Chapter 23 (Revisi✔️)

9.2K 1K 41
                                    

Harry sudah berada di Scandinova sejak dua jam yang lalu. Ia menunggu Zayn sedari tadi tapi ia tidak kunjung datang. Orang-orang kerajaan juga tidak tahu kemana perginya ia.

Seluruh anggota kerajaan begitu mengkhawatirkan Zayn karena sudah larut malam begini ia belum kembali juga, padahal tengah malam ini ia sudah harus pergi ke medan perang untuk membangun tenda dan semacamnya.

Ditambah lagi pihak dari kerajaan Ironshire juga belum memberi kabar. Padahal sejak beberapa hari yang lalu Louis sudah berkali-kali mengunjungi kerajaan itu, tetapi Raja berkata bahwa Liam akan datang dan akan tetap bergabung dengan Emperall, hanya saja sampai detik ini ia belum memunculkan batang hidungnya.

Ratu sudah memerintahkan para pengawal untuk mencari Zayn, tapi sampai sekarang para pengawalnya belum kembali juga. Sementara itu Harry mengutus Sir Louis pergi ke daerah kekuasaan House Payne, The Great Batonylom, untuk mencari kepastian apakah mereka akan tetap bergabung atau tidak.

"Harry, bagaimana jika mereka tidak datang?" tanya Kendall.

"Maka aku yang akan memimpinnya seorang diri."

Kening Kendall langsung mengerut, "Memimpinnya seorang diri?? Tapi Harry, kau membawa lima ribu pasukan bersamamu."

 "Aku tahu, lagi pula ada Louis bersama kami. Ia bisa memipin sebagian kecil dari mereka. Kau tenang saja."

Kendall melenguh resah. Bagaimana jika nanti Ironshire mengundurkan diri dari peperangan ini? Pasti Harry akan semakin kewalahan nantinya. Ia hanya berharap sepupunya itu akan segera datang.


***

"Zayn..." sahut Lily. "Zayn, kau dengar aku? Zayn??" disentuhnya wajah Zayn yang penuh luka itu.

Ia memandangi Zayn dengan penuh perasaan cemas dan khawatir. Lily bahkan sudah menepuk-nepuk wajah Zayn, tapi ia masih belum sadar—walaupun kedua matanya terbuka lebar.

"Zayn, dengarkan aku... Amanda akan baik-baik saja." isaknya. "Seorang dokter handal sedang mengurusnya sekarang, kau tidak perlu khawatir. Zayn, dengarkan aku... kumohon..." kini air mata Lily kembali mengalir. Ia mulai merintih di hadapan lelaki itu.

Ia duduk berlutut di depan Zayn yang terdiam mematung bak mayat hidup. Lelaki itu merasa bahwa dunianya sudah hancur lebur. Ia telah membunuh gadis yang ia cintai dengan tangannya sendiri. Zayn merasa bahwa ialah yang lebih pantas mati ketimbang Amanda.

"Zayn..." rintih Lily. "Aku mohon sadarlah." Diguncangkannya tubuh Zayn tetapi lelaki itu masih belum mau bergerak. "Percayalah padaku Amanda baik-baik saja. Amanda selamat, kau tidak perlu seperti ini."

Yang diajak bicara hanya diam. Di matanya sosok Lily kini begitu samar dan buram. Sesekali matanya mengedip pelan dan bibirnya juga mulai sedikit terbuka.

Lily kembali memegang wajah Zayn dengan kedua tangannya, "Zayn, aku mohon padamu kembalilah. Masih ada banyak hal yang harus kau lakukan, termasuk membahagiakan Amanda, kau dengar aku? Zayn...?"

Lily semakin terlarut dalam tangisannya. Ia tidak kuasa melihat kondisi Zayn yang seperti sekarang ini. Ia takut juga kalut.

"Zayn...." desahnya parau. "Aku mencintaimu... Aku mencintaimu, kumohon sadarlah."

'Aku mencintaimu...'

Kini sesuatu mulai merasuki otak Zayn. Kata-kata yang Lily ucapkan itu terus terulang di benaknya. Hanya saja yang dilihatnya adalah sosok Amanda yang juga mengatakan hal serupa. Ia ingat betul ketika Amanda mengatakan bahwa ia juga mencintainya.

"Lihat aku." Tutur Lily lirih memandangi wajah Zayn yang penuh luka.

'Aku mencintaimu...'

Lagi-lagi kalimat itu terdengar. Namun kali ini wajah Amanda mulai samar di otaknya, tergantikan oleh wajah Lily secara perlahan.

The Secret Affairs (REVISI ✔️ - One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang