Terinspirasi dari lagu "Aishiteru Banzai!"-nya love live! Wekaweka.
×××
Indah.
Hanya itu yang bisa kurasakan saat melihat awan putih yang mengambang bebas di langit biru tanpa batas.
Aku sering berandai, apa yang akan terjadi jika aku mengambang di antara awan-awan itu? Dan pikiranku yang lain berkata,
"Kau akan tertabrak pesawat, bodoh."
Hey... itu bukan pikiranku yang berbicara!
Aku memelototi orang di sampingku yang sedang berbaring ikut menatap langit yang sama.
"Aku membutuhkanmu lagi besok."
Lah? Memangnya aku mau kemana?
"Aku selalu di sini, Hoseok."
Hoseok terkekeh mendengar perkataanku. Apa yang salah?
"Jadi maksudmu, kau tinggal di taman ini? Hahahah!"
Aku memukul benda yang disebut kepala itu dengan tanganku.
"Tentu saja aku tinggal di rumah. Aku kan bukan kau, yang tinggal di hutan dan memakan rumput layaknya kuda." Kataku sambil berdiri dan merapikan pakaianku yang sedikit kotor terkena rumput ini.
Dan... aku merasa gatal. Hah... aku benci rumput.
"Kenapa? Gatal, ya? Mungkin rumput yang ini lupa aku makan." Ujar Hoseok dengan sarkastik.
"Ya. Kau benar. Silahkan dimakan." Kataku sambil tersenyum.
Dia memegang pipiku.
Ah sial. Ini bagian yang tidak kusuka. Jantungku berdegup kencang, seperti mau keluar dari tempatnya. Perutku rasanya bersorak kegirangan. Wajahku memanas.
"Hoseok." Aku memegang tangannya yang masih memegang pipiku.
"Ya?"
"Apa kau tidak bosan denganku?" Aku harap jawabannya tidak. Tapi aku tahu dia pasti bosan denganku yang sudah menjalin hubungan selama 2 tahun ini.
"Mengapa kau berbicara begitu, ha?"
"Karena... kau terlihat bosan denganku." Aku menunduk.
"Hey, nyonya kuda berotak udang. Mana mungkin aku bosan denganmu yang selalu membuatku jantungan setiap harinya."
Pipiku memanas. Malu sekali mendengarnya.
"Sudahlah. Tiup semua masalahmu." Hoseok? Apa kau mabuk?
"Tiup? Bagaimana cara--"
Belum selesai aku bicara, dia menempelkan bibirnya di bibirku. Lalu dengan perlahan, dia melepaskannya.
"Mau kuajarkan cara meniup masalah?" Tanyanya.
Sungguh membuatku pusing 69 keliling (*bacok author bokep*) dengan perkataannya dari tadi.
"Begini." Dia menempelkan lagi bibirnya di bibirku, dan tangannya sudah menjulur ke pipiku. Menahan wajahku agar tidak mundur.
Aku hanya bisa menutup mataku. Tak kubalas cumbuan ini, karena aku sendiri tak pandai dalam hal ini. Daripada aku melakukan kesalahan, lebih baik diam. Diam itu emas (author PLEASE!)
"Begitu caranya meniup masalah. Semoga kau banyak masalah ya, biar sering-sering aku tiup." Lalu dia memajukan bibirnya, seperti gaya orang meniup balon. Tapi aku kan bukan balon.
"Kau.. mesum! Hentai nakal! Yadong kuda! Demi apapun, Hoseok!" Aku terlalu kaget dengan aksi tiba-tibanya tadi.
"Sama-sama." Hoseok tersenyum, menampilkan mata melengkung dan bibir yang tadi dengan lancang merasakan bibirku itu ikut melengkung.
Pemandangan indah.
"Sorakan untuk mencintai!" Hoseok selalu seperti ini. Dengan teman-temannya, dengan keluarganya, dan denganku juga dia selalu menjadi happy virus.
Aku benci Hoseok, sungguh. Aku benci jika dia berpura-pura tegar.
"(Y/n), habis ini kita kemana? Aku bosan melihat matahari di arah timur sana. Lagipula ini silau." Dia menutup matanya dan ikut menutup mataku. Haha.. aku ingin tertawa. Bahagia sekali.
"Mmm.. bagaimana kalau kita melihat matahari di barat?"
"Ha?! Itu... tanda-tanda kiamat, (y/n)!!"
"Bukan, tuan kuda berotak udang. Maksudku, hari ini kita akan bersama sampai kita melihat matahari di barat dan tenggelam."
"Hanya hari ini?"
"Selamanya."
"SORAKAN UN--"
Aku menempelkan bibirku di pipinya. Lihatlah wajahnya sekarang ini! Dia terlihat kaget sekali.
Aku harap ini tak akan berakhir selamanya.
"Sorakan untuk dicintai! Sorakan untuk mencintai! Sorakan untuk cinta!"
×××
Part aneh.