Chapter 18 (Revisi✔️)

10K 1K 110
                                    

Apa yang pergi, akan datang kembali. Sepertinya pepatah itu tidak berlaku bagi Lily. Ia sudah merelakan Zayn pergi, tapi apa yang ia dapat? Hanya kesedihan dan patah hati yang begitu mendalam. Jika ditanya apakah Lily menyesal telah melepaskan Zayn, jawabannya tentu saja iya. Tapi dalam hal ini ia bukan memikirkan soal dirinya saja, melainkan pria yang ia cintai itu. Selama Zayn bahagia dengan gadis yang ia cintai, Lily rela untuk terluka.

Namun pertanyaannya sekarang adalah, apakah Zayn saat ini benar-benar bahagia? Tidak ada yang tahu kecuali pria itu sendiri.

Tentunya Lily masih berharap jika suatu hari nanti Zayn akan kembali padanya, mengingat gadis yang dicintai Zayn adalah kekasih Liam. Tidak mungkin kan gadis bernama Amanda itu akan memilih keduanya?

Tapi bagaimana jika pada akhirnya Amanda justru memilih Zayn? Bagaimana dengan Lily? Apa ia sudah siap untuk itu?

Dia mencintaiku. Dia tidak mencintaiku. Dia mencintaiku. Dia tidak mencintaiku. Dia mencintaiku. Dia tidak mencintaiku. Dia mencintaiku. Dia tidak mencintaiku. Dia mencintaiku. Dia tidak mencintaiku...

Kali ini Lily tidak bermain dengan bunga Buttercup-nya. Ia memetik lusinan bunga Marigolds yang jumlah kelopaknya sangat banyak. Coba tebak sudah berapa tangkai yang ia habiskan?

Sepuluh. Dan semuanya mengatakan bahwa Zayn tidak mencintainya. Sudah ratusan kelopak bunga Marigolds dirontokkan olehnya sampai-sampai kamarnya penuh dengan kelopak bunga berwarna merah itu.

Sudah berhari-hari Lily menangis dan enggan meninggalkan kamarnya. Raja dan Ratu saja sudah tidak tahu harus berbuat apa mengingat urusan Liam dan si gadis petani itu saja belum selesai dan sekarang ditambah lagi dengan bayang-bayang Eastfield yang hendak menyerang mereka.

Lily jadi sedikit terbengkalai oleh kedua orang tuanya. Ya, memang pada dasarnya seorang yang bukan penerus kerajaan tidak pernah dinomor satukan.

"Di mana Liam?" tanya sang Raja pada Derek.

"Hamba tidak tahu, Yang Mulia. Namun pagi-pagi sekali beliau sudah pergi meninggalkan kastil."

Ratu Elizabeth langsung memalingkan wajahnya pada Raja, "Ia pasti ada di tempat gadis itu." ujarnya kalap. "Derek."

"Ya, Yang Mulia?"

"Pergilah ke tempat gadis itu dan suruh Liam untuk pulang."

"Tapi, jika ia menolak, Yang Mulia?"

Sang Ratu menarik napasnya dalam-dalam, "Jika ia menolak.... kau tahu apa yang harus kau lakukan."

Selama beberapa saat mereka diliputi keheningan. Derek tahu betul bahwa ia adalah orang kepercayaan Liam, tapi ia diminta oleh Ratu untuk melakukan hal yang harus dilakukan. Tentunya ini bukan perkara yang mudah bagi Derek. Namun perintah adalah perintah. Peraturan adalah peraturan. Tidak satupun dari itu semua boleh dilanggar.

"Baik, Yang Mulia." Ujar Derek dengan suaranya yang bergetar. Ia antara yakin dan tidak yakin dalam menjalani tugasnya kali ini. Bagaimana jika ia melukai Liam nantinya?


***

Di tempat lain Putri Demetria hampir sama bingungnya dengan Lily. Hanya saja masalahnya bukan karena patah hati, melainkan ia merasa tidak becus menjadi seorang kakak yang baik bagi Zayn. Demetria menitikkan air matanya saat membayangkan nasib kerajaannya nanti.

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah ia perlu mendatangi Amanda lagi dan memohon padanya? Tapi dirasanya itu percuma. Haruskah ia menyuruh orang untuk membunuh gadis itu? Tapi ia tidak setega itu. Demetria tidak menyukai jalan kekerasan. Walaupun ia gadis yang keras dan tegas, ia tidak suka akan cara-cara seperti itu, apalagi sampai mengambil nyawa orang. Sungguh tidak berperikemanusiaan.

The Secret Affairs (REVISI ✔️ - One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang