34

167 8 0
                                    

Setelah sarapan pagi Tian berniat menemui ayahnya yang sedang minum teh di halaman belakang. Namun, langkahnya terhenti saat ia mendengar suara ribut dari halaman belakang. Tian pun hanya mendengar dari belakang.

"Mama gak mau tau ya pah pokokya cepat usir Adlan dari sini," kata Tante Mia.

"Gak mah papa gak akan melakukan hal itu!" Jawab Om Bram.

"Tapi kenapa pah? Kenapa papa lebih sayang sama Adlan? Kenapa? Adlan itu pengacau pah di rumah ini,"

"Jaga mulut mama yaaa, Adlan itu gak seperti apa yang mama pikirkan!" Kata Om Bram.

"Cepat bawa Adlan pergi atau mama yang akan pergi?" Kata Tante Mia. Om Bram hanya diam sejenak.

"Gak perlu mah biar Adlan aja yang pergi dari sini," kata Adlan yang membuat Tante Mia, Om Bram, dan Tian menengok ke belakang.

"Adlan jangan!" Cegah Om Bram.

"Biarkan saja pah!"

Adlan naik keatas menuju kamarnya. Beberapa saat kemudian ia kembali turun dengan membawa kopernya.

"Hei, lo mau kemana?" Tanya Tian.

"Lo gak denger tadi? Gue mau pergi!"

"Pahh mahh makasih udah mau nerima Adlan disini dan terima kasih juga udah mau ngurus Adlan," kata Adlan.

"Gak nak, kamu gak boleh pergi, kamu gak akan kemana-mana!"

"Maaf tapi aku emang udah gak pantes disini, aku juga bukan siapa-siapa kalian," kata Adlan. Om Bram yang mendengar perkataan Adlan seketika teringat suatu hal. Ia kemudian pergi ke kamarnya. Sementara Adlan mulai melangkahkan kakinya keluar. Tian pun mengejarnya dan berusaha untuk meyakinkan Adlan untuk tetap tinggal. Namun saat sampai di depan pintu Om Bram kembali memanggil Adlan.

"Adlan tunggu! Kamu adalah anak kandung kami," kata Om Bram.

"Apa?" Kata Tante Mia dan Tian bersamaan. Sementara itu Adlan yang sempat menghentikan langkahnya kembali berjalan keluar.

"Akan aku kejar pah!" Kata Tian yang langsung mengejar Adlan.

"Adlan! Adlan!" Panggil Tian. Namun Adlan tetap berjalan.

"Lho Adlan kamu mau pergi kemana?" Tanya Dea yang sekarang berada di depan Adlan yang membuat langkah Adlan lagi-lagi terhenti.

"Minggir Dea gue mau lewat," kata Adlan.

"Tapi kamu mau kemana?"

"Bukan urusan lo!"

"Adlan!" Panggil Tian.

"Please jangan pergi, lo harus balik ke rumah,"

"Rumah? Hahaha Gue gak punya rumah yan," kata Adlan.

"Dan buat apa gue kembali ke rumah itu kalau lo sama nyokap lo gak mau nerima gue," kata Adlan.

"Yaa itu dulu sebelum gue tau kalau lo itu anak kandung papa,"

"Bullshit!"

"Lagian lo mau pergi kemana? Lo udah ilang selama 10 tahun. Pasti lo kangen rasa sayang seorang ibu kandung lo sendiri, dan sekarang ini adalah waktunya, lo adalah anak kandung papa dan kakak gue, lo mau balik ke rumah kan, bang? Gue yakin mama gak akan mungkin ngusir anak kandungnya," kata Tian.

Adlan duduk di pinggir trotoar. Sekarang ia memang benar benar merindukan kasih sayang ibunya dan ingin kembali ke rumahnya tapi satu hal masih mengganjal dipikiranya.

"Yan lo tau? Sebenernya gue masuk ke keluarga lo itu atas skenario dari Adam," kata Adlan.

"Maksud lo?"

The Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang