Pertautan Takdir

14.3K 746 9
                                    

Selamat membaca,

Hari telah bergantian dengan bulan, waktu telah berlalu sangat cepat, bahkan tanpa sadar dunia telah banyak berubah. Kini tak lagi ada kata tabu dalam sebuah pertalian kasih antara dua insan, terbuka dimana saja ungkapan kasih sayang terjadi, bahkan televisi sebagai media informasi pun tak segan segan menyuguhkan untaian kasih antara seorang wanita dan pria disisipi konflik yang pelik hingga tidak masuk akal.

Sore ini dihiasi oleh riuh tepuk tangan mungil. Laras sedang dalam perjalanan menuju arah pulang setelah seharian berdharma wisata bersama anak anak TK Pelangi ke yayasan untuk Lansia, menyanyi, menari penuh kebahagian untuk menghibur para kakek dan nenek yang tinggal di panti.

"Bu guru, besok kita kesana lagi ya bu!"

"Bu guru, tadi aku bantuin oma buat mam!"

"Bu guru, aku dong tadi hebat nyanyi buat opa disana!"

"Bu guru, aku dong pintar tadi nyisirin rambut nenek yang putih!"

Celoteh anak muridnya tidak pernah surut, walaupun Laras tahu bagaimana anak muridnya begitu antusias membantu para oma, opa, kakek, nenek disana. Ada rasa haru karena kasih tulus dari anak muridnya mampu membuat suasana tenang menjadi riuh dengan keceriaan mereka.

Selama perjalanan kembali ke ibukota, bis serasa sunyi, anak anak TK Pelangi nampak tertidur, mungkin lelah. Begitu pula sang ibu guru Laras, kecapekkan meladeni murid murid yang begitu aktif. Setibanya di TK Pelangi orang tua murid menjemput anak mereka. Bahkan beberapa anak hanya dijemput oleh baby sitter mereka. Laras nampak sedih karena tidak semua anak didiknya memiliki orang tua yang care.

"Sudah ada yang jemput bu guru?" Suara yang nampak Laras kenal.

"Belum mas, mau ngajak aku pulang bareng?" Tantang Laras.

"Iya dong, kapan lagi bisa mengantar bu guru yang cantik!" Ucap sang pria.

"Mulai bermain tidak aman sekarang mas?" Ucap Laras jengah.

"Hehehe ayolah Ras, naik, gunakan helm!" Sang pria menyerahkan helm polkadot pada Laras.

"Mas Ganesh, nanti bisa mampir beli ketroprak!" Ucap Laras sambil naik motor.

"Laper? Tapi kasih tahu letaknya!" Ucap Ganesh sambil mulai menstater motor.

Sepanjang perjalanan Laras mencoba menahan kantuk, berulang kali helmnya beradu dengan helm Ganesh. Dengan sigap Ganesh menarik tangan kiri Laras, digenggam erat agar Laras lebih mendekat dan tidak jatuh.

"Mas!" Laras kaget dengan perlakuan Ganesh.

"Daripada jatuh, anggap kita mulai belajar menautkan takdir kita!" Ucap Ganesh santai.

"Nanti gak seimbang bawa motornya!" Ucap Laras menahan malu.

"Selama aku berhati hati pasti imbang!" Ucap Ganesh santai.

Sampai di tempat penjual ketroprak, suasana ramai memenuhi ruang yang berukuran 2x2, Laras memesan ketroprak pada secarik kertas dan ditempel di jejeran pesanan yang lain. Ya sang penjual terus membuat tanpa mau bertanya lagi karena begitu banyaknya pesanan ketroprak, sang penjual dan asistennya terus bekerja. Laras yang mengantuk memilih duduk bersama Ganesh di atas motor. Perlahan kepala Laras menunduk menahan kantuk, Ganesh menarik kepala Laras ditaruh di bahu nya. Laras nampak nyaman dengan posisinya. Cukup lama untuk menerima ketroprak pesanan Laras. Dengan hati hati Ganesh membangunkan Laras. Dengan malas mata Laras terbuka, kaget dengan posisi nyamannya.

"Ya ampun mas, maaf lancang!" Ucap Laras gugup.

"Kamu nyaman saja itu bukan kelancangan!" Ganesh memandang Laras tak berkedip.

"Ayo, pulang mas nanti aku terlalu nyaman!" Ucap Laras malu.

"Baiklah, sepertinya kamu sudah lebih baik!" Ucap Ganesh sambil bangkit dan merenggangkan otot bahunya.

Senyum kecil nan malu Laras tunjukkan mengenang betapa mudahnya merasakan bahu Ganesh. Sedang Ganesh tersenyum simpul melirik senyum Laras dari kaca spion. Haruskah berbangga pada bahunya, karena sudah lancang memberi ruang pada rasa kantuk Laras.

"Mampir mas, sekalian makan ketroprak di dalam?" Laras membuka helm dan menerima bungkusan ketroprak.

"Boleh, belum jam 6 sore juga jadi gak masalah untuk bertamu, ada orang lain di dalam?" Tanya Ganesh sambil mengamati keadaan rumah yang lengang.

"Ada ibu ku di dalam, kenalan sekalian?" Ucap Laras agak ragu.

"Boleh kalau kamu mau mengijinkan aku bertemu!" Ucap Ganesh tenang.

"Tentu boleh, masuklah!" Laras membuka pintu agar Ganesh bisa masuk.

"Welcome the justice woman!" Ucap Ganesh lirih.

***

Sesosok wanita paruh baya dengan daster coklat sederhana. Duduk dengan santai diruang televisi, memandang seorang pria bersama putri kesayangannya,dengan tatapan sinis, serta tajam menilai pria yang dilihatnya.

"Selamat sore ibu, perkenalkan saya Ganesh teman Laras, kami sedang tahan memulai pertautan takdir!" Ucap Ganesh dengan mantap.

"Berani sekali menjalin pertautan dengan anak saya! Kamu punya apa untuk bertanggungjawab terhadap putri saya?" Ucap ibu itu ketus.

"Saya punya pekerjaan tetap dan sebuah rumah kecil dipinggiran kota!" Jawab Ganesh santai

"Kamu pikir cukup dengan hartamu membahagiakan putri saya, paling tidak kamu punya pangkat, jabatan, kendaraan, bukan motor butut seperti itu!" Ibu Laras semakin gencar menyudutkan.

"Saat ini saya memang hanya punya motor itu, karena saat ini saya masih sendiri, kelak ketika saya berkeluarga pasti akan ada peningkatan dalam hidup saya, karena ada istri dan anak saya, dengan mencapai bersama maka hubungan yang terjalin pun akan semakin erat karena kami sama sama berjuang mencapai satu titik yang terbaik dalam hidup kami!" Ujar Ganesh tenang tak ada keraguan sama sekali.

"Apa kamu mau menikahi putri saya hanya untuk hidup susah sama kamu! Maaf saya tidak sudi putri saya harus ikut menanggung beban kamu sebagai kepala rumah tangga!" Ibu Laras geram sekali.

"Bu, maaf saya tidak akan mengajak putri ibu susah, sudah tugas dan tanggung jawab saya membahagiakannya, tugas putri ibu adalah sebagai pendamping saya menggapai tujuan kami bersama, karena ketika saya sendirian maka tujuan hidup berorientasi pada saya, ketika saya menikah, jelas tujuan saya adalah kebahagian keluarga saya!" Ganesh tetap santai, walaupun hatinya ketar ketir.

"Saya hanya minta pesta pernikahan menggunakan adat jawa lengkap dari awal lamaran sampai ngunduh mantu ngerti, saya juga minta seserahan yang paling baik, saya hanya mau kamu mempersiapkan segala sesuatunya dalam waktu 3 bulan!" Ucap ibu Laras dengan tegas tanpa ingin dibantah sepatah katapun.

"Baik bu, terima kasih telah mengijinkan saya bertautan kasih dengan putri ibu!" Ganesh mencium tangan ibu Laras dengan khidmat.

Laras datang setelah selesai makan ketroprak. Memang sedari tadi dia tidak menemani Ganesh diruang tamu, hanya memberikan secangkir teh hangat. Raut wajah bingung Laras nampak jelas ketika bertemu Ganesh.

"Mas lolos dari ibu?" Ucap laras ragu.

"Sedikit saja hampir lolos!" Ucap Ganesh santai.

"Setahu ku ibu tak mungkin menyerah walau hanya sebentar!" Ucap Laras sambil duduk dihadapan Ganesh.

"Ras, aku pulang dulu setelah semua siap aku akan kabari kamu!" Ganesh bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu.

"Semoga lancar mempersiapkannya!" Ucap laras sambil tersenyum.

Kini takdir akankah mempersatukan takdir cinta mereka. Saat dua wanita hebat menguji kesiapan mereka menghadapi rumah tangga mereka. Hanya tinggal dua pria tangguh menguji kesiapan mereka mengarungi pahit getirnya hidup bersama.


















Maaf atas typo, trima kasih atas dukungan dan saran serta kritiknya.

Siapkah Kau? Istriku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang