Chapter 13 (Revisi✔️)

10K 1K 70
                                    

"Aku menyukaimu."

Detik itu juga kebisuan menyelimuti keduanya. Bahkan kini hujan sudah mulai mereda dan justru suara-suara katak serta jangkrik yang mulai terdengar.

Amanda tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Liam barusan. Apakah ia mengatakan itu karena ia menyukainya atau 'ia memang benar-benar menyukainya' dalam artian bahwa Liam juga menyukai Amanda seperti Amanda menyukai Liam.

"A- aku juga menyukaimu." Amanda tersenyum simpul. "Kau baik dan selalu membantu kami. Aku—"

"Amanda, aku benar-benar menyukaimu." Ulangnya menegaskan.

Kini gadis pirang itu melenguh. Ia tidak percaya dengan kata-kata Liam barusan. Seolah-olah pangeran itu bisa membaca pikirannya.

Jadi perasaan Amanda tidak bertepuk sebelah tangan?

Tentu tidak.

Amanda langsung tersenyum lebar dengan rona wajah yang mulai memerah. Melihat senyuman diwajahnya itu ikut membuat Liam juga menyengir bahkan kini ia tergelak.

"Jadi... kau mengerti kan sekarang?"

Amanda mengangguk, "Aku mengerti. Dan sejujurnya sejak awal aku sudah memiliki perasaan yang sama terhadapmu." Ujarnya pelan.

Kini Liam menunduk menyembunyikan ekspresi senang di wajahnya. Ia takut Amanda juga bisa melihat wajahnya yang bersemu merah itu.

"Hujannya sudah reda. Kau mau kita kembali sekarang?"

Liam mengangguk. Digandengnya tangan Amanda yang dingin itu dan berjalan keluar gua.

***

Sudah hampir setengah jam Harry tak bersuara sedikitpun. Padahal biasanya ia selalu banyak omong dan mengoceh sembarangan. Tapi sejak kejadian tadi, Harry belum berkata apa-apa.

"Harry, hujannya sudah reda, ayo kita pulang." Ajak Kendall. Kini keduanya sedang berada di sebuah gubuk tempat penyimpanan gandum bersama kuda milik Harry.

"Harry..." sahutnya lagi.

Yang dipanggil mendongak dan bangkit dari duduknya. Ia mengangguk pada Kendall sebelum berjalan menuju kudanya yang sedari tadi mendengkur.

"Harry." Kendall menyentuh bahu Harry kali ini. "Kau kenapa?"

Harry diam saja. Sedari tadi ia membayangkan bagaimana jadinya jika ia datang terlambat untuk menolong Kendall. Bisa-bisa kejadian yang serupa dengan yang Harry lakukan pada Kendall bisa terulang kembali. Atau bahkan jauh lebih buruk.

"Maaf..." hanya itu yang bisa ia katakan.

"Untuk apa?"

Detik itu juga Harry memutar tubuhnya ke arah Kendall, "Lagi-lagi aku meninggalkanmu... Maafkan aku..." Tiba-tiba suara Harry yang berat mulai bergetar. Ia memandangi mata coklat Kendall yang pekat. "Kau mau memaafkanku?"

Kendall terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya menarik napas dalam-dalam, "Tidak perlu kau pikirkan. Ayo kita pulang."

Lagi-lagi perasaan itu terulang. Rasa sesak di dada Harry kembali menggerogotinya. Putri itu tidak menyadari betapa merasa bersalahnya ia saat ini.

Pun Harry langsung naik ke kudanya dan mengulurkan tangannya pada Kendall untuk membantunya naik. Selama perjalanan Kendall memeluk tubuh Harry dengan erat. Ia merasakan sesuatu yang aneh pada pria itu. Sesuatu yang tidak biasa.

Jika aku boleh memberitahumu, saat pertama kali Kendall berkata bahwa ia tidak mau melihat wajah Harry lagi, hal seperti ini juga terjadi padanya. Harry banyak diam semenjak kejadian di kandang kuda itu. Harry sering merasakan sesak di dadanya membayangkan hal-hal yang tidak ia inginkan terjadi pada Kendall. Rasa khawatirnya menjadi beribu-ribu kali lipat dibanding saat ia masih bisa menjaganya.

The Secret Affairs (REVISI ✔️ - One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang