Seperti biasa di siang hari seperti ini Amanda sedang menyiapkan makan siang untuk kakaknya yang seharian sudah bekerja di bawah terik matahari. Niall akhir-akhir ini bekerja begitu keras sampai-sampai ia sering menunda-nunda jam makan siangnya. Dan tentunya ini bukan hal yang biasa.
"Niall, ayo. Bisa-bisa makanannya keburu dingin. Nanti kau rewel lagi. Cepat hentikan pekerjaanmu dan makanlah."
"Sebentar lagi, Am. Kalau kau mau makan, makan saja duluan."
Amanda bercekak pinggang, "Mengapa tiba-tiba kau jadi serajin ini? Tidak biasanya kau selalu menunda-nunda jam makan siangmu." Kini Amanda berjalan ke arah kakaknya. "Kau sakit?"
Pemuda pirang itu memandang Amanda dengan tatapan heran, "Tidak, aku tidak sakit. Memang ini pekerjaanku, jadi mau tidak mau aku harus menyelesaikannya secepat mungkin."
"Iya aku tahu, tapi kau bisa istirahat sebentar kan? Lagipula brokoli-brokoli itu bisa menunggu. Mereka tidak akan lari darimu, Niall."
Dia menghela napas panjang. "Baiklah." Niall melepaskan sarung tangannya dan berjalan menuju tempat penampungan air untuk mencuci tangannya.
Tak lama setelah itu ia masuk ke dalam gubuknya dan melahap makan siangnya secepat mungkin. Bahkan ia sampai tersedak beberapa kali. Entah apa itu karena ia terlalu lapar atau karena ia ingin kembali bekerja di kebunnya.
"Pelan-pelan." Ujar Amanda begitu Niall memukul-mukul dadanya. "Sebenarnya ada apa?"
"Huh?" Niall melirik bingung ke arah saudari kembarnya.
"Ada apa sampai-sampai kau bekerja terlalu keras di kebun seperti itu? Biasanya kau tidak pernah menunda-nunda jam makan siangmu."
Niall menggeleng, "Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin sayur-sayuranku tumbuh lebih baik dan hasil panennya memuaskan."
"Tapi kau tidak perlu sampai seperti itu, Niall. Kalau kau jatuh sakit bagaimana?"
Tiba-tiba Niall menaruh mangkuknya yang sudah kosong dengan kasar di meja. Bahkan suara dentumannya sampai membuat Amanda terkesiap.
"Aku ingin menikahi seseorang, Am." Ujarnya.
Amanda langsung mengerutkan keningnya dan tersenyum pelan, "Benarkah? Siapa? Apa ia gadis yang tinggal di desa sebelah?"
Niall menggeleng.
"Lalu?" perlahan kerutan di kening Amanda menghilang.
"Entahlah, aku takut ini kedengarannya gila untukmu—bahkan untuk diriku sendiri."
"Mengapa?"
Niall menelan ludahnya sebelum kembali berbicara, "Dia... dia seorang putri."
Sontak Amanda langsung membuka mulutnya lebar-lebar. Ia hendak mengatakan sesuatu tapi ia tidak yakin harus berkata apa. Seolah-olah Niall sedang termakan oleh ucapannya sendiri saat ia memperingatkan Amanda mengenai hubungannya dengan Liam.
"Well, lebih tepatnya ia seorang Putri dari Scandinova."
Detik itu juga kedua mata Amanda langsung terbuka lebar. "Pu- putri dari Scandinova?? Apa mak- maksudmu adalah—"
"Ya, putri yang waktu itu datang kemari dan memarahimu."
"Kau gila?!"
"Kan sudah kubilang tadi, ini pasti akan terdengar gila. Aku tahu kau pasti membencinya dan kau tidak akan setuju."
"Tidak, Niall. Bukan itu maksudku, tapi bagaimana mungkin kau ingin menikahinya?? Kau jatuh cinta padanya??"
Niall menggidikkan bahunya dan menggeleng singkat, "Entahlah. Aku juga tidak yakin. Tapi aku belum pernah melihat wanita secantik dirinya, Am. Dan kurasa ia tipe wanita idamanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Affairs (REVISI ✔️ - One Direction Fanfiction)
FanfictionCerita ini berkisah tentang perjuangan cinta, pengorbanan, serta untuk mencari tahu apa itu arti ketulusan. Semua berawal dari tiga kerajaan terbesar yang memiliki hubungan erat dan telah terjalin cukup lama. Namun, ketika sesuatu yang tak pernah di...