"Tuan muda Hoseok mengalami... kejadian yang tak mudah untuk diceritakan."
Ayolah, apa bapak ini memancing monster di dalamku untuk keluar?
"Ah sudahlah. Aku tahu aku tidak sopan, tapi biarkan aku ke rumah J-Hope." Aku mengunci pintu rumahku dan berjalan dengan converse putih yang kupakai. High-heels sangat membuatku tidak nyaman.
"Tunggu, nona (y/n). Ada pesan tuan muda Hoseok untukmu. Dia bilang, 'jangan biarkan (y/n) menemui saya.'" Katanya seraya menarik kasar tanganku.
Jangan. Bercanda.
Aku melepaskan tanganku dan berjalan ingin mencari taxi.
Sang supir berlari. Entahlah suara di belakangku benar-benar rusuh, dan aku beranggapan ia sedang berlari ke arah mobil. Mungkin.
Suara mobil mendekat. Ternyata benar.
"Nona (Y/n), naiklah ke mobil ini." Perintah si supir.
×××
"Sudah sampai."
Kami sampai di rumah Hoseok. Rumah besar dengan taman luas di depan rumahnya.
Aku berjalan ke pintu rumahnya, diantar oleh supirnya. "Terima kasih." Kataku pada si supir.
Ia tersenyum, membalasku. Pria berumur pertengahan 30 tahun itu memang rendah hati, sebenarnya.
"(Y/n)!" Kakak J-Hope yang 5 tahun lebih tua dari J-Hope datang memelukku. Ada apa ini sebenarnya?
"Apa kau sudah tahu?" Tanya noona sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Tahu apa?"
Noona membawaku ke kamar J-Hope. Di sana, di tempat tidur, J-Hope... dengan infus disampingnya...
Aku menutup mulutku. Kaget melihat J-Hope dengan wajah bekas luka, dan tangannya yang tergores luka-luka lumayan panjang. Dan kakinya...
Aku tak bisa menahan tangis.
Hoseok!
"Kau bahkan tak bisa melakukan gerakan ini, bodoh! Hahahah!" Dia mengajariku tarian susah ini dengan badannya yang lihai.
Hoseok!
"Lihatlah dirimu dengan gaun ini. Tampak seperti badut gila." Tawanya.. aku takkan pernah melupakannya.
Hoseok!
Entah apa yang kupikirkan, Hoseok. "Aku bisa mengalahkanmu di level ini, (yn). Kau bahkan menghabiskan berminggu-minggu untuk mengalahkanku!"
Hoseok!
"Bisakah kau berhenti memanggilku bodoh?" Aku menggeram kesal dan menginjak kaki telanjangnya.
"Kau terlalu bodoh untuk dipanggil gadis pintar, (y/n)." Ia lalu meninggalkanku yang mematung di tengah taman.
Hoseok!
"Aku... menyukaimu."
Aku membuka selimut yang membalutnya di atas tubuhnya.
Aku histeris.
Bagaimana ini bisa terjadi?!
"Hoseok..." aku jarang memanggilnya dengan sebutan Hoseok...
"Apakah kau tidak apa-apa?" Tanyaku.
"Hahah... bodoh. Kau masih bertanya aku tidak apa-apa?" Dia masih bisa tertawa dengan keadaan seperti ini.
Kakinya...
Dia tidak mempunyai kaki. Kakinya hanya sampai lutut.
"Kau... apakah kau malu mempunyai teman tidak punya kaki? Hahah... pasti malu, ya kan?"
Aku menangis dan memeluk tangannya. "Bodoh! Bodoh!"
"Aku... juga menyukaimu, Hoseok!"
×××
2 tahun kemudian
"Hai, bodoh!"
Aku melihatmu setiap hari.
"Pagi, cantik! Aku membuat ini untukmu. Setidaknya aku dapat diandalkan, kan?"
Di atas kursi roda.
"Jangan memaksakan dirimu. Untung kau tidak ikut terpanggang di oven. Hahahah... makasih, kuenya ya!" Aku mencubit pipinya.
Jangan sedih...
"Bagaimana latihanmu?"
Aku takkan melupakanmu.
"Oh.. baik-baik saja. Kau sendiri? Bagaimana kau bisa membuat kue ini? Apakah kau memakai bantuan mama? Dasar curang!"
Sebenarnya aku yang curang. Aku bisa hidup menggunakan kaki yang sempurna.
"Tidak."
Airmatamu menipu dirimu sendiri.
"J-Hope?"
Hari ulang tahun terbahagiaku... bersama suamiku.. ulang tahun ke-25 ku..
"Beritahu aku, apa harapanmu?"
Tentu saja mencintaimu hingga akhir khayat, bodoh.
"Selamanya, kita bersama."
×××
Misi.. misi..
Tadi baca kan infus infus itu? Ceritanya si suami kalian a.k.a your name itu dirawat di rumah gitu. Udahlah.. namanya juga fanfic, bebas mikirnya.