16. Nonton

7.5K 347 0
                                    

°°°°°

Perkataannya mengenai toko dan panti asuhan ternyata benar. Sepulang dari situ aku di dibawanya ke salah satu panti asuhan dan terlihat semua anak menyambut hangat kedatangannya.

Semua anak tampak bahagia dengan raut wajah berseri. Mereka berteriak memanggil Gibran dengan sebutan kakak Ganteng. Aku hanya tersenyum dan ikut tertawa saat menatap mereka mencubit pipi Gibran seakan akan Gibran bukan lah orang asing lagi bagi mereka.

Sore itu kami habiskan dengan bernyanyi dan menari bersama anak anak itu. Dari situ aku mengenal gibran lebih dalam. Entah siapa saja yang tau mengenai itu tapi aku merasa dia nggak seburuk yang terlihat. Walau pun terkadang pakaiannya yang keluar dan sedikit terbuka di bagian atas sedikit membuat ku jijik.

"Sya!." Aku terkejut dan menatap kearah suara. "Lo melamunin Gibran ya?." Canda kak Raras. Aku menggeleng dan menatap sekitar.

Hari ini aku di ajak teman teman Gibran untuk nonton film terbaru. Aku sih fine fine aja tapi mereka semua pada sibuk mau nonton film yang mereka suka tanpa mau mengalah. 

"Gimana Gibran sama lo?." Tanya kak Raka. Aku menatap ke atas dan berfikir bagaimana mengidentifikasi si monyet Gibran.

"Em... aneh, baik, lucu, ngaselin terus penuh misteri." Aku mengangguk dan kak Raka ikut mengangguk.

"Seberapa deket kalian sekarang, eh maksud gue udah sampe mana hubungan lo." Tanya kak Nadin dari arah depan.

"Terus dia romantis nggak?." Sambung kak Raka.

"Nggak." Jawab ku cepat. "Hubungan kami biasa biasa aja kak." Sambung ku.

Kak Raka terlihat menggeleng dan memijat kepala. "Gila dia, cewek secantik lo dia sia sia in." Aku langsung tertawa mendengar kata cantik dari mulutnya.

Langsung saja semua mata tertuju pada ku dan dengan cepat aku menghentikan tawa ku yang pecah. "Kenapa?." Tanya kak Diva.

Kak Agung menggeleng diikuti dengan yang lainnya. "Kenapa kok ketawa gitu." Tanya kak Raka.

"Gue cuman heran aja, kok kakak bilang gue cantik padahal kan gue nggak ada apa apanya dari kak Rika, lagian gue cuman upik abu yang nyangkut di tengah tengah kalian." Ucap ku polos. Bisa di bilang merendah banget tapi itu kenyataannya.

Kak Rika yang mendengarnya langsung mendekati ku dan merangkul ku. "Cantik itu relatif, lagian lo lebih cantik dari gue, bola mata lo indah, alis lo tebal, rambut lo hitam lebat, punya lesum pipit, hidung lo mancung, bibir lo tipis dan yang pasti hati lo baik." Dia kini tidak menatap ku lagi. Semuanya mengangguk setuju dengan perkataan kak Rika.

Kurasa pipi ku memerah, sanjungan itu membuat ku besar kepala. Wkwkwk baru pertama kali ada yang muji aku dengan tulus. Biasanya pada ngeledek dan sekarang aku di sanjung di depan sahabat sahabat Gibran yang semuanya adalah anak kece, kekinian, hits dan keren.
Wae rekor terbaru. "Makasih." Aku tersenyum kearah semua dan dibalas senyum ramah.

"upik abu aja dibilang cantik, lagian cantikan juga pembantu gue." Suara resek itu berasal dari Gibran yang kini berjalan kearah kami. Semua terlihat melongo dengan ekspresi berbeda beda.

"Santai bro." Sahut kak Raka. Dia hanya menggedikkan bahu acuh dan berjalan ke arah kak Rika. Tampak dia memberikan tiket ke semua sahabatnya termasuk aku.

"Sana duluan masuk." Perintah Gibran.

"Songong sih." Sahut Kak Agung.

"Biasa cemburu, ceweknya di puji sama banyak orang." Sambung Kak Raka.

"Diam lo pada!." Gibran menatap mereka Garang.

"Wkwkw ada yang marah." Ucap Kak Nadin.

"Udah sana!." Gibran mengusir semua temannya. Di balas anggukan dan kepergian para sahabatnya.

Gibran sepertinya nggak akan pernah punya perasaan sama aku. Buktinya dia nggak pernah respek atau pun peduli sama aku. Bahkan saat teman temannya memuji ku dia seperti biasa biasa aja dan bahkan malah merendahkan ku. Itu kan bukan sikap seorang pacar.

"Ayo masuk." Lamunan ku terbuyar karna suara Gibran. "Cepet."

"Iya sabar ." Aku mendumel kesal. Gini ni cowok yang nggak punya kasih sayang terhadap manusia, nyuruh masuk aja kayak ngusir ayam.

"Cepetan Tasya." Tuh kan, nada bicaranya udah bikin aku muak. Gimana aku bisa suka kalau dia nya aja kek gitu. Hadeh.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang