Red Dress(2)

4.4K 418 21
                                    

19:00

Aku berbalik badan menghadap cermin besar milikku itu di kamar. Aku hampir tak pernah memakai gaun merah ini. Ini adalah gaun pemberian ibuku 2 tahun yang lalu. Untungnya saja aku masih bisa memakainya.

Hah.. kuharap ini tidak akan robek dan mengganggu kencanku.

Kuarahkan eyeliner-ku ke mataku, dan mulai mengusapkan eyeliner ini ke bawah dan atas mataku yang bisa dibilang 'cukup besar' ini.

Baby baby geudaeneun~
Caramel macchiato~
Yeojeonhi nae ipga-en geudae hyang-gi dalkomhae~
Baby, baby tonight~

Nada dering handphone-ku berbunyi kencang. Kuambil (bulu sebatang *plak) handphone-ku yang berada di atas tempat tidur dan membuka passwordnya.

Notif dari line.

JUNGkir balik: (y/n), lama sekali kau! Aku menunggumu di luar tapi kau tak keluar rumah!

(Y/n): kau sendiri yang bodoh! Kenapa kau tidak mengirimi pesan terlebih dahulu!

JUNGkir balik: aku ingin membuat kejutan. Namun ini digagalkan olehmu.

(Y/n): bodoh.

Aku langsung melihat keluar jendela.

Di sana. Di dalam mobil dengan jendela terbuka. Aku melihatnya memainkan handphone miliknya. Mataku melebar saat mendapati ia menatapku.

"Hey bodoh! Keluarlah!" Teriaknya dari dalam mobil yang masih bisa kudengar sampai ke dalam rumah.

Kencang sekali.

×××

"Jadi sebenarnya kau ingin mengajakku kemana?" Aku bertanya pada orang di sebelahku beberapa kali, namun tak kunjung dijawab.

Aku mulai kesal.

"Baiklah! Berhenti." Kataku.

"Kenapa?" Terlihat wajah panik di sana. Aku menahan ketawa melihat guratan panik di wajah Hoseok.

"Kau tidak menjawab pertanyaanku dari tadi. Berhenti, aku bilang!"

Ia menepikan mobilnya.

Hening menimpa kami berdua di dalam mobil, di tepi jalan, dikeheningan malam.

Jantungku mulai berdebar tak karuan.

"(Y/n)." Panggilnya.

Aku menoleh, mendapati wajah tampannya terkena terpaan sinar bulan. Entah kenapa rasanya aku ingin mencakar wajahnya yang tampan itu. Ingin sekali!

"Kau..."

Aku menaikkan sebelah alisku.

Sinar dari lampu tepi jalan di depan kamilah satu-satunya penerangan, dan juga lampu mobil tentunya.

Tiba-tiba ia turun.

Ada apa ini sebenarnya?

.
.
.

Setelah beberapa menit, ia kembali dengan bunga di tangannya.

"(Y/n), aku ingin kau menjadi kekasihku."

"Hey! Itu bukan pertanyaan. Lagipula, itu memangnya yang namanya menyatakan perasaan? Bodoh."

"(Y/n)! Maukah kau menjadi kekasih bodohku?" Teriaknya di dalam mobil.

Kurasa ia benar-benar serius.

"Tapi, apakah kau yakin? Kau tidak tahu aslinya aku. Aku ini anak yang berantakan."

"Aku tak peduli."

"Aku mempunyai badan tambun."

"Aku tak peduli."

"Apa kau tidak melihat jerawat yang menyembul di pipi ini?"

"(Y/n), mau seperti apa pun engkau, aku akan tetap menyukaimu. Bahkan setiap hari kau tampak lebih cantik. Aku bahkan tidak bisa membedakan mana malaikat dan mana yang namanya (y/n)." Ia tersenyum tulus.

Aku menangis.

Rasanya belum pernah ada yang bilang begitu.

Aku...

Hoseok... memelukku.

"Apa jawabanmu?" Tanya Hoseok di telingaku.

"Ya." Aku menarik kepalaku dan mengusap mataku.

Hoseok memegang pipiku dan menariknya kencang.

"Kau bahkan tetap terlihat cantik walaupun eyeliner-mu berantakan. Hahaha!" Ia tertawa. "Ternyata kau masih bodoh seperti biasanya."

Aku memajukan bibirku.

"Dan gaun merah ini terlihat pas denganmu. Bisakah kau memakai ini saat kuliah nanti?"

Maksudmu agar aku mirip kuntilanak-merah?

Fan - JHope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang