I Really Hate Converse

961 85 3
                                    

"(Y/n)."

Aku yang sedang merapikan buku di atas meja, menoleh ke sumber suara yang memanggilku.

"Iya, ada apa?" Aku mengelap peluh yang bersarang di dahiku. Panas sekali hari ini, membereskan buku saja rasanya tulangku mau runtuh.

"Kau lelah?" Ia bertanya sambil membantuku membereskan buku.

Tentu saja aku lelah, bodoh.

"Tidak, sudahlah, kau lanjut latihan saja. Biarkan buku ini aku yang bereskan. Lagipula Suga dan yang lainnya menunggumu, tuh." Kataku sambil menunjuk teman-teman Hoseok menggunakan dagu.

"Serius?"

Aku mengangguk.

Lalu dia pergi.

Hah... setidaknya aku tidak akan merasakan jantungku berirama tempo cepat, kalau dia terus-terusan di sampingku.

"(Y/n)! Tangkap!" Hoseok melemparku sekaleng pocari. Dengan sigap aku menangkapnya dan berteriak,

"Terima kasih!" Sambil tersenyum.

Kaleng ini tidak akan kuminum. Lebih baik dipajang dan diberi nama 'pemberian Hoseok' di nakasku.

Aku tersenyum lagi membayangkannya.

Yeri datang dan melempariku buku-bukunya lagi. Kerjaan menambah, dan lagi-lagi latihanku bakalan tertunda. Yeri sialan.

"Bereskan! Aku balik, buku ini berada di tempat semula, ya." Lalu dia melenggang pergi.

Aku melempar buku tepat pada saat Yeri melangkah keluar melewati pintu.

"Bitch."

×××

"Kau pulang naik apa?"

"Tentu saja naik bis."

Hari ini panas sekali. Atau... hanya aku yang merasakan panas?

"Memangnya rumahmu dimana?"

Di halte bis ini, hanya ada kami berdua. Hujan menimpa atap halte tiba-tiba. Membuatku terkejut. Lalu mendongak ke arah atap.

Perasaan tadi cuaca baik-baik saja.

"Hey. Kau tidak menjawab." Hoseok melambaikan tangannya di depan wajahku yang sedang menatap atap halte.

"Oh.. apa pertanyaanmu?"

"Hah.. lupakan."

Aku memainkan kakiku. Rasanya sangat awkward.

Hoseok menunduk.

"Apa yang kau lihat?" Tanyaku sambil ikut menunduk.

"Itu." Dia menunjuk tali sepatuku.

Aku menarik kakiku untuk mengikatnya. Merepotkan sekali memakai sepatu dengan tali.

"Sini." Dia menarik kakiku dan menyimpulkan ikatan di sepatu kananku. "Di sini sudah selesai. Sekarang sebelah kiri." Dia menarik kaki kiriku.

"Ya! Di sebelah kiri ikatannya sudah benar."

Hoseok menaikkan sebelah alisnya. "Nanti kau pasti tidak sadar, tali sepatu kirimu terlepas. Lebih baik aku yang ikat."

Dia menarik simpulan tali yang kubuat susah payah (?) Lalu menyimpulkan lagi talinya. Aku hanya memutar bola mataku.

"Kemana semua bis!" Aku menghentakkan kakiku.

"Hey hey! Nanti talinya lepas lagi."

Aku menatap Hoseok dengan liar. "Oh, okay. Lanjutkan."

Aku menoleh ke arah kiri....

Kosong.

Kanan...

Kosong.

Memandang lurus...

Hanya ada bangunan biasa.

"Bosan." Aku menghela napas kasar.

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku antar." Hoseok menarik tanganku.

KENAPA TIDAK SEDARI TADI KAU ANTAR!

×××

"Kau tidak bilang, rumahmu di Busan."

"Kenapa aku harus bilang." Aku turun dari motornya.

"Kan aku bisa..."

"Apa?"

"Ah tidak."

"Ya sudah. Aku ke rumah ya."

Aku berjalan ke arah pagar. Ayolah, Hoseok! Katakan kau mencintaiku!

Brrm..

Percuma. Suara motor itu sudah menjauh. Aku tidak berani menoleh ke belakang dan melihat motor itu menjauh. Tidak. Tidak akan aku lakukan.

"(Y/n)! Aku mencintaimu!"

Aku menoleh dengan cepat dan melihat pria-kuda itu menancap gas.

Aku tertawa di depan gerbang rumahku.

×××

Setelah mandi... aku masih mengingat kejadian di halte.

"Kapan aku akan memanggilmu dengan sebutan oppa?" Tanyaku sendiri kepada wallpaper hanphone-ku, yang tak lain adalah Hoseok. Hasil jepretanku sendiri pada saat dia latihan.

Drrtt...

Ah siapa yang mengangguku. Tulisan new message ini menghalangi wajah Hoseok-ku.

Aku melihat pesan itu dan membacanya sambil merasakan jantungku yang berdebar tidak karuan.

"Tidak mungkin." Gumamku sendiri.

*New message

From TaeTae:
(Y/n). Hoseok... tertabrak mobil.

×××

Sumpah ini pas lagi mumet mikirin UN, pra ujian sekolah, ujian sekolah, try out ato test uji coba, tugas praktek, saya asal ngetik aja sesuali otak. Dan jadilah part ini /bodoamat


Fan - JHope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang