Rumah Mertua part 1

10K 329 2
                                    

Terima kasih atas segala bentuk dukungan dan komennya, semoga Mas Ganesh dan Mba Laras bisa menemani setiap saat.

Selamat membaca,

Angin bertiup pelan membelah setiap sudut pori pori Laras, berkejaran dengan waktu, tangannya menopang kuat sang putra, Mahesh. Langkahnya pelan namun pasti disetiap jejaknya, ingin rasanya berlari seperti pikirannya, namun keselamatan diri dan putranya menjadi prioritas utama. Akhirnya plang tanda ruang ICU terpampang dimuka. Dari jauh nampak barisan manusia berdiri gelisah, penuh cemas.

"Maaf sus, bisa minta tolong panggilkan pak Ganesh, itu pria yang menggunakan kemeja biru!" Laras menunjuk ke arah Ganesh yang sedang duduk dengan wajahnya menghadap ke lantai.

Sesaat suster jaga meminta Ganesh melihat ke arah ku, dengan lambaian tangan dan menunjuk Mahesh, suamiku langsung keluar menemui kami.

"Kok bawa Mahesh bun?" Tanya Ganesh kesal.

"Maaf yah, di rumah hanya ada mbok Beti aku tidak yakin meninggalkan Mahesh sendirian, sebentar lagi Ibu dan Bapak datang, jadi aku bisa minta tolong untuk bawa Mahesh pulang, bagaimana keadaan Papa?" Jelasku.

"Papa masih dalam penangan dokter, sungguh bun aku merasa gagal jadi anak, penyakit jantung saja sampai tidak ada yang menyadari, padahal kemarin papa sempat mengeluh nyeri dadanya!" Mas Ganesh kecewa karena telat mengetahui penyakit jantung papa.

Suasana hening menyelimuti ruang inap ICU pak Hadiningrat, hanya suara mesin yang bersahutan tiada henti. Bahkan langkah kaki pun serasa mengambang, lelaki paruh baya yang menyandang predikat Opa kini sedang tertidur dengan tak nyaman, selang mengganjal dimulutnya, tubuhnya di tancap jarum infus, kabel warna warni menutupi keliatan bidang dadanya.

Luruh segenap airmata penyesalan dari semua orang yang memandang, tak satu pun paham akan situasi yang mendadak terjadi. Selama hidup bersama 35 tahun pun mama tak pernah mendengar keluh bahkan rintihan kesakitan. Namun kini belahan hati dan jiwanya sedang berjuang melawan segala rasa sakit. Sang anak pun Ayu dan Ganesh pun tak akan pernah membayangkan sosok papa nya akan anfal di ICU, sosok tegap dan bijak kini menutup mata tak ada pancaran dalam kegelapan. Hans dan Laras pun membeku melihat mertua mereka tak menunjukkan reaksi apapun. Bahkan pak Sastro dan bu Hanum pun hanya mampu saling menggenggam tangan saling menguatkan, karena mungkin saja besok merekalah yang disana.

"Pa, kalau masih sakit papa jangan bangun dulu ya, mama hanya mau papa bangub saat sudah sehat, papa ingat ya mama, anak anak, mantu dan cucu kita menunggu dengan sabar!" Ucap bu Camelia terhadap suami tercintanya.

"Nesh, bawa mama pulang, jujur mama butuh waktu sendiri saat ini!" Bu Camelia nampak letih menyaksikan deru suara mesin yang tak putus.

"Baik ma, nanti di rumah Laras yang menemani ya, Ganesh sama kak Hans disini menemani papa!" Ganesh merangkul sang mama memberi kehangatan ditengah dingin yang melanda.

***

Rumah sederhana seperti pada umumnya bergaya minimalis, berlantai 2 dengan 2 kamar tidur di bawah dan 2 kamar tidur di atas. Rumah yang menjadi saksi bisu perjuangan 20 tahun seorang Joseph Bram Hadiningrat merintis perusahaan, dimana Ayu dan Ganesh bertumbuh kembang. Sejarah lahirnya keharmonisan sebuah keluarga.

"Ras, mama masuk kamar dulu, Mahesh bagaimana?" Tanya Camelia pelan kepada menantunya.

"Mas Mahesh sedang dalam perjalanan ke sini ma, bersama orang tua ku, mama mau aku buatkan teh hangat atau segelas susu?" Tawar Laras sebelum menutup pintu.

"Bawakan air putih hangat saja Ras, terima kasih!" Balas bu Camelia dengan lirih.

Dengan sigap Laras menyalakan kompor, sebenarnya rumah ini sudah jarang ditempati karena rumah yang biasanya ada di bogor beserta perkebunan. Tetapi rumah ini berfungsi di kala pak Joseph dan bu Camelia banyak urusan di jakarta. Juga tempat berkumpul keluarga, hanya bik Sum dan mang Juki yang menempati dan membersihkan. Semua barang milik keluarga ini pun lengkap di sini.

Siapkah Kau? Istriku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang