13. Tawa

7.8K 383 2
                                    

°°°°°

Pagi ini aku berangkat lebih pagi karna Mama mewanti wanti kalau Gibran bakal jemput jam 7.45 yang pada kenyataa nya dia jemput jam 7.30. Aku langsung kewalahan dan mandi ala bebek karnanya.

Di sekolah yang terlihat sepi dan Di kelas ku aku disambut dengan Vina siswa terajin yang bisa dibilang agak gila karna sangking rajinnya dia bisa berangkat sekolah jam 06.00 saat pintu gerbang belum dibuka. Kalau kalian nanya aku tau dari mana, ya jawabannya dengan jelas adalah Stella.

Karna masih pagi, aku memilih pergi ke kantin dan sebelum itu aku mau dandan dulu Di toilet Karna gara-gara Gibran aku jadi nggak memepersiapkan diri ku secara maksimal.

Setelah selesai memoles bedak dan lips tipis. Aku langsung pergi menuju kantin dan sesampainya di kantin. Aku hanya bisa terdiam dan menghela nafas berat.

Aku nggak sempat makan dan sekarang semua kantin tutup. Penderitaan yang Gibran bawa kepada ku ternyata benar-benar besar.

"Woi." Aku berbalik dan terlihat Gibran membawa kue dan air mineral. "Gue cariin kemana mana eh ternyata lo disini." Dia berhenti saat tepat didepan ku.

"Mau apa?." Ucap ku sarkastik.

Dia terdiam dan menatap wajah ku jeli. Dia tersenyum miring dan menarik ku duduk di meja kantin.

"Lo dandan, kapan?." tanyanya dengan nada merendahkan.

Is is, kalau dia bukan manusia, pasti udah gue jadiin sate lilit.
"Kenapa, masalah?." Aku bertanya balik.

Dia hanya diam dan memberikan ku roti coklat dan air mineral yang dia pegang. "Jangan sok jual mahal, gue tau lo laper." Dia tampak menatap ku dengan senyum miring yang benar benar membuat ku muak.

"Ngga usah sok kepedean sih lo, gue nggak laper." Walau pun sebenar nya perut ku meronta minta diisi.

"Tuh kan mulai lagi." Dia membuka plastik roti dan sepertinya dia mau melancarkan aksi suap suapan lagi. Kalau gitu caranya aku nggak mau lah.

"Sini rotinya, gue nggak mau lo suapin lagi," Aku langsung mengambil roti dan tampak dia tertawa ngakak sambil memukul meja. "Stres lo ya, ketawa sendiri." Sindir ku.

"Lo yang lebih stres, lagian siapa yang mau nyuapin lo, itu roti pengen gue makan sendiri." Kan gini kalau berurusan dengan Gibran, harga diri ku selalu jatuh.

Aku berpura pura cuek dan menikmati roti tanpa melihat keadaanya. Aku nggak tau sekarang dia sedang apa tapi aku merasa dia telah menghilang. Bodo amat lah yang penting aku kenyang.

Roti habis dan air mineral tinggal setengah, setelah itu aku menghadap Gibran dan ternyata dia sedang terlelap tidur. Tidurnya tampak pulas dan kalau dalam keadaan seperti ini kenapa dia terlihat begitu cute, astaga bisa bisa aku punya perasaan beneran sama dia. aduh buang jauh jauh deh.

Tapi kalau dilihat lama lama, kayak nya dia lelah deh. Rotinya udah ku habisin lagi, ah ya udah deh nggak papa, dia nya tadi resek jadi dia harus nanggung akibatnya. Lagian kalau tidur dia tampak tenang dan nggak menyebalkan.

Lama menatap, aku yang merasa suatu ide nakal meluncur deras didalam kepala ku membuat ku tertawa kecil. Lagian ini juga udah mau masuk, kan bisa sekalian untuk bangunin dia.

Heheh sesekali hidup ku bahagia dan dia sengsara. Aku mengendap mengendap sedikit menjauh dengan botol minum di tangan, perlahan tapi pasti aku membuka tutup botol dan dengan satu ayaunan.

Byurrr

Dia terkejut dalam keadaan basah. Si monyet bangun dengan mata melotot dan menatap ku garang.

Aku tersenyum dan memelet kan lidah lalu berlari menjauhinya.

"TASYA!." Terdengar suara 7 oktaf gibran dari arah kantin. Aku tertawa ngakak dengan penuh kebahagiaan.

Akhirnya aku bisa bully Gibran dan ini adalah hari terbaik ku.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang