15. Kembali

7.7K 349 1
                                    

°°°°°

Tin tin

Suara klakson motor yang menandakan Gibran sudah ada di depan rumah. Selama seminggu dia dalam masa skorsing dan aku jadi merasa kesepian. Bukan kesepian yang berhubungan dengan cinta, tapi aku kesepian karna nggak ada yang mau ku gangguin. Ya pokoknya aku nggak rindu dalam kata cinta yang biasa remaja alami saat jatuh cinta.

Aku langsung pamit dan pergi menghampirinya. Terlihat siluetnya yang tampak lebih baik setelah kejadian itu. Semua kembali normal. Aku dan dia pun bisa jadi tom and jerry lagi.

"Lama banget lo keluar." Sewotnya. Tuh kan Gibran yang resek balik lagi. Wkwkw akhirnya sikapnya normal kembali. Dibanding dia yang diam aku lebih milih dia yang cerewet dan bikin aku naik darah.

"Sabar mang, kan pelanggan adalah raja." Aku mengedipkan mata dan di hanya berseru kesal ke arah ku.

"Ayo naik." Dia memasang helm dan aku langsung saja naik tanpa perlu persetujuannya.

"Ayo mang, antar saya ke Sma Mutiara." Aku berbicara seolah olah sedang berbicara dengan tukang ojek. Dia hanya mengendus kesal dan menjalan kan motornya.

*****

Motor memasuki prakiraan sekolah dan semua anak menatap ku dan Gibran. Aku mulai terbiasa dengan keadaan ini jadi aku sekarang lebih cuek dibandingkan dulu.

Gibran menghentikan motornya dan aku langsung turun. Aku menatapnya dan dia terlihat sangat lamban bagi ku pagi ini. Malas menunggu Aku langsung lari dan menghampiri Stella yang kebetulan juga sejalan dengan ku.

"Acieee.. pj bro." Dia mencolek ku dan bertingkah aneh di depan ku. Aku hanya menatapnya dan mengendus pelan.

"Pj apanya, yang ia lo tu pj yang lagi dekat sama kak siapa itu ya." Aku pura pura lupa dan mengahadapi kelangit dan menatapnya kembali. "Oh ia Agung." Aku tertawa dan dia langsung berlari meninggalkan ku. Begitu kalau kepergok pdkt sembunyi sembunyi. Giliran ketahuan aja, malunya sampe ke ubun ubun.

"Tasya!." Panggil Gibran. Aku menoleh dan dia tepat di belakang ku.

"Apa?." Tanya ku.

Dia menggengam tangan ku dan membawa ku pergi ke arah motor.

"Lo mau ngajak gue bolos?." Tanya ku, terkesan sedikit sewot.
Dia menggeleng dan memakai helmnya. Aku hanya memperhatikannya dan dia tetap sibuk dengan helmnya.

"Mau apa sih lo ngajak gue bolos."

Aku berjalan menjauh dan lagi lagi dia menahan tangan ku. Aku berbalik dan dia langsung menarik ku.

"Naik gue mohon." Aku menimbang nimbang dan dipikir pikir aku ke sekolah juga ngapain, kan hari ini katanya guru rapat sama wali murid kelas tiga. Astagfirullah, aku memang bego ya, ngapain juga aku sekolah. Is is

"Oke." Dia tersenyum dan melepaskan genggamannya dan aku langsung naik ke motornya.

Motor melaju kencang dan aku hanya diam di belakang menikmati hawa pagi yang tidak begitu buruk walaupun tetap aja berpolusi karna ini kan jakarta, nggak pagi nggak malam, udaranya tetap buruk.

Dia membawa ku ke mal besar yang ada di jakarta. Aku hanya bingung untuk apa dia membawa ku kesini. Atau jangan jangan dia pencinta film romantis juga, kan kebetulan hari ini launching film lls2 alias london love story 2. Wkwkw pria nakal ternyata juga suka yang romantis.

Dia tersenyum menatap ku yang kepergok senyum senyum sendiri. "Lo mikir apa?." Tanya nya. Aku hanya nyengir dan memilih menatap kearah pintu mal. Ramai dibandingkan biasanya. "Ayo masuk." Dia menggenggam tangan ku dan menuntun ku masuk.

Is sejak hari itu sepertinya hoby barunya adalah menggenggam tangan ku. Sedikit sedikit pegang sedikit sedikit pegang dan kemana mana tangan ku yang duluan dia pegang. Dikiranya aku lansia yang mau nyebrang jalan yang harus dituntun kalau mau kemana mana.

Dia membawa ku terus masuk dan naik, hingga terhenti pada sebuah toko kecil yang tertutup dan tampak tak berdagang. Dia melepaskan tangan ku dan membuka pintu toko.

Celetak celetuk bunyi kunci akhirnya pintu terbuka dan menampakkan isi toko. Di dalamnya terdapat boneka dan mainan anak anak beraneka ragam. Aku langsung masuk dan menatap keseliling.

Aku menatap Gibran yang tampak berbenah, aku teridiam dan ternyata dia menyadari tatapan ku.

"Ini toko gue, dan uangnya bakal gue sumbangkan ke panti asuhan, jadi lo bantuan gue disini, kan lo pembokat gue kalau di mal."

"Songong sih lo." Sewot ku yang sebenarnya cukup kagum dengan sosok Milan yang ternyata nggak buruk buruk amat.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang