Prolog

35.2K 953 8
                                    

PROSES PENGEDITAN

°°°°°

Hari ini aku berangkat lebih pagi karna pembagian kelas di adakan hari ini. Aku berharap masuk ke kelas ipa dua atau tiga yang pastinya nggak perlu susah susah belajar siang malam layaknya anak anak jenius yang sibuk mengejar atau sekedar mempertahankan peringkat.

Dari kejauhan mading tampak dipenuhi murid murid berseragam rapi dan dipastikan anak rajin semua. Aku yang penasaran langsung berjalan lebih cepat untuk melihat dimana kah aku ditempatkan.

Ngelip sana nyelip sini, geser sana geser sini hingga akhirnya aku sampai didepan mading. Kucari nama ku dan tak kudapati dalam kelas ipa 2,3,4 dan ips. Aku yang gusar berusaha tegar dan perlahan bergeser ke arah kertas yang bertuliskan ipa 1. Perlahan ku tatap dan urutan ke 20, disitulah nama ku.

Lutut ku lemas, bumi bergoyang dan semua tampak sunyi. Keadaan tidak berpihak kepadaku dan aku yang nggak pintar pintar banget harus berjuang untuk mempertahankan posisi ku.

Dengan cepat aku mencari toilet karna aku merasakan perut ku mual dengan kepala mengalami migren hebat. Sebegitu dahsyatnya efek penempatan kelas membuat tubuh ku langsung terserang demam dadakan. Pyuh.. hancur hidup ku.

Langkah ku terhenti saat mata ku melihat dua orang lelaki sedang beradu jotos di lapangan parkir. Aku yang lagi kesal langsung menghampiri mereka untuk melerai perkelahian mereka. Entah aku bodoh atau tidak intinya aku lagi kesal dan ingin melampiaskan kemarahan ku dan mereka adalah targetnya.

"Stop!!." Aku berteriak sekeras kerasnya hingga mereka menatap ku intens. Mereka saling menjauh dengan raut wajah yang tidak dapat diidentifikasikan. "Gue kesel, dan kalian bikin gue tambah kesel, gue pengen muntah dan kalian malah bikin gue pingin tambah muntah, gue pusing dan kalian bikin kepala gue tambah jedot." Aku mengambil nafas dalam karna nafas ku mulai habis. Terlihat pemuda satu ingin pergi meninggalkan ku yang belum selesai ngomong.

"Woi... kalian nggak mengerti perasaan cewek ya, gue belum selesai ngomong tau nggak sih." Aku berteriak dan menunjuk pemuda yang melengos pergi tanpa mengindahkan perkataan ku. "Wah muka gile tu orang, ninggalin cewek cantik kek gue, gini ni anak jaman sekarang, kalau diceramahin malah lari."

Pemuda satunya lagi malah tertawa terbahak bahak sambil memegangi perutnya. Wajahnya lumayan tampan dan bisa dibilang dia........ ya pokoknya tampan lah.

"Jangan ketawa ya pak, gue disini mau nyeramahin lo bukannya mau ngelawak, so gue tadi nyape mana ya?." Aku mencoba mengingat sampai mana aku bicara tadi.

"Kepala lo jedot." Sahutnya.

"Oh ia gue baru ingat." Aku tertawa sambil memukuli kepala ku. "Oke." Aku merubah raut wajah ku menjadi marah. "Gue baru aja di masukin ke kelas ipa1 tau nggak sih. Gue harus gimana, kalau nilai gue turun gue bisa dihabisin ama bokap gue dan lebih parahnya duit bulanan gue bisa di potong atau parahnya bisa nggak dikasih duit jajan gue. Astaga bisa gila gue gara gara nggak ke kantin." Aku mondar mandir berkacak pinggang sambil memijit kepala.

"Ya lo belajar lah." Sahut si sok peduli.

"Enak ya lo cuman ngomong, lah gue yang menjalankan tertekan cuy." Sewot ku. Aku duduk dan mendekat kearahnya. Entah apa yang terjadi dengan diriku hari ini dan bodohnya lagi aku mempermalukan diri ku dengan menceritakan sesuatu yang bahkan tak layak untuk di umbar kepada orang asing.

"Gue nggak bisa hidup tanpa hp. Sumpah gue punya kelainan soal ini dan gue nggak bisa jauh dari duit. bisa mati muda kalau itu terjadi." Aku mengibas ngibaskan rambut ku dan jujur aku merasa migren ku semakin menyakitkan.

"Terus hubungannya ama gue apa?."

Aku terdiam. Ia juga sih. Hubungan sama mereka apa. Kenapa aku malah marah marah nggak karuan sama mereka. "Gue butuh pelampiasan." Balas ku malu.

Pemuda itu tergelak. Tawanya yang renyang membuat ku semakin menciutkan nyaliku. Rasanya muka ku sudah hilang ke planet antah berantah karna sikap ku ini. Aku sungguh menyesal.

"Akh!! Diam lo nggak usah ketawa. Muak gue!." Aku bangkit dari duduk ku. Kepala ku seolah berputar putar dan rasanya menyakitkan.

Tangan ku yang bebas langsung memijat kepalaku. Sebuah tangan besar meraih tangan ku dan kutatap matanya. Terlihat jelas dia khawatir dengan keadaan ku namun sekali lagi. Kejadian memalukan itu membuat ku tidak memiliki muka lagi jadi dengan kasar aku menepis tangannya dan berjalan meninggalkannya.

Baru beberapa langkah, tubuhku langsung limbung dan anehnya aku merasa sebuah tangan merangkul pundak dan pinggang ku erat. Tubuh ku melayang dan aroma maskulin yang sempat hilang kembali tercium dalam hidung ku.

Dalam sedikit kesadaran. Aku mendengarnya berbicara dengan samar dan perkataannya benar benar melenyapkan urat malu ku. Sungguh aku menyesal dengan tindakan ku dan aku bersumpah akan menenggelamkan diri ku menjauh dari keramaian setelah ini. Aku bersumpah.

Thanks

Gimana guysss?? Kalian suka nggak ?? Jangan lupa vote dan komen ya

By by

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang