17

1.6K 13 1
                                    

   Duduk di kelas adalah salah satu kebiasaan gue dari dulu. Sambil membaca buku atau hanya sekedar bermain handphone untuk menghilangkan rasa jenuh di kelas ini. Gue sedang membaca buku IPA. Karena menurut informasi nanti ada ulangan IPA dan katanya akan ada banyak soal fisika yang keluar.

"Ehh Tian masih aja belajar fisika" kata Tasya yang baru datang.

"Kenapa emangnya?"

"Gakpapa sihh, tapi emang lo ngerti lo kan lemah di fisika"

"Nahh justru itu gue harus terus berusaha supaya gue gak lemah di fisika" kata gue.

"Ohh yaudah"

"Tadi malam ayah gue telfon ayah lo gak?" Tanya gue.

"Iyaa, katanya ayah lo mau ngajakin ketemuan yaa sama keluarga gue" jawab Tasya.

"Terus gimana lo bisa?"

"Bisa lahh"

"Ayah gue bilangnya hari apa ke ayah lo?" Tanya gue lagi

"Kayaknya dia bilang jum'at sore deh soalnya kan lo hari sabtunya mau pertukaran pelajar kan?" Katanya

"Iyaa juga sihh"

   Tiba-tiba Dea masuk dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Dea? Kamu kenapa?" Kata Tasya yang langsung pergi meninggalkan gue. Dea tidak menjawab. Ia hanya membenamkan kepalanya di antara kedua tanganya.

"Dea kenapa Tas?" Tanya gue yabg memutuskan untuk menghampirinya.
"Mana gue tau, dia aja belum jawab pertanyaan gue." Kata Tasya. Beberapa saat kemudian Adam masuk dengan tergesa-gesa.

"Dam Dea kenapa si?" Tanya gue.

"Lo mendingan duduk aja deh ya, gue mau nenangin Dea dulu, oke?" Kata Adam.

"Tian jangan kamu disini aja" kata Dea yang ternyata sudah menunjukkan mukanya.

"Tapi Dea ini urusan kita berdua" kata Adam.

"Kenapa emangnya? Lo takut? Biar mereka berdua tau apa yang lo lakuin sama cewek itu" kata Dea berteriak. Gue belum pernah melihat Dea semarah itu.

"Dea tenang" kata Tasya.

"Cepet kasih tau ke mereka siapa cewek itu" kata Dea semakin keras.

"Tas mendingan lo bilang ke Adam deh. Suruh dia untuk membiarkan Dea tenang dulu," kata gue berbisik.

"Okee, tapi gue minta lo tenangin Dea yaa" Kata Tasya. Tasya pun langsung menjalankan tugasnya. Dia berusaha memberi pengertian ke Adam. Sementara gue berusaha menengkan Dea.

"Dea tenangin diri kamu dulu, ayo sini duduk sama aku" Dea menurut.

"Kamu kenapa sih?"

"Sumpah yan aku gak nyangka dia begitu sama aku" katanya.

"Ohh yaudah, sekarang kamu mau apa?" Tanya gue.

"Aku gak tau harus apa yann" katanya sambil menangis.

"Tian aku boleh pinjem pundak kamu gak?" Kata Dea.

"Boleh" Kepala Dea langsung mendarat di kepala gue dan dia mulai menangis sejadi-jadinya.

"Aku gak tau harus apa, rasanya aku pengen put-"

"Ssttt, kamu gak boleh ngomong kayak gitu" kata gue sambil memegang kedua pipinya sehingga kami berhadapan.

"Please kamu jangan pernah bilang kayak gitu, janji?" Kata gue. Dea tersenyum dan gue membalas senyumnya. Kemudian gue mendaratkan kepalanya di atas dada gue sambil mengelus-ngelus rambutnya.

The Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang