Part 6 - Rapat, Nggak?

541 23 0
                                    

     Begitu Putri mengabarkan pada Delia untuk ikut rapat, Delia malah heran. "Rapat OSIS?" keningnya berkerut dalam, "Rapat apaan?"

     Omong-omong, Putri salah satu anggota OSIS, layaknya Delia. Dia menghampiri kelas VIII-4, memberitau info tersebut karena paham cewek itu tidak bergabung dengan grup komunikasi OSIS. "Nggak tau," Putri mengidik, "Fertha cuma bilang kalo kita harus rapat abis shalat Jumat."

     Delia menghela nafas malas. "Oh yaudah, makasih ya." Putri mengacungkan jempol kanannya, lalu melangkah turun ke lantai bawah.

     Cewek itu memilih duduk di kursi guru, seperti biasa. Soal kebenaran jadwal rapat, bisa ditanyakan pada Vania—yang notabenenya juga anggota organisasi—nanti. Menunggu Ines dan Tiara menyelesaikan tugas piket setiap Jumat, sudah biasa ia lakukan sejak berada di satu kelas yang sama.

     Cindy berteriak dari pintu kelas, "Tadi pagi gue udah nyapu ya, Nes!" Lalu berlari keluar, tanpa mau repot-repot menunggu jawaban Ines. Begitulah jika ketua kelas dipilih hanya karena kenal, bukan karena kepemimpinan.

     Ines hanya bisa menggumam mengiyakan. Toh, sudah biasa baginya mendengar alasan itu dari mulut Cindy. Padahal, pagi tadi juga Cindy hanya piket asal-asalan. Sekadar menyapu satu bagian, kemudian melempar sapu ke lemari. "Beresin meja aja yuk, Nes. Pada nggak mau anak lakinya," saran Tiara, menghampiri Ines yang masih menyapu, dengan kerutan pada kening.

     Mulai mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas, Ines melihat masih ada beberapa siswa-siswi berlalu lalang, tidak ada yang menggenggam alat kebersihan apapun. "Tadi pagi lo udah minta gue nggak usah nyapu. Ya, daripada kagak ada yang nyapu, mending gue aja," jawab Ines sembari terus melanjutkan kegiatannya.

     Bunyi suara kayu dengan kayu beradu membuat kepala Ines dan Tiara ditolehkan ke asal suara. Ternyata, Bayu sudah melakukan tugasnya untuk merapihkan meja yang berantakan, tidak teratur, dan tidak lurus.

     Ines menolehkan kepalanya dan tersenyum pada Tiara. Cewek berwajah bulat itu masih mengerutkan kening di tempat yang sama. "Tuh, Bayu udah melakukan tugasnya dengan baik, Nona." Tiara hanya diam, lantas berjalan ke lemari kelas untuk mengambil sapu dan memulai kegiatan piket.

•∞•

     Begitu sudah menginjakkan kaki di kelas VIII-8 dan menemukan sosok Vania, Delia langsung mencecarnya dengan pertanyaan, "Nanti lo ikut rapat?" Tidak lupa, dengan tangan berada di kedua bahu Vania. Sedikit berharap agar Vania mengatakan tidak dan Delia bisa ikut bolos dengannya.

     Namun, Vania malah menjawab hampir persis seperti yang Delia berikan pada Putri tadi, "Lah? Rapat apaan? OSIS?" Kerut di kening cewek jangkung itu mendukung kebingungannya.

     "Tuh kan, Del," Tiara menyeringai lebar, "Vania juga nggak tau. Pulang aja, yuk." Dia merengek sembari menarik-narik lengan seragam Delia.

     Delia melepaskan kaitan tangan Tiara padanya. "Jangan ngehasut."

     Kening Tiara berkerut dalam. "Bukan itu maksud gue." Sudah menjadi kebiasaan, Tiara selalu menempel pada Delia bak anak ayam dengan induknya. Ditambah, cewek itu tidak ingin diminta menunggu rapat OSIS hingga selesai, agar Tiara bisa pulang bersama Delia dan Vania.

     Delia tidak menghiraukan Tiara dengan melontarkan pertanyaan lagi, "Lo udah cek grup OSIS?"

     "Bentar." Vania merogoh saku di roknya, lalu mengeluarkan benda persegi panjang dari sana. "Oh iya! Gue nggak buka grup dari kemarin." Kemudian dia menunjukan ruang obrolan grup OSIS, dan membacakan gelombang pesan dari Fertha, "Abis sholat jumat, rapat di ruang osis yaa."

Putih BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang