Part 5 - Baper Nggak Diajak Paskib

548 24 0
                                    

    Merasa bosan jika terus-terusan bermain ponsel, Ines memutuskan beringsut ke pagar balkon. Seperti biasa, memandang balkon tetangga. Siapa tahu, ada orang yang selalu dinantikan Ines.

    Ines masih memerhatikan balkon seberang dan lapangan bergantian, ketika ada dua orang baru saja berdiri di samping kanan dan kiri lengan Ines. Mereka adalah Delia dan Tiara. Flora tidak ada di samping mereka berdua, ataupun di belakang Ines. Cewek itu sedang bermain bersama Fauna.

    Nggak deng.

     Tentu saja Flora sedang melaksanakan tugasnya sebagai seksi kebersihan, mengingat sekarang masih jam kegiatan pagi.

    Di bawah sana, ada seorang laki-laki tinggi—tidak terlalu jangkung untuk ukuran anak SMP, yang sangat Ines kenali wajahnya berjalan melewati tengah lapangan, menuju tiang bendera. Tiba-tiba Tiara memekik, "Itu Uzi tuh, Nes!" Suaranya menusuk gendang telinga Ines. Hey, cewek itu berdiri tepat di samping Ines!

     "Bodo ah," sahut Ines cepat. Matanya memicing begitu memerhatikan orang-orang dekat tiang bendera. "Itu Kak Ravid ya, Del?" Ines menyikut lengan Delia. Cowok yang dimaksud terlihat tengah membimbing Fertha dengan bendera di tangan.

     Omong-omong, Fertha adalah ketua OSIS tahun ini di SMP Nya. Kalau Kak Ravid, cowok jangkung itu pernah menjabat sebagai Ketua OSIS tahun lalu—sekarang telah menjadi gebetan baru Delia.

    Delia hanya menggumam mengiyakan, mengangguk, dan terkekeh.

     Sebenarnya, tidak dapat disebut gebetan juga. Hanya saja, Ines dan Tiara sudah memicu gosip bahwa Delia menaruh hati pada Kak Ravid. Kemudian disebar ke seluruh penjuru kelas VIII-4. Dan entah mengapa, Delia menerima gosip tersebut dengan lapang dada. Tidak berusaha melawan atau menentang pernyataan tersebut. "Entar suka beneran aja, lo," begitu kata Flora saat Delia diam saja ketika dijahili Ines dan Tiara.

     Berhubung Uzi adalah wakil ketua OSIS kedua, Ines menganggap ini adalah pemandangan pagi yang lumayan indah. Ines tegaskan, hanya lumayan.

     Sadar ada kejanggalan sesuatu, Tiara bertanya, "Lo nggak turun? Itu kayaknya anak-anak OSIS lagi pada latihan paskib, dah."

     Ines mengiyakan. "Fertha, kan, kelas VIII-1. Terus, Uzi kelas VIII-8. Mungkin Kak Ravid lagi ngajarin mereka paskib. Lo enggak?"

     Tugas paskibra setiap Senin itu bergiliran setiap kelas. Beberapa bulan lalu, kelas Ines sudah dapat giliran. Boleh jadi, Senin nanti adalah giliran anggota OSIS.

     Air muka Delia berubah. Ada raut kesal, merajuk, dan pasrah tersirat di sana. "Lo nggak punya LINE, kan? Bisa jadi Fertha ngasih infonya semalem, di grup anak OSIS." Tiara meyakini Delia lagi.

     Cewek berhidung mancung—ke dalam—itu masih menatap lapangan dengan dahi berkerut. Layaknya sedang mencari teman OSIS yang berbeda kelas. Diam-diam dia membenarkan ucapan Ines dan Tiara. Akhirnya, setelah beberapa menit dilanda keheningan, Delia kembali masuk ke kelas. Ines mengidik lalu berjalan mengikutinya.

     Sebagian besar siswa-siswi kelas VIII-4 sudah berada di dalam. Seperti yang lain, Ines mengangkat kursinya dari atas meja. Sementara yang dilakukan Delia hanya mendorong kursinya asal, sehingga kursi tersebut jatuh dan terdengar bunyi gedubrak sangat keras (kenapa selalu gebudrak? Nggak tau juga.) Semua mata langsung berpusat ke Delia, menatap cewek itu heran sesaat.

     Delia memutar matanya malas, menaruh bokongnya di kursi Flora dengan kasar. Masih kesal. "Tolong berdiriin, dong!" pintanya pada Ines. Setelah membantu membetulkan kursi Delia, dia duduk di sana lalu menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan. Tak lama, Flora datang dari pintu kelas menuju lemari, menaruh ember dan kain pel.

Putih BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang