°°°°°
Aku mondar mandir didepan gerbang tinggi yang menjulang tinggi. Mencet bel tapi nggak ada sahutan dari si pemilik rumah, aku berjalan ke belakang mencari pintu lain yang bisa aku masuki. Lama mencari akhirnya aku menemukan pintu itu juga.
Aku berada di rumah Gibran. Sebab akibat aku ke rumah si monyet karna handphonenya ketinggalan di rumah ku saat dia mengantar ku pulang, dia sok sok mampir sebentar dan berbincang bincang sama mama ku. Kan sok ramah.
Aku mengetok pintu dan terdengar sahutan dari dalam. Keluar lah wanita paru baya dengan daster panjang yang tampak seperti asisten rumah tangga Gibran.
"Siapa ya?." Tanyanya.
"Saya temannya Gibran, disini saya mau balikin sesuatu." Aku tersenyum dan perempuan itu langsung membuka kan pintu.
"Ayo masuk." Sambutnya ramah. Aku mengangguk dan mengikutinya. Dia membawa ku ke ruang tamu dan menyuruh ku menunggu.
Tak lama, terdengar suara percekcokan dari arah kamar Gibran yang membuat ku kepo tingkat dewa. Suara itu semakin redup hingga akhirnya keluar lah Gadis cantik yang tampak seperti bule dengan wajah kusut seperti habis bertengkar. Ya Emang lagi bertengkar kali.
Dia menatap ku tajam dari arah tangga dan langsung saja menghampiri ku. "Oh jadi kamu yang namanya Tasya itu." Dia menatap ku tajam bahkan aku jadi takut melihat tatapannya yang mengerikan. Aku berdiri dari duduk ku dan dia perlahan maju diikuti dengan kaki ku yang berjalan mundur.
Aku mengangguk ragu. Dia langsung saja melayangkan tamparan kepada ku hingga aku terpental ke lantai.
"Lo itu cewek murahan, lo udah bikin cowok gue ngusir gue dan lo buat hidup gue hancur." Dia menarik rambut ku kuat hingga aku meringis kesakitan.
Sebuah tangan menepis kuat tangan wanita itu, bersamaan dengan itu air mata ku meluncur deras diikuti dengan isak tangis.
"Lo nggak berhak ngatur ngatur hidup gue lagi Karin!, sudah cukup dan jangan lo buat hidup orang lain hancur karna lo!." Suara itu terdengar Marah. Gibran merangkul ku dan membawa ku pergi jauh dari wanita yang dia panggil karin.
Wanita itu tidak diam saja, dengan emosi dia menarik tangan ku dan menjambak lagi rambut ku hingga rasanya kepala ku sudah copot di buatnya.
Plak
Gibran menamparnya kuat dan dia langsung saja lari sambil menangis. Aku tetap dalam posisi tersungkur dengan tangisan kecil dan rambut yang rontok.
Gibran lagi-lagi merangkul ku dan aku langsung menepisnya. "Udah cukup lo hancurin hidup gue. Gue nggak tau apa yang lo inginkan dari gue tapi ini terlalu berlebihan Gibran." Aku hanyut dalam tangis dan amarah yang kian memuncak. "Ini terlalu berlebihan Gibran."
"Maaf." Hanya itu yang keluar dari mulutnya dan setelah itu dia kembali diam.
Aku terus menangis dan menangis, dia selalu mencoba merangkul ku tapi selalu ku tepis. Aku mencoba berdiri dan berjalan ringkih menjauhi Gibran.
Kuhentikan langkah dan berbalik menatap wajah Gibran yang tampak begitu kacau.
"Gue mohon jangan buat hidup gue hancur karna permainan lo."
Dia menatap ku dengan nanar. Dia membuang muka dan mengehela nafas berat."Mulai hari ini lo bebas dan kita nggak pacaran lagi." Dia berjalan menjauh dan menatap ku dengan tatapan yang begitu redup. "Lo boleh pulang." Dia berjalan meninggalkan ku hingga terdengar bunyi tutupan pintu.
Aku hanya bisa menangis dan menangis, berlari menjauhi Gibran dengan air mata yang Tak terhentikan. Seharusnya aku lega bukannya semakin menjadi terpuruk seperti ini.
Kenapa dengan diriku ya Tuhan???,
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis [Completed]
Romance[F I N I S H]-Belum di Revisi "Awas banyak typo!!" Gibran Novalino. Seorang cowok Nakal tapi berpangkat sebagai Ketua osis. Hobbynya merokok dan berkelahi tapi kalau soal cewek selalu plin plan. Playboy tapi giliran cinta, bingungnya setengah mati...