Part 25

4.7K 242 1
                                    

Setelah kejadian kemarin dengan Abahnya. Faiz memberanikan diri untuk menghubunginya. Dengan modal pesan singkat, laki-laki itu menunggu balasan dengan perasaan tak karuan.

Sedari tadi ia terus mengecek ponselnya. Menantikan balasan dari perempuan yang selama ini menempati sudut ruangan di dalam hatinya. Faiz tidak pernah segelisah ini menanti balasan pesan dari seseorang.

Namanya Raina. Perempuan yang selama ini membuat Faiz berhenti mencari. Namun, takdir seolah memisahkan. Ketika dia berniat untuk mendatangi perempuan itu, ternyata Raina sudah tidak berada di tempatnya tinggal. Melainkan berada jauh di luar negeri.

Saat ini, perempuan itu melanjutkan sekolahnya di Kairo. Hubungan keduanya pun tidak terlalu berjalan dengan baik. Dulunya Raina adalah adik tingkatnya, ketika Faiz kuliah sarjana di salah satu universitas.

Lama tak mendengar kabarnya, ternyata perempuan itu mendapat beasiswa di Kairo. Setelah itu Faiz tidak pernah melihatnya lagi. Namun, entah kenapa hatinya masih terpaut pada gadis itu.

Ponselnya belum juga menunjukkan tanda-tanda mendapat balasan dari kontak bernama Raina.

Faiz memutuskan untuk menyimpan ponselnya, memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat. Dirinya merasa lelah hari ini, matanya mengantuk. Perlahan pandangannya kabur, mulai gelap, hingga terpejam seluruhnya.

Baru saja pikirannya melayang ke alam bawah sadar. Ponsel yang berdenting seolah menariknya langsung untuk tersadar kembali. Sebuah pesan masuk membuatnya bergegas untuk mengambil ponsel dan melihatnya.

Raina: Aku lagi ada di Indonesia, Kak.

Faiz hampir saja terjatuh dari ranjang tidurnya, karena terlalu senang mendapat balasan dari perempuan itu. Ia segera membalas pesan singkat itu, dengan kata-kata yang mengutarakan niatnya.

Kali ini dia tidak mau kehilangan kesempatan lagi. Sebelum perempuan itu semakin jauh dari genggamannya, dia harus berusaha untuk menyampaikan niat baiknya. Kali ini dia berharap Allah akan mempermudah segala urusan untuk menggenapkan agama dengan orang yang dipilihnya.

Raina: Silakan, Kak. Minggu ini Apih sama Amih juga ada di rumah.

Balasan lain membuat sudut bibirnya tertarik. Faiz segera berlari menuju ruang keluarga, mencari keberadaan kedua orang tuanya.

Di sana. Dia melihat Mama sedang memotong sayuran, sedang Abah ada di teras sedang membaca koran.

"Abah... alhamdulillah, alhamdulillah. Besok kita ke rumahnya ya, Bah."

Ucapan itu membuat Mamanya yang sedang memotong kangkung, ikut melihat ke arahnya. Melihat tingkah anaknya yang kegirangan. Benar-benar lepas kendali, Faiz terlihat sangat senang.

"Ada apa ini?" tanya Mamanya yang kini ikut bergabung.

"Ma, Rain pulang. Ah, ma-maksudnya, dia sekarang lagi di Indonesia. Faiz udah bilang niatan Faiz, terus dia bilang iya. Maksudnya dia mau coba. Abah ayo," ajaknya penuh semangat.

Terlihat Mama dan Abahnya saling melempar tatap. Setelahnya gelak tawa mulai terdengar.

"Kamu ini, mbok ya sabar sedikit. Mama senang dengar ini, apalagi Abah. Tapi, semuanya kan butuh persiapan. Sebelumnya, kita kasih tahu Inaya dulu, orang dia yang paling menanti-nanti hal ini."

Mamanya langsung pergi menuju telepon rumah, dan mengabarkan kabar bahagia kepada anak perempuannya.

Terdengar ucapan syukur berkali-kali dari ujung telepon. Inaya bahagia, akhirnya sang kakak menemukan perempuan yang dicarinya. Namun, ini masih awal. Masih banyak perjalanan yang harus ditempuh Faiz.

Great QadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang