30. Tembak jedor

7.5K 339 1
                                    

°°°°°

Hari ini aku berangkat sekolah setelah lama melibur. Tidak ada perubahan selain sekolah yang tampak sepi. Orang orang hanya bisa dihitung satu dua padahal ini sudah jam 7 tepat. Aku menatap sekeliling dan tampak beberapa membawa bunga mawar merah ke arah lapangan basket. Entah apa gerangan. Karna aku nggak kepo jadi aku memutuskan untuk langsung ke kelas mencoba melihat apakah ada pr yang harus ku contek dari Stella.

Aku menatap sekeliling kelas yang kosong tak berpenghuni.

Kenapa ?

Mengapa ?

Libur kah ?

Itu lah yang kupikirkan saat ini. Menatap ke kelas samping ternyata juga kosong. Aku mencoba berkeliling dan ternyata keramaian menyelimuti lapangan basket.

Seseorang membekap ku dari belakang. Mata ku ditutupi sesuatu hinggap aku tidak bisa melihat apapun. Aku berteriak tapi tidak bisa. Siapa yang berani membekap ku. Atau jangan jangan Karin.

Aku meronta dan terus meronta tapi si pembekap terus mendorongku hingga akhirnya bekapan dan penutup mata terlepas. Mata ku membelalak saat sekeliling ku dipenuhi anak anak yang membawa bunga mawar. Ku lihat kebelakang dan ternyata Karin dibelakang ku.

"Jadi kakak yang bawa gue kesini." Dia tersenyum dan mengangguk. Entah kenapa dengannya tapi hari ini dia terlihat begitu bersahabat.

Dia langsung melenggang pergi meninggalkan ku sendiri. Aku kebingungan dan dari arah belakang aku melihat Gibran membawa sebuah gitar dan langsung duduk pada sebuah kursi yang entah kapan ada.

Dia diam dan menatapku lembut. Begitu lembut hingga membuat ku kebingungan dengannya.

"Disini gue mau nanyiin sesuatu buat cewek yang paling gue cintai. Dan dia adalah Veronika Adela Anatasya." Perkataannya membuat pipi ku merona dan ku pikir detak jantungku sekarang seperti berdetak kencang hingga membuat darah ku berdesir hebat.

Dia menatap ku dan mulai memainkan tangan lihainya  pada gitar.

I've tried playing at cool
But when I'm looking at you
I can't ever be brave
Cause you make my heart race.

Shot me out of the sky
You're my kryptonite
You keep making me weak
Yeah, frozen and can't breath

Something's gotta give now
Cause I'm dying just to make you see
That I need you here with me now
Cause you've got that one thing

So get out, get out, get out of my head
And fall into my arms instead
I don't, I don't, I don't know what it is
But I need that one thing
And you've got that one thing

Now I'm climbing the walls
But you don't notice at all
That I'm going out of my mind
All day and all night

Something's gotta give now
Cause I'm dying just to your name
I need you here with me now
Cause you've got that one thing

So get out, get out, get out of my head
And come one, come into my life
I don't, I don't, I don't know what it is
But I need that one thing
And you've got that one thing.

musik berhenti berputar diiringi suara tepuk tangan. Gibran meletakkan Gitarnya dan berjalan kearah ku.

Aku begitu tersentuh. Aku hanyut dalam semua pikiran ku dan tiba tiba Semua orang bergerak kearah ku dan memberikan semua bunga hingga tangan ku penuh.

Gibran berjalan kearah ku dan jongkok didepan ku. Dia  menarik tangan ku dan digenggam erat. Lagi lagi aku dibuat melayang karnanya.

"Gue tau lo resek melebihi siapapun. Gue tau lo tipe cewek terjengkel yang paling gue kenal. Tapi itu lah yang buat gue jatuh dan jatuh semakin dalam. Lo buat hari gue berubah. Lo buat semua menjadi lebih indah dan yang terpenting sekarang gue semakin mencintai lo. Jadi lo mau nggak jadi cewek gue dan melewati hari hari gue bersama dengan lo dan membagi suka duka gue?." Dia menatapku teduh. Matanya berbinar terang menampakkan kebahagian.

Aku merasa pipi ku memerah seperti kepiting rebus. Kalau begini, aku bisa apa aku hanya bisa bilang iya. Tapi sebelum itu aku jadi kepikiran dengan kak Karin dan Kak Dika. Jika aku menerima Gibran bagaimana dengan mereka.

Semua riuh karna aku tak kunjung berbicara. Gibran tetap menatapku walaupun mata ku tampak mencari cari sesuatu.

"Gimana dengan Kak karin dan kak Dika?." Gibran terdiam dengan senyum mengembang. Aku bingung dengannya. Bukannya jawab malah senyum.

"Gue nggak papa kok, gue tau gue cinta sama Gibran tapi nggak selamanya cinta itu harus memiliki. Gue baru sadar akan hal itu karna lo. Lo rela berkorban demi Gibran walaupun lo tau kalau lo bakal tersakiti akan tindakan lo, jadi gue akan terima kenyataan bahwa cinta gue bertepuk sebelah tangan." Kak Karin yang muncul dari arah depan tampak tenang mengucapkan hal itu. Aku membalas Dengan senyum dan anggukan.

"Kalau kak Dika gimana?." Tanya ku lagi. Aku menatap Gibran dan Gibran tampak menaikan alis selebelah. Dia terlihat tak sabar dengan jawaban ku.

Aku memutar bola malas dan mengangguk pelan. Dia hanya tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.

"Iya." Kata ku malas.

"Yes." Dia tersenyum dan berdiri tegak. Dia tampak girang dengan lompatan lompatan kecil. Dia memeluk ku erat dan kini suara riuh semakin menjadi karna acara peluk pelikan. Wkwkwk acara nembaknya agak norak tapi bikin aku melayang hebat.

Makasih Gibran.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang