka pada orang aneh."
"Kalau aku orang aneh, lalu kau apa?" Sepertinya aku terpancing emosi.
"Aku punyamu." Sama sekali tidak ada hubungannya.
"Maksudmu?"
"Aku ingin... mengajakmu... malam ini.."
"Ayolah, berkata sewajarnya orang normal, dasar anak aneh." Aku kembali memeluk tas.
Kruyuk.
Perutku berbunyi kencang. Aku bahkan menduga Hoseok mendengarnya.
"Heeyy... dengarlah perut siapa yang berteriak?"
×××
"Apa kau bisa menahan nafsumu pada makanan? Sebentar saja. Aku ingin berkata serius." Kata Hoseok sambil menatapku dengan memohon.
Aku benar-benar lapar. Tak ada niatan untuk berbicara pada saat aku makan makanan ini.
"Ayolah.." Hoseok kembali memelas. Hah... mau bagaimana lagi?
Aku mengangguk. "Bicaralah."
"Ehm.. nanti malam, kau ada acara?"
Aku menggelengkan kepalaku. Aku lanjut memakan makanan gratis ini. Ya aku mendapatkannya dari bayaran Hoseok.
"Maukah kau berkencan?" Wajahnya memerah. Aku melihat ke belakangku, memastikan kalau ia memang mengajakku berkencan, bukan mengajak yang di belakangku untuk berkencan.
"Kau? Aku? Kencan?"
Dia mengangguk.
Penantianku selama beberapa tahun ini. Terbalaskan.
"Jangan lupa, pakai gaun merah."
Aku mengangguk senang. Lalu ia meninggalkanku sendirian di kantin.
Tapi tunggu... apa dia baru saja memerintahku?
