Tian POV
Gue terbangun dengan keadaan yang sudah mulai membaik. Kemudian gue membuka iphone gue dan terkejut karena sudah pukul 06.45. Gue langsung menyibakkan selimut kemudian melihat ke ranjang Adam yang berada di sebelah kiri ranjang gue.
"Kemana dia? Apa dia sudah ada di bawah? Tapi kenapa dia tidak membangunkan gue?" Kata gue dalam hati. Gue langsung ke kamar mandi. Setelah mandi gue baru ingat kalau gue belum mengambil koper gue di bagasi bus. Gue keluar kamar mandi dan melihat sebuah koper diantara ranjang gue dan Adam dan di atasnya terdapat secarik kertas. Gue mengambil dan membacanya.
Tian pasti kamu tidak akan mengambil kopermu di bagasi bus. Jadi aku bawakan kopermu ini. Dress code hari ini kaos biru yaa. Jangan pakai sandal pakai sepatu kets karena jadwal kita hari berwisata ke Candi Borobudur. Aku tunggu kamu di ballroom hotel yaa.
Dea,
Gue tersenyum dan langsung membuka koper gue. Kemudian langsung memakai baju yang ditentukan. Setelah rapi gue menuju ballroom hotel. Di sana sudah cukup ramai. Tampak Adam dan Novi sedang berduet di atas panggung. Hah? Novi? Dia ikut? Kenapa gue baru sadar? Gue berdiri di dekat pintu masuk ballroom. Dea tiba-tiba memghampiri.
"Tian? Aku kira kamu tidak ikut," kata Dea.
"Iya, aku bosan di kamar," kata gue
"Keadaanmu sudah membaik?" Tanyanya.
"Iyaa begitulah," kata gue yang disambung dengan berakhirnya duet Adam dan Novi. Sang pembawa acara naik ke atas panggung.
"Yaa penampilan yang sangat baik diperlihatkan oleh mereka berdua. Oke, kita akan memilih satu pasangan lagi untuk duet di atas panggung ini sebelum kita berangkat. Dan saatnya lampu memilih," kata Pembawa Acara. Seisi ruangan menjadi gelap hanya ada dua sorotan lampu. Yang satu mengarah ke Dea, dan satu lagi ke arah gue yang ingin menuju ke belakang.
"Apa maksudnya ini?" Tanya gue bingung.
"Yaa lampu memilih Tian dan Dea untuk berduet di atas sini, ayo kemari kalian berdua," ajak pembawa acara.
"Ayo Tian," sorak salah seorang murid di belakang gue.
"Tapi gue gak bisa nyanyi," kata gue mengelak.
"Udah maju sono," kata murid itu lagi. Gue terpaksa naik ke atas panggung, Dea pin begitu, terpaksa.
"Kita nyanyi apa?" Tanya gue kepada pembawa acara itu.
"Saya juga tidak tahu, tergantung musik apa yang diputar," katanya.
"Apa?"
"Mari kita mulai,"
Gue panik, musik mulai terdengar. Dea juga sama paniknya kayak gue. Sebuah layar di belakang mulai menunjukkan lirik apa yang harus gue nyanyikan. Untung saja ada liriknya.
Take my hand, take a breath
Pull me close and take one step
Keep your eyes locked on mine,
And let the music be your guide. (Dea)Won't you promise me (now won't you promise me, that you'll never forget)
We'll keep dancing (to keep dancing) wherever we go next. (Tian & Dea)It's like catching lightning the chances of finding someone like you
It's one in a million, the chances of feeling the way we do
And with every step together, we just keep on getting better
So can I have this dance? (can I have this dance?)
Can I have this dance?. (Tian & Dea)Mata mereka mulai bertemu dan saling bertatapan.
Take my hand, I'll take the lead
And every turn will be safe with me
Don't be afraid, afraid to fall
You know I'll catch you threw it all. (Tian)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Triangle Love
Teen FictionTian seorang siswa kelas 9 tiba-tiba jatuh cinta dengan seorang wanita lain. Padahal Tian sendiri sudah berpacaran dengan seorang perempuan sebayanya sejak 1 tahun yang lalu. Apakah pacarnya mengetahuinya? Bagaimana hubungan mereka selanjutnya?