2. Ketua osis

17K 720 4
                                    


PROSES PENGEDITAN

°°°°°

Aku menatap sekeliling kelas yang tampak kosong, mata ku mencari cari seseorang yang sedang ingin kutemui. Batang hidungnya yang belum tampak menandakan dia belum datang ke sekolah.

Aku tau gibran kelas 11 ips1 dari Stella dan kalau nggak karna Gibran mana mau pagi-pagi aku udah kesini sambil ngendap ngendap.

"Nyari siapa lo?."

"Kak gibran." Aku langsung menoleh kebelakang dan mendapati pemuda yang sepertinya kukenal. Lama mengingat hingga akhirnya aku tau siapa dia.

Dia adalah orang yang minggu lalu beradu tinju dengan si Gibran dan kini menatapku dengan penasaran, jangan jangan dia mau ngetawain aku yang ngoceh ngelantur marahin dia waktu itu. Haduh bisa habis aku.

Tapi by the way Aku mendapati wajahnya tidak ada lagi bekas luka pukulan dari Gibran dan dapat ku pastikan dia pasti penasaran dengan ku yang sekarang mencari Gibran.

Dia menatapku dengan senyum simpul dan menatap kearah tas kecil yang ku bawa. "Itu buat Gibran?." Tanyanya. Aku mengangguk dan memilih diam dibanding bicara.

"Lo sekarang jadi diem ya, nggak secerewet dulu." Dia menatapku dengan tatapan curiga. "Lo diguna guna ya ama si ketua osis atau jangan jangan kalian pacaran."

Aku langsung tertawa mendengar kata pacaran dan sedikit bingung karna aku baru tau kalau Gibran seorang ketua osis. Dan ngomong ngomong soal Pacaran, apalagi sama si monyet busuk nggak tau diri itu. Wah bagaikan menyelam didalam samudra yang pada akhirnya nggak akan mendapatkan titik temu.

"Ya elah kak.. gue sama si Gibran itu nggak ada apa apa. Disini gue cuman mau balikin barang yang gue pinjam doang kok, jadi gue nggak mungkin pc-." Kata ku terputus karna sebuah tangan membekap mulutku.

"Kita pacaran dan lo jangan sok sewot ama urusan kita." Ucap si pembekap ngasal. Tidak terima akan hal itu aku langsung membalik badan dan mendapati Gibran menatapku dengan tatapan lembut.

"Oh gitu, sayang banget ya cewek secantik dia ngedapetin cowok kek lo." Kakak itu tersenyum kearah ku dan menatap sinis Gibran.

"Diam lo dan mending urus hidup lo sendiri." Tegas Gibran. Aku yang melihatnya memilih diam tanpa ingin ikut campur karna aku tidak ingin hati ku yang sedang dalam keadaan baik hancur oleh mereka.

Pemuda itu tersenyum kearah ku dan mengulurkan tangan. "Gue Dika dan lo?."

Aku langsung menyambut tangannya dan membalas senyumnya. "Gue Tasya."

"Oke kalau gitu, sampai jumpa lagi ya cantik." Dia melangkah pergi dan meninggalkan ku dan Gibran.

Aku menatap Gibran yang sedari tadi tampak murung dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dijelaskan. "Nih baju lo dan gue ingatkan, jangan ngaku-ngaku jadi pacar gue ya kakak sok keren." Aku mendesis dan menyodorkan bajunya yang langsung dia ambil.

"Ya serah lo deh, gue cuman mau melindungi lo dari si brengsek."

Aku menatapnya dan meledeknya dengan jari jempol yang dibalik. "Sok peduli lo KETUA OSIS." Aku menekankan kata ketua osis dan dia hanya menggedikkan bahu.


Vote dan komen jangan lupa, kalau nggak bagus momen ya, atau kejelasan kata nya kurang silahkan komen. Insyaallah aku balas komen kalian.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang