Chapter 24 (Revisi✔️)

9.7K 1K 46
                                    

Kendall terduduk di tepi ranjangnya. Ia terus memikirkan strategi perang yang Harry ucapkan saat rapat tadi. Tentu rencana Harry itu sangat berbahaya—mengingat jumlah musuh mereka jauh lebih banyak—dan kemungkinan Harry akan selamat dalam peperangan menjadi semakin kecil. Mungkin jika House Payne tetap ikut dalam peperangan ini, Harry dan yang lainnya bisa memenangkannya.

Tapi bukankah Harry sangat berpengalaman dalam berperang? Artinya ia sudah sangat ahli dan dapat berhati-hati, bukan?

"Kendall!" seseorang menyahut namanya diikuti oleh suara ketukan di pintu balkon.

Detik itu juga Kendall berdiri dan berjalan menemui Harry yang sudah berdiri di bawah balkon kamarnya.

"Harry? Apa yang kau lakukan disini?"

"Tentu saja ingin menemuimu." Ujarnya seraya melemparkan tali tambangnya pada Kendall.

Kendall tergelak dan menerima tali itu, "Mengapa masih harus memakai cara seperti ini?"

"Ini sudah terlalu malam, bisa-bisa pengawalmu mengusirku. Jadi lebih baik aku menemuimu dengan cara seperti ini." tuturnya sembari memanjati kamar sang Putri.

Tak lama setelah itu Harry sampai di balkon. Dipandangnya gadis itu lekat-lekat karena mulai besok ia tidak akan bertemu lagi dengannya.

"Kau akan pergi sekarang?" tanya Kendall diikuti senyumannya yang mulai menipis.

Harry mengangguk dan tersenyum genit, "Kau tidak boleh merindukanku, ya?"

Kendall langsung tergelak sembari menahan air matanya. Entah mengapa hanya dalam hitungan detik kerongkongannya sudah tercekat. Ia sulit untuk berkata-kata sekarang. Ia belum siap untuk merelakan Harry pergi berperang.

Kini Putri dari House Maleek itu menarik napas dalam-dalam. Ia berhasil menahan air matanya agar tidak mengalir. "Kau yang jangan merindukanku. Bisa-bisa selama berperang kau malah bengong karena hanya ada aku di kepalamu."

Harry terkekeh dan memandangi lantai di bawah kakinya, "Rupanya kau sudah mulai percaya diri sekarang." ditatapnya lagi gadis itu. Sungguh Harry juga belum siap untuk meninggalkan Kendall.

Kendall hanya tersenyum simpul dan memandangi kedua mata Harry. "Kau akan kembali kan?"

Harry terdiam selama beberapa saat. Suasana yang hening menjadi begitu kaku sekarang. "Tentu. Jika aku selamat."

Mendengar jawaban Harry barusan langsung membuat hati Kendall mencelos.

Tentu kau harus selamat. Kau pasti selamat. Batin Kendall.

"Kendall..." sahut Harry. "Berjanjilah padaku selama aku pergi, kau akan baik-baik saja. Kau tidak boleh ceroboh dan harus selalu berhati-hati. Berjanjilah." Disentuhnya pipi gadis itu.

"Harry..." Kendall mendesah.

"Aku mencintaimu." Tuturnya. "Walaupun kau membenciku, aku akan tetap mencintaimu—sampai kapan pun. Ketahuilah meskipun aku berada jauh darimu, hanya kau yang selalu ada di pikiranku, Kendall." Lanjutnya. "Ketahuilah meskipun aku pria paling brengsek di dunia, aku akan selalu berusaha untuk membahagiakanmu."

Kini Kendall mulai menitikan air matanya yang sudah menggenang. "Harry...—"

"Sshh..." disentuhnya lembut bibir gadis itu dengan ibu jarinya. "Jika aku tewas saat berperang—"

"Harry, aku mohon jangan—"

"Hey, dengarkan aku dulu. Kendall, kumohon mengertilah... aku berjanji aku akan melakukan yang terbaik. Tapi jika seandainya takdir berkata lain dan aku tidak kembali..." Harry menelan ludah melepas beban di kerongkongannya. "...Kau tidak boleh bersedih."

The Secret Affairs (REVISI ✔️ - One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang