25. Bimbang

6.8K 331 0
                                    

°°°°°

"Hy Tasya?." Sapanya. Aku tersenyum lembut ke arahnya.

Malam ini Kak Dika mengajak ku Dinner di salah satu cafe bergengsi di jakarta. Dia terlihat tampan dengan balutan baju yang dia kenakan dan Aku menggunakan Baju yang dia beri. Baju itu sebuah Dress cantik berwarna Coklat diatas lutut dengan Bagian Dada sedikit terbuka. Dan ngomong ngomong soal bagian Dada terbuka, aku sungguh nggak suka karna aku merasa jadi cabe ataupun yang lainnya jadi aku putuskan menggunakan syal dengan warna senada untuk menutupinya.

"Maaf nunggu." Dia terlihat begitu Ramah dimataku.

"Nggak papa." Dia mengangguk menyetujui. Dia tidak menjemputku seperti kebanyakan dinner. Katanya sih masih ada yang mau diurus jadi dia menyuruh ku pergi duluan deh.

Kejadian langka.

"Gimana lo sama Gibran?." Pertanyakannya menghancurkan mood ku. Hilang harapanku untuk melupakkan Gibran jika Kak Dika ikut ikutan membahas Gibran.

"Ya gitu deh." Jawab ku seadanya.

"Oh gitu ya."

"Iya."

Kak Dika kembali diam dan sibuk dengan kegiatannya menatapku. Awkward itu lah yang kurasakan.

"Lo suka nggak sama tempatnya." Akhirnya dia berbicara lagi.

"Gue suka banget." Gimana nggak suka kalau tempatnya seindah ini. Lilin, bunga mawar yang melingkari meja berbentuk simbol cinta. Pengiring lagu dan pemandangan kota jakarta saat malam yang begitu terlihat dari sini bikin aku memuji berulang tempat ini dan Kak Dika.

"Permisi." Kata seorang pelayan wanita yang membawa begitu banyak makanan. Aku membalasnya dengan senyum dan seketika makanan ala eropa memenuhi meja makan dan membuatku ngiler setengah mati karna aromanya yang menggugah selera.

"Kakak nyiapin ini semua buat gue?." Aku bertanya saat pelayan itu pergi. Dia hanya membalasnya dengan senyuman aneh yang bagiku belum pernah ku temukan pada cowok resek kayak Gibran.

Aku hanya nyengir melihat kelakuannya yang selalu tersenyum.

"Ayo makan, lo harus ngabisin ini semua karna semua ini buat lo." Ucapnya.

"Tapi kan ini banyak." Aku berusaha menolak dengan halus. Yang benar saja kalau aku disuruh menghabisi semua makanan ini, bisa mati kekenyangan dah.

"Nggak papa, pokoknya lo makan aja." Aku memilih diam dan makan.

TING TONG TING TONG

Notifikasi line ku berdering saat aku sedang makan, bunyi berulang kali menandakan banyaknya pesan yang masuk. aku menghentikan makan ku dan melihat handphone.

Kulihat begitu banyak pesan dari Gibran. Aku mendelik seraya menelan ludah Gusar. Walaupun aku sudah dikecewakan tetap aja aku kepo tingkat tinggi kalau dia ngeline aku, apalagi kalau dalam keadaan sekarang.

Gibran
lo dimana

Gibran
balas plis

Gibran
lo dimana?

Gibran
Balas gue Tasya

Gibran
dimana ???????

Gibran
tasya??

Gibran
lo sama siapa sekarang?

Gibran
Tasya?

Aku menggeleng dengan tingkahnya. Plin plan dan lupa diri itu lah yang ku benci darinya. Walaupun sudah 4 hari setelah kejadian pertengkaran dirumah ku tapi tetap aja dia suka lupa diri.

"Kenapa." Sahutan itu membuat ku menoleh ke Arah kak Dika. Dia tampak menghentikan makannya dan berfokus pada ku. Mungkin karna sikap ku yang nggak sepatutnya membuatnya menghentikan makan.

"Nggak papa, ini Stella, dia nanyain soal tugas, tapi aku lupa." Aku ngeles aja kek bajai. Sesekali nggak papa lah.

"Ya udah balas aja dulu. Nanti kalau udah, makan lagi." Aku menyukai sikapnya yang begitu lembut dan perhatian. Bertolak belakang dari Gibran.

"Oke." Aku mulai menatap Handphone ku lagi.

Tasya
Cafe mentari, sama Kak Dika

Gibran
Pulang!

Tasya
Siapa lo nyuruh nyuruh gue

Gibran
Pulang

Tasya
So? Gue harus ikut perintah orang kek lo! Ngarep lo!

Gibran
Gue bakal kesitu

Tasya
Nggak perlu, gue udah bahagia sama Kak Dika

Gibran
Dan lo biarin gue sakit!

Tasya
Terus aja bentak gue

Aku memutuskan untuk mematikan Hp dibanding melayani keegoisannya. Aku mulai makan dan terlihat Kak Dika tersenyum kearah ku.

"Gue udah kenyang ni." Padahal cuma habis 1 piring kecil. Biasa orang kurus makannya susah.

"Yaudah. Oh ya ngomong ngomong soal ini, lo tau nggak gue ngajak lo kesini mau apa?." Dia berdiri dan berjalan kearah ku.

"Lo mau ngajak gue dinner. Cuman itu doang yang gue tau." Aku memang nggak tau maksud dia memberikan ini semua.

Dia menggenggam tangan ku dan mencoba membawa ku berdiri dari duduk ku. Aku mengikutinya tanpa berbicara hingga dia menghentikan jalan.

Dia membawaku ke arah taman kecil yang begitu sepi dan remang. Aku menatap sekitar dan pemandangan begitu indah mengisi mata ku. Angin malam bertiup menggoyangkan rambutku. Kak Dika melepaskan tangan ku dan jongkok didepan ku sambil mengeluarkan sebuah kotak merah berbentuk love.

"Tasya." Dia mengambil tangan kanan ku dan dia cium lembut. Senenarnya agak jijik tapi Gimana lagi. "Gue suka sama lo dan gue cinta sama lo, gue tau lo sayang sama Gibran tapi gue mohon biarin gue gantiin posisi dia di hati lo." Acara nembak seperti melamar. Itulah yang kurasakan sekarang.

Aku bingung dengan keadaan ini. Hati ku baru saja diterpa badai hebat dan kini hati yang belum siap ini harus kedatangan cinta lain. Aku belum siap akan semua ini. Aku belum siap menerimanya.

Aku merangkul Bahu kak Dika dan mencoba membuatnya berdiri. Aku tersenyum getir dan menghela nafas dalam. "Gue suka sama kakak tapi cinta gue-." Lagi lagi aku menghela nafas dalam. "Cinta gue milik Gibran. Hati gue masih terluka karna kenyataan yang nggak berpihak sama gue. Dan gue belum siap. Maaf."

Dia tersenyum dan terlihat begitu tegar dengan penolakan ku. Mungkin dia tidak seperti Gibran yang suka plin plan ataupun cengeng dalam hal cinta. Dia lebih kuat. Tapi sayangnya aku belum siap untuk kedatangan cinta yang baru.

"Gue ngerti dan gue bakal nunggu lo." Tuh kan. Dia begitu perhatian dan sabar. Kan jadi nggak enak nolaknya.

Maaf ya, yang kali ini feel nya nggak dapet banget. Lagi pusing nih.....

Mikirinnya jadi pusing dan tambah pusing deh...

Terima apa adanya aja deh ya...

Untuk pemula seperti ku... harap wajar aja deh ya...

Wkwkwk

Makasih aja lah...

Bingung mau ngomong apa lagi.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang