Ujian Kenaikan Kelas tinggal menghitung jari. Tidak terasa mereka akan merangkak keluar dari bangku kelas delapan menuju kelas sembilan. Meninggalkan segala hari santai, mendekati hari sibuk penuh belajar dan belajar.
Seharusnya, hari ini Ines menghadiri sidang terakhir Mama untuk menentukan berapa-tahun-hukuman-penjara-yang-pantas atau Mama bisa pulang saat itu juga. (Ines tidak yakin juga, apakah benar itu akan menjadi sidang terakhir, atau masih ada sidang lainnya.) Namun, karena ada ulangan harian Kewarganegaraan terakhir yang harus diikuti Ines—dan sama sekali tidak boleh mengikuti susulan—menghalanginya untuk hadir. Kalau saja Bu Tina tidak akan meneror Ines nantinya, pasti dia akan bolos.
Lebih-lebih lagi, Ines harus mengikuti seleksi terakhir untuk Jumbara besok lusa. Tidak menyangka karena bisa terpilih seleksi pertama dan kedua dari sekolah.
Karena lokasi rumahnya berjauhan dengan lokasi seleksi tersebut diadakan, Ines meminta izin ke Om Torim dan Tante Sara untuk menginap di rumah Sasa. (Kebetulan rumahnya sangat dekat dengan lokasi seleksi.) Sasa senang sekali begitu mendengar Ines akan bermalam di rumahnya.
Tidak ada yang mau memberitau hasil sidang Astrid hari itu. Entah, mereka tidak ingin membuat Ines semakin terpuruk, atau sebaliknya—mereka ingin membuat kejutan.
Walaupun Ines sudah merengek ingin diberitau dan berjanji reaksinya tidak akan berlebihan, tetap saja. Tante Sara, Om Torim, dan anggota keluarga lain tidak ada yang mau menunjukkan. Selalu mengallihkan topik yang menyudutkan Ines. Entah mengingatkan ke UKK, menyuruh belajar untuk ujian, meminta Ines terus menghapal untuk seleksi, ataupun mengingatkan akan UH Kewarganegaraan.
Hingga Ines sudah bersiap guna menginap di rumah Sasa pun, masih tidak ada tanda-tanda bocoran hasil sidang kemarin. Dan juga, saat perjalanan ke rumah sahabatnya itu, Ines menarik-narik kaus Adit dan merenyeh. Sampai Adit mengancam akan menurunkannya di tengah jalan kalau saja Ines tidak berhenti menganggu konsentrasi menyetir, Ines baru berhenti.
Sasa pun dituduh mengetahui sesuatu dari hasil sidang kemarin, mengingat keluarga mereka semakin akrab sejak Sasa mengetahui masalah keluarga Ines. Sasa juga sama, berpura tidak tahu. Ines sangat yakin Sasa hanya berlagak. Jadilah, Ines berhipotesis bahwa masih ada sidang lanjutan. Mama masih tahanan. Belum narapidana, dan semoga saja tidak akan.
•∞•
Dari tujuh belas anggota Palang Merah Remaja di SMP Nya, diseleksi dua kali menjadi sepuluh, lalu dua. Dua orang itu adalah Ines dan Putri. Setelah dari sekolah, berlanjut ke seleksi tingkat provinsi. Terakhir, sebelum Jumbara benar-benar dimulai pada hari libur panjang.
Seleksi hari ini mengenai sejarah Palang Merah. Keberuntungan ada di pihak Ines dan Putri karena mereka masih mengingat teori yang diajarkan Kak Aris beberapa bulan lalu. Mereka sempat mengulang sedikit, sebelum inti acara dimulai. Mengetes kemampuan masing-masing dengan melontarkan berbagai pertanyaan terkait sejarah.
Kegiatan ini bukan hanya seleksi untuk Jumbara yang dilaksanakan di Sulawesi. Juga bisa disebut sebagai lomba untuk meraih piagam dan piala penghargaan. "Lumayan buat banggain nama sekolah kita. Walaupun nggak ikut Jumbara, tapi kita harus berusaha lolos sampe seleksi terakhir," begitu kata Putri setelah mendengar pengumuman dari pengeras suara dengan sangat jelas, bahwa acara ini adalah lomba sekaligus seleksi untuk Jumbara. Ines hanya menanggapi dengan senyuman, membanggakan seseorang apalagi banyak orang menjadi kebahagiaan tersendiri.
"Modern dance lo lomba kapan, Put? Kepilih buat lomba nggak tuh?" Pertanyaan Ines membuka percakapan saat istirahat sedang berlangsung, sembari mengunyah makan siang. "Eh iya," Ines teringat sesuatu, berhenti memamah sekejap, "lo mah udah pasti kepilih. Multifungsi banget, ya, lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Biru
Teen FictionKehidupan gadis SMP ini nggak senormal yang kalian pikir. Baru kali ini, Ines merasakan bagaimana rasanya ditinggal seorang ibu. Walaupun dia sudah terbiasa tanpa ayah, rasanya beda jika orang tersebut adalah ibu, wanita yang rela membesarkannya dar...