Chapter 22 (Revisi✔️)

9.2K 1K 45
                                    

Untuk yang kesekian kalinya Harry mengutuk dirinya sendiri karena teledor menjaga Kendall. Mengapa setiap gadis itu luput sebentar saja darinya, sesuatu yang buruk pasti terjadi? Hal seperti inilah yang membuat Harry kalut dan takut. Ia merasa payah pada dirinya sendiri. Ia ingin menjaga gadis yang ia cintai tapi dirasanya sulit sekali. Bukankah itu payah namanya?

Well, jika saja tadi dirinya tidak menggodai Kendall hingga marah, gadis itu tidak akan pergi darinya.

Kini keduanya diliputi keheningan. Kendall menunggangi kuda Demetria dengan sangat amat pelan sementara Harry berjalan kaki mengikutinya.

"Harry, terimakasih." Tutur Kendall.

Butuh beberapa detik bagi Harry sebelum ia mulai berbicara. "Ini salahku."

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

"Jika tadi aku tidak—"

"Aku yang pergi begitu saja meninggalkanmu." Selanya. "Jadi kumohon berhentilah menyalahkan dirimu sendiri."

"Kau pergi meninggalkanku karena aku membuatmu marah. Jadi tetap saja itu salahku."

Tiba-tiba Kendall menarik pecutnya hingga kuda yang ia tunggangi berhenti. Detik selanjutnya ia turun dari kudanya dan memandang kedua mata Harry dalam-dalam. "Kau tahu, aku membenci sifatmu yang satu ini. Kau selalu saja berlebihan—"

"Berlebihan kau bilang?!" kening Harry langsung mengerut cepat. "Kendall, ketahuilah bahwa aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Aku tidak mau sesuatu yang buruk menimpamu karena kecerobohanku sendiri! Jika saja tadi aku tidak memalingkan wajah darimu, hal seperti itu pasti tidak akan terjadi, Kendall! Ia nyaris—" tiba-tiba Harry tidak meneruskan kata-katanya. Sesuatu seolah menyumbat kerongkongannya saat ini. Menyebut kata itu seolah memakan perbuatannya sendiri.

Ia lupa ya siapa yang telah merebut kehormatan Kendall? Ia sendiri kan.

"Kau tahu selama berbulan-bulan sejak kejadian itu aku selalu dihantui oleh mimpi buruk. Entah seperti kejadian itu terulang lagi, atau bahkan melihatmu pergi meninggalkanku." Jelasnya.

Kini Kendall mendongak dan kembali menatap mata Harry yang indah itu. "Tapi perlahan aku mencoba untuk melupakannya... Hingga pada akhirnya aku bertemu denganmu lagi."

Hati Harry serasa ditusuk ribuan pisau sekarang. Benar-benar menyakitkan. Sungguh ia masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri untuk hal itu. Ia selalu merasa dirinya seorang yang brengsek, bodoh, idiot, dan juga bedebah. Rasanya tidak pantas sekali perbuatannya itu mendapatkan maaf.

"Tapi ketahuilah, sejak itu pula aku mulai kembali menjadi diriku lagi. Kau yang merubahku sekaligus mengembalikanku menjadi sesosok Putri yang orang-orang kenal dulu... Harry, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri... aku sudah memaafkanmu."

Demi Tuhan, mendengar kata-kata Kendall barusan membuat Harry tidak percaya. Namun air mata Harry langsung mengalir detik itu juga. Tentunya ia menangis bahagia. Kata-kata itulah yang sudah Harry tunggu dari dulu. Ia menunggu kata-kata itu terucap dari mulut Kendall.

Kendall sudah memaafkan Harry atas semua kesalahan yang telah ia perbuat di masa lalu.

"Kendall..." desah Harry. Bibirnya bergetar menahan tangisannya agar tidak membludak. "Terimakasih."

Kendall menggeleng pelan dan menyunggingkan senyumannya, "Ayo kita pulang."

Detik selanjutnya Kendall kembali menaiki kudanya. Kemudian ia mengulurkan tangannya pada Harry agar ikut naik bersamanya.

Pun Harry langsung menghapus air mata di pipinya itu. Lalu ia tersenyum dan menyambut uluran tangan Kendall.

Akhirnya, gadis yang duduk di hadapannya itu telah menutup luka di hatinya yang sudah bertahun-tahun tidak diobati. Tapi mungkinkah jika Kendall sudah melabuhkan hatinya lagi pada Harry? Atau hanya sekedar maaf saja yang bisa ia berikan?

The Secret Affairs (REVISI ✔️ - One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang