6. Perhatian

12.1K 535 2
                                    

PROSES PENGEDITAN

°°°°°

Donor darah terasa begitu menyakitkan bagi sebagian orang. Tapi bagiku itu adalah pekerjaan mulia yang menyenangkan. Aneh tapi emang itu kenyataannya.

Aku berjalan dengan pincang kearah kelas, tanpa kusadari ternyata kedua lutut ku mengeluarkan darah dan mengalir hingga membasahi kedua kaos kaki ku. Pantas saja semua orang menatap ku tapi sebagian cuman nunjuk nunjuk doang jadi aku nggak peka sama apa yang mereka maksud. Kalau dilihat lihat emang agak ngeri si lukanya. Ah disiram air juga sembuh.

Aku berjalan kearah toilet yang pastinya harus melewati UKS dan artinya aku harus melihat si Gibran dan pacarnya bermesraan membuat hati ku sakit berkepanjangan tapi di banding melihat luka yang mengalir ini, mendingan aku ke toilet, kan aku bisa nyumput ala mata mata gitu biar nggak ketahuan.

Lihat sana lihat sini, mata mengintai, langkah pincang perlahan dan mengendap mengendap adalah cara sebagai mata-mata ala Tasya.

Tidak ada batang hidung target menandakan target dalam keadaan jauh. Jalan maju dan jalan mundur dan balik lagi. Ternyata target ada di hadapan ku. Buset dah, apes kan.

"Lo kenapa, jalan pincang kayak maling gitu." Dia menatap ku dari atas hingga bawah dan langsung melotot pada bagian lutut.

Aku yang sok tegar langsung berdiri tegap menahan rasa sakit dan berjalan menjauhinya. Dari sini aku melihat keran air dan langsung aja aku berlari menghampiri target.

Buyurrrr

Air mengalir membasahi kedua kaki ku dan rasa perih membuat ku mengibas ngibaskan kedua kaki.

"Hadowww perihnya, perih banget, sakitnya oh Tuhan." Aku menjerit-jerit kecil diselingi lompatan.

"Sok kuat sih lo." Sahut Gibran dari belakang. Aku menatapnya sinis dan beranjak pergi menjauh.

"Gue tau lo cemburu karna tadi gue gendong Siska, tapi Siska itu sepupu gue dan gue sama dia nggak ada apa apa kok." Perkataannya membuat hati ku mencelos seakan akan kata kata itu lah yang ku tunggu sejak tadi.

"Terus gue peduli." Ucap ku sarkastik.

Dia hanya tertawa geli dan menatap ku aneh.

"Udah lo sekarang ikut gue ke UKS." Ucapnya dengan sisa tawa. Dia jongkok dan mengisyaratkan ku untuk naik tapi aku menggeleng. "Ayo naik atau gue siram luka lo pakek jeruk nipis."

aku hanya mengangguk dan memilih naik ke punggungnya. Jual mahal dikit lah sambil modus.

"Luka lo lebih parah tapi lo nggak kenapa napa, giliran sepupu gue luka cuman sebelah, langsung pingsan gitu." Dia menggeleng dan menatap ku sekilas.

Aku mendumel dan memilih menikmati saat-saat dimana dia menggendong ku. Nyaman

Dia mendudukan ku di bangker bekas gadis tadi dan beranjak kearah kotak P3K.

Dia begitu cekatan mengobati luka ku dan beberapa menit, luka ku sudah disulapnya dengan perban dan tertutup rapih.

"Selesai." Dia berdiri dan menatap ku aneh. "Kalau jalan hati hati beruang, kalau lo males ngobatin ya jangan lo lukain." Dia berubah perhatian karna aku yang lagi sakit atau aku yang lagi males ngomong sama dia.

"Makasih, lagian gue nggak diobati juga nggak papa, gue cewek strong." Aku merasa lemas sebenarnya, ya tapi nggak papa lah sok strong sebentar. Tapi tetap aja lemas banget, berasa kayak habis mengelilingi indonesia tanpa makan gitu. Mungkin karna darah ku yang habis atau akunya aja yang pengen lama-lama sama dia.

"Sok sih lo, giliran sakit aja sok kuat eh giliran sehat manjanya kayak apa aja." Dia tampak tertawa namun kelihatan buram di mata ku.

"Sya, lo nggak papa, lo kok keringatan gini, lo pucat banget lagi."

"Lo ngomong apa sih, gue nggak ngerti, pelan-pelan ngomongnya." Aku memijat kepala ku yang terasa berat. "Kok lo goyang goyang sih." Aku merasa dataran tidak stabil, semua tampak biru di mata ku. "Gue laper gue mau makan."

Dan Gelap.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang