Udara pagi di Jogja memang paling enak, sudah lama aku tidak merasakannya.
"Selamat pagi anak Mama yang paling cantik." Ia tersenyum lembut dan mendekat seraya membelai kepalaku.
"Selamat pagi juga, Ma," sapaku.
"Mandi, gih. Kita jalan-jalan, ke SMA kamu dulu, ya." Mama meninggalkan kamarku dan berkata akan menunggu di bawah.
🍀
Setelah selesai bersiap-siap, aku menemui mama di bawah. Terlihat sedang duduk berbincang bersama abah.
"Mau ngapai ke SMA Batu Raden, Ma?" tanyaku setelah duduk di sampingnya.
"Hari ini mama diminta mengisi acara motivasi di sana," ujarnya.
Kulihat Faiz sedang menyantap sarapan di dekat televisi. Aku berjalan menghampirinya. Sebelum duduk aku membuat roti selai isi sebagai santapan pagi.
"Wah, mau kemana kamu? Udah rapi aja," kata Faiz saat menoleh ke arahku.
"Mau nemenin Mama ke acara motivasi," jawabku.
Tak lama terdengar mama yang memanggilku. Setelah berpamitan pada Faiz, aku menghampiri mama.
Mama masuk dan membawa beberapa bingkisan, untuk dorprize katanya.
🍀
Aku berkeliling saat mama sudah masuk ke dalam ruangan untuk mengisi acara trainer motivation.
Aku teringat tempat pertama kali berbicara langsung dengan Alif. Aku berjalan menuju tempat itu. Langkahku terhenti saat melihat kursi yang berada di pinggir lapangan masih terlihat sama dengan kursi beberapa tahun yang lalu. Tak ada perbedaan yang signifikan. Aku melanjutkan langkahku. Aku melihat kenangan masa lalu. Bagaikan sebuah film yang sedang menunjukan adegan di masa lalu.
Nay, aku suka sama kamu.
Kata-kata itu kembali terngiang di pikiranku. Aku menggeleng, mencoba membuyarkan lamunan. Hingga salah seorang siswi menegurku.
Aku bergegas kembali ke tempat parkir, masuk ke dalam mobil dan menunggu mama. Syukurlah, tak lama kemudian yang ditunggu datang. Dan aku langsung menjalankan mobilku menuju rumah.
Jalanan tidak terlalu padat, saat do dalam mobil pun aku tidak banyak bicara. Mama sempat bercerita, tapi aku mendengarnya samar.
Pagar rumah mulai terlihat. Memasukkan mobil le dalam garasi, aku membantu mama membawa makanan yang dibeli di jalan tadi.
"Malam ini jadi, Ma?" Faiz bertanya saat mama baru sampai di depan pintu.
"Ya, jadi dong. Kenapa? Kamu gugup?" tanya mama.
Aku memerhatikan keduanya. Obrolan macam apa itu.
"Sedikit," jawab Faiz terkekeh.
Mama menepuk pundaknya. "Harusnya adik kamu yang gugup."
Aku yang tadinya hanya mendengarkan perbincangan mereka, akhirnya ikut bertanya karena rasa penasaran mendorongku. Terlebih setelah mama berkata seperti itu.
"Emang ada apa malam ini?" tanyaku.
"Jadi begini lho. Kakakmu itu—"
"Ma ...." potong Faiz.
Mama berkata tenang pada Faiz, bahwa semua akan baik-baik saja. "Nanti malam mau ada yang datang, Nay."
"Heh?" aku membulatkan mata, setengah tak mengerti dengan ucapan mama.
"Kan Mama udah pernah bilang kalau ada laki-laki yang melamarmu," jawabnya santai.
Aku tertegun, hingga air mata lolos begitu saja. Aku tidak mengetahui siapa laki-laki itu, dan malam ini aku harus menemuinya.
"Kamu pasti suka," ujar Faiz menaikkan alisnya.
Aku berjalan ke kamar. Langkahku sedikit gontai. Setelah mendengar ucapan mama tadi aku jadi merasa lemas. Aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur. Membayangkan apa yang akan terjadi malam nanti.
Ya Allah... kenapa? Ini kah rencana indah-Mu itu? Kau mendatangkan seorang lelaki untuk membantuku melupakan Alif. Tapi aku rasa ini terlalu cepat. Perasaanku terhadap Alif bahkan masih utuh, tersimpan rapi di tempatnya. Hatiku. Ya, selalu tersimpan disana.
🍀
Ketukan pintu mengisyaratkanku untuk keluar dari kamar.
Gamis berwarna baby pink dipadukan dengan khimar yang dengan warna senada. Khimar ini diberikan kak Fatimah saat wisudaku dulu.
"Nay, lama banget, sih." Faiz terus mengetuk pintu kamarku.
"Iya, ini udah beres." Aku merapikan pakaianku sebelum berjalan dan membuka pintu. Kulihat Faiz sudah menungguku dengan pakaian rapinya.
🍀
Aku duduk di kursi yang sudah ditata sedemikian rupa. Seperti konferensi meja bundar.
Deru mesin mobil terdengar dari luar. Mama dan abah beranjak keluar rumah. Aku dan Faiz mengikuti dari belakang.
"Apa kau gugup adik kecilku?" Faiz menggenggam tanganku. Mungkin ia akan merasakan betapa dinginnya tanganku saat ini. Sebenarnya, sedari tadi aku memang merasa gugup. Hatiku merasa gelisah.
"Tenanglah, ini akan jadi kejutan terindah untukmu," ujar Faiz.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Faiz terus menununtunku hingga berada tepat di belakang mama dan abah.
Terlihat beberapa orang keluar dari mobil. Namun, aku tak bisa melihatnya dengan jelas, karena orangtuaku menghalangi.
Tak lama kemudian mama dan abah memberi sedikit celah agar aku bisa melihat keluar dengan jelas. Betapa terkejutnya aku saat mendapati pemandangan di luar.
"Di ... dia ...."
🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Qadar
Spiritual[FINISH] *Sequel: Back On True Love* ____ Ketika takdir mengkhianatiku. Namun, akhirnya takdir juga yang membawa kebahagiaan untukku. Di setiap perpisahan pasti ada sebab yang Allah tetapkan. Ternyata rencana Allah senantiasa indah di akhirnya. -Ina...