25

160 7 0
                                    

Dea terbangun dari mimpi indahnya. Ia menyadari bahwa tidak ada Tian di sekitar ia tidur. Hanya kemeja seragamnya saja yang melekat di tubuhnya. Api unggun yang Tian buat kemarin sudah dipadamkan. Di mana ia sebenarnya? Apakah Tian meninggalkannya? Sepertinya tidak mungkin. Suara derapan langkah diselingi dengan suara dedaunan yang bergesakan membuat Dea terkejut.

"Siapa itu?" Tanya Dea. Hati Dea menjadi tenang saat mengetahui kalau itu adalah Tian. Ia juga mendapatkan beberapa makanan tambahan.

"Kukira siapa, kamu dari mana saja?" Tanya Dea.

"Akhirnya kamu bangun juga, aku berkeliling di sekitar sini, sebaiknya kita harus pergi dari sini, aku menemukan sungai di sana, kita akan pindah. Kemasi barang-barangmu," kata Tian.

"Baiklah, sebaiknya pakai dulu kemejamu ini,"

Mereka berjalan menuju sungai itu. Kekhawatiranya kalau Tian meninggalkannya pun sirna. Ia mengikuti Tian.

"Tian, boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Dea.

"Yaa,"

"Apakah kamu tidak tidur semalaman?" Tanya Dea.

"Aku Tidur,"

"Tian jangan bohong, tidak mungkin kamu bisa menemukan sungai dan mendapatkan cukup makanan kalau kamu tidur. Pasti kamu tidak tidur ya kan?"

"Baiklah aku mengaku, aku tidak tidur. Aku tidak bisa tidur Dea. Aku takut terjadi sesuatu padamu," Kata Tian. Dea hanya terdiam. Ia tak menyangka Tian akan berkata seperti itu. Apa mungkin karena mereka sedang tersesat?

"Aku minta maaf soal kejadian tadi malam," kata Dea.

"Dea, seharusnya aku yang meminta maaf padamu,"

"Seharusnya aku tidak-"

"Dea stop, sebaiknya kita berjalan saja. Jangan bicarakan hal itu lagi,"

Mereka berdua melanjutkan perjalanan. Akhirnya mereka sampai di sungai. Dea sangat terkejut karena Tian sudah mempersiapkan semuanya disini. Seperti shelter darurat yang beratapkan daun.

"Tian apakah kamu yang membuat ini semua?"

"Iya, aku takut kalau sewaktu-waktu terjadi hujan,"

"Terima kasih, maaf aku tidak membantumu,"

"Sudahlah Dea, kamu mau mandi? Mandi saja di sungai ini. Aku tidak akan mengintip, kamu mandi di ujung sana yaa,"

"Hmmm baiklah,"

"Cepat yaa, aku akan menyiapkan sarapan untuk kita," kata Tian

Dea membuka pakainya. Berendam di sungai membuatnya kembali bersemangat. Ia juga baru menyadari satu hal. Ya baru menyadarinya. Ia melirik Tian yang sibuk menyiapkan makanan. Setelah selesai dan memakai pakaianya Dea memutuskan duduk di batu di pinngir sungai. Ia berusaha merenungkan apa yang ia baru sadari. Hal yang selama ini tidak disadari Dea. Yaitu, Tian ternyata lebih perhatian daripada Adam. Tian juga lebih mengkhawatirkanya daripada Adam. Ia juga lebih peduli. Lamunanya itu terpecah saat Tian memanggil.

"Dea cepat kemari makanan sudah siap," teriak Tian.

"Iyaa aku ke sana," kata Dea.

***

Hari ini Radit diperbolehkan ikut dalam diskusi. Ia mendengar bahwa Polisi tadi malam menemukan sebuah api di sebuah hutan. Rencananya mereka akan menyelidikinya. Yang pasti itu bukan kebakaran hutan karena apinya tidak terlalu besar. Ada kemungkinan itu Tian dan Dea. Meskipun begitu Radit masih khawatir karena api itu ditemukan di dekat tempat tinggal suku itu. Suku yang dicari oleh Raka. Ia sangat takut kalau mereka sampai bertemu suku tersebut.

The Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang