32

141 10 4
                                    

   Haii Gue update lagi nihh. Sorry lama karena akhir akhir ini gue pulang sore dan banyak tugas. Tapi sebelum kita lanjut ke cerita gue cuma mau ngasih tau kalau di part ini ada beberapa adegan yang mungkin bagi sebagian orang tidak pantas jadi gue minta maaf sebelumnya. Tapi gue gak ada maksud apapun kok, cuma sebagai hiburan kalian aja yang lagi bete. Terima kasih.

***

Malam itu menjadi makan malam terburuk bagi Tian. Ayahnya, Om Bram masih marah dengan Tian. Tian hanya duduk di meja makan dalam diam. Ayahnya dan Adlan sedari tadi bersenda gurau.

"Adlan bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanya Om Bram.

"Baik kok pah, seperti biasanya," jawab Adlan.

"Bagus kalau begitu, kalau kamu Fanny?" Tanya Om Bram lagi.

"Sama kok pah baik juga," jawab Tasya. Setelah itu mereka semua diam. Tian berharap kalau setelah ini dia juga akan ditanya, namun kenyataanya tidak.

"Pah, ini ada-," kata Tian terpotong.

"Oh ya Adlan besok papa ada rapat pagi sekali jadi kamu bangun agak pagi yaa," kata Om Bram.

"Iya pahh,"

Tian terdiam mengurungkan niatnya untuk memberitahukan sesuatu. Tian menatap ibunya yang sedang menyantap makanan.

"Mahh ini ada informasi dari sekolah," kata Tian. Sementara ayahnya dan Adlan masih asyik mengobrol berdua.

"Coba mama lihat suratnya," kata Tante Mia.

"Ini mah," kata Tian. Tante Mia membaca surat itu.

***

   Tian berada di balkon kamarnya. Menatap langit-langit cerah penuh bintang. Ia baru menyadari sesuatu kalau ia telah kehilangan sesuatu, Ayahnya sudah tidak menganggap dirinya lagi sebagai anaknya mungkin? Tian terus menatap dan muncul sebuah ide apa yang harus ia lakukan agar ayahnya bersikap seperti itu.

   Sementara itu, Tante Mia sedang menyisir rambutnya di meja rias. Sementara Om Bram sedang sibuk dengan laptopnya.

"Pahh kenapa papa bersikap seperti tadi pada Tian?" Tanya Tante Mia.

"Papa hanya ingin dia sadar apa yang telah ia perbuat, bisa saja itu menyakiti Adlan,"

"Tapi dia anak kita juga pah, mama tadi lihat mukanya sangat sedih," kata Tante Mia.

"Mah sudah, intinya papa sedang tidak ingin bicara degan Tian," kata Om Bram.

"Tapi pah,"

Tok tok tok

Tante Mia membuka pintu. Terlihat anaknya sedang tertunduk diam.

"Tian? Ada apa sayang?" Tanya Tante Mia.

"Papa ada mah?" Tanya Tian.

"Ada, masuk aja," kata Tante Mia. Tian masuk kamar dan langsung mengahmpiri papanya.

"Pahh,"

"Ngapain kamu kesini?"

"Tian mau minta maaf atas kejadian tadi pagi," kata Tian. Hening tidak ada jawaban.

"Tian tau pahh, Tian salah, maafin Tian yaa, mulai bicara sama Tian yaa pah," kata Tian. Om Bram menengok ke arahnya.

"Papa sudah memaafkanmu, tapi papa masih belum mau bicara denganmu sebelum kamu mau menerima Adlan sebagai saudaramu," kata Om Bram.

"Tapi pah, Tian punya firasat yang buruk tentang Adlan,"

"Itu hanya firasat, jangan terlalu dipikirkan, pokoknya papa belum mau bicara denganmu sebelum kamu mengakui kalau Adlan adalah saudaramu," kata Om Bram.

The Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang