Epilog

17.3K 682 16
                                        

5 tahun kemudian..

Hari demi hari berlalu sudah. Hari dimana sekolahku mengadakan acara yang selalu dinanti nanti setiap muridnya pun sudah kulewati saat ini. Dan sekarang, aku harus melewati hari yang menegangkan. Sudah pasti kalian tau dong hari apa itu?

Seminggu lagi setelah acara pertunanganku kemarin bersama Aga berjalan dengan lancar, aku harus melewati masa hari pernikahanku dengannya yang akan dilaksanakan besok pagi. Itu sungguh menegangkan bukan? Mungkin bukan hanya pengantin sepertiku saja yang merasa gugup jika hari telah mendekati hari kebahagiaan yang hanya dilaksanakan sekali seumur hidup. Kalian juga pasti bukan?

Dekorasi serta kebutuhan saat aku nikah nanti, semuanya sudah tersusun dengan rapi. Jadi, aku dan Aga hanya tinggal menerima dan melaksanakannya saja.

Kali ini, aku tengah duduk di tepi ranjang kamarku yang sudah didekorasi dengan warna putih serta tosca. Tirai tirai besar tergantung di setiap sisi kamarku. Tempat tidurku yang tadinya tersusun dengan sangat sederhana, kini berganti dengan tempat tidur yang telah didekorasi menjadi sedemikian elegant-nya.

Mataku terperangah menuju pintu kamarku setelah mendengar bunyi pintu terbuka. Dan ternyata, sosok laki laki bertubuh jakung yang akan menjadi milikku kelak berjalan dengan langkah cool-nya ke arahku.

"Hai sayang".ucapnya.

Aku tersenyum. "Hai juga".

"Gimana perasaan kamu?".

"Aku takut Ga".ucapku gugup.

Aga mengerutkan kening. "Apa yang kamu takutkan? Bukannya seharusnya kamu bahagia gitu?".

Aku bahagia Aga, aku sangat bahagia. Hanya saja..

"Aku bahagia Aga, tapi ada rasa takut kalau tiba tiba aja, pernikahan kita gagal tanpa alasan".

Aga tersenyum penuh arti dan membawaku ke dalam dekapannya. "Gak ada yang bisa ngebuat pernikahan kita gagal. Kamu tenang aja, aku jamin deh anak kita nanti pasti juga gak sabar buat nunggu kapan emak bapaknya jadi".

Aku memukul lengan Aga. Laki laki ini, bisa saja membuatku tertawa. "Apaan sih kamu gak nyambung deh".

"Kita keluar yuk? Kasihan Mama, Papa, kamu dan aku udah nungguin tuh di halaman belakang buat makan malam".

Aku mengangguk mengiyakan. Lalu, aku dan Aga bangkit dan berjalan beriringan keluar dari kamar menuju halaman belakang. Kini, rumahku yang tadinya hanya dihuni oleh kedua orangtuaku dan Kak Leon, menjadi ramai berkat kedua orangtua Aga dan juga dirinya memilih untuk tinggal di rumahku sampai hari pernikahanku dengannya tiba.

This is family goals menurutku. Menurut kalian?

♧♧♧

Mataku terbuka saat melihat penampilanku di depan cermin meja rias milikku. Aku begitu tidak percaya saat melihat pantulan diriku ada di depan cermin ini. Ya, ini pasti bukan aku. Dengan baju dress serba putih dipadukan dengan riasan make up yang dipoles ke wajahku. Tak lupa juga, untuk  riasan pada rambutku, disanggul menggunakan satu buah sanggulan disertakan kain yang menutup rambutku.

Dapat kukatakan, wajahku yang sekarang sangat berbeda dengan wajahku tanpa polesan make up. Lebih fresh dan terlihat tenang.

Tok tok tok

Aku menatap pintu dari pantulan cerminku. Sang tata rias dengan sigapnya berjalan mendekati pintu itu dan membukanya. Muncullah seorang wanita paruh baya dengan wajah sumrigahnya saat menatapku.

Perempuan itu mendekatiku. "Cantik sekali kamu sayang..".ucap Mama sambil memelukku dari belakang secara hati hati.

Aku tersenyum. "Thanks Mom".

"Di luar udah pada ramai tuh, Aga juga sama keluarganya udah pada datang. Yuk nak, turun. Biar Mama bantu".ucap Mama.

Tadi malam, Aga dan keluarganya terpaksa meninggalkan keluargaku dalam mengikuti tradisi akad nikah.

Aku tersenyum. "Iya Ma".aku memegang tangan Mama sebagai penopangku untuk berjalan.

Karena aku belum bisa sepenuhnya menggunakan heels. Dress-ku yang panjang menyentuh lantai, dipegang setengahnya agar aku tidak jatuh oleh sang perias pengantin. Aku berjalan keluar kamar bersama Mama menuruni tangga dengan langkah pelan. Kalau sampai jatuh, bisa tinggi resikonya.

Mataku menangkap ke satu arah yang menuju ke tempat laki laki kesayanganku itu duduk. Beliau menunjukkan senyuman santainya kepadaku.

Aga memang tidak pernah gugup untuk menjalani prosesi pernikahan.

Hingga sampai akhirnya, aku duduk di meja akad nikah sebelah Aga. Dengan Papa yang duduk di sisi kananku. Tanpa butuh waktu lama, prosesi akad nikah pun di mulai. Dengan disaksikan oleh Papa serta banyaknya para tamu undangan yang ada di dalam rumahku.

Kebahagiaanku bersama Aga pun dimulai. Aku menatap wajah Aga saat dia mengatakan janji seorang suami pada istrinya. Mungkin, inilah awal aku bersama Aga menuju ke pasangan suami istri. Inilah kejadian yang paling aku dan Aga tunggu.

Tidak perlu takut untuk tidak halal lagi, karena aku dan Aga resmi menjadi pasangan suami istri.

END

EXPECTED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang