3. Perokok

15.8K 639 2
                                    

PROSES PENGEDITAN!!

°°°°°

"Hadeh lelahnya, gue bisa bisa encok, patah tulang, remuk badan dan lelah otak mencari si devil berwujud malaikat." Aku mengelap keringat dan mendudukan pantat ku di Kursi belakang ku. Sedari tadi aku mencari Gibran tapi sampai sekarang aku belum menemukan ujung pangkalnya.

"Aelah lebay banget sih lo."

Aku langsung menoleh dan mendapatinya sedang memegang batang berapi yang mengeluarkan asap polusi. Dia menghisap dalam-dalam rokok itu dan setelah itu dia buang ke lantai dan diinjak. Aku menatapnya lekat dengan mulut sedikit terbuka, sikapnya yang brutal ternyata didampingi dengan sikap berandalan yang senang menghisap barang penyebab kanker.

"Biasa aja ngelihatnya." Dia mengubah posisi duduk dan kini menyandarkan kepalanya ke dinding. "Mau apa lo kesini?." Tanyanya sarkastik.

Aku langsung mendekat kearahnya dan langsung saja aroma rokok yang menyengat menyeruak ke dalam hidung ku. "Lo dipanggil pak kepala sekolah, katanya lo punya masalah sama berkas yang lo kasih, katanya itu bukan berkas yang diminta." Dia menatapku intens dan tatapannya menunjukan ketidaksenangan pada perkataan ku.

"Ya." Hanya itu yang dia katakan dan aku langsung pergi meninggalkannya.

"Oh ya, kalau bisa jangan merokok lagi deh, bau mulut lo bisa membunuh gue." Teriak ku dari sudut ruangan.

Tidak ada respon dan jawaban, aku memilih pergi dengan wajah jengkel. "Ketua osis penipu, ku pikir cowok baik baik eh ternyata berandalan, kacau dunia persilatan indonesia." Ucap ku ngasal.

"Eh jelek." Panggil seseorang dari belakang. Aku langsung menoleh dan mendapati Gibran sedang menatap ku."gue mau ngajak lo jalan malam ini, gue jemput jam 7." Katanya santai.

"Lo mau ngajak cewek jelek kayak gue jalan?." Aku menunjuk wajahku. "Nanti lo nyesel lagi, lagian lo kira gue mau apa diajak jalan sama lo." Dia menatap ku dan kini berjalan santai kearah ku.

Dia mendekat hingga aku dapat merasakan deru nafasnya. Astaga aku mau diapain ini, aku belum siap tuhan, aku belum siap untuk apapun. Dia semakin dekat dan aku langsung menjauhkan wajahku dan menutup mulut dan mata ku.

Tak ada tindakan, yang hanya ada suara tawa lelaki yang bikin aku lega dan bahagia. "Lo pikir gue mau ngapain lo, lo itu mikir yang aneh-aneh ya," Dia menepuk jidat ku dan aku hanya mendumel kesal.

"Pokoknya nanti malam gue jemput." Dia masih tertawa, walaupun nggak sekeras tadi.

"Lo kan nggak tau rumah gue." Remeh ku. "Kayak tau aja lo!."

Dia mendekat lagi dan membisiskan "lo anak pak Burhan kan?."

Aku mendelik dan terkejut karna ucapannya. Dia tersenyum meremehkan dan aku hanya mengacungkan jari tengah ku padanya.

"Haelah... ya jelas lo tau lah, lo kan stalker gue." Aku mendekat kearahnya dan membisikkan. "Paling lo suka sama gue, kalau ia pun rahasia lo bakal gue simpen kok." Aku langsung pergi sambil melambaikan tangan ala miss world.

Sial sial sial, ngapain juga dia bisa tau gue. Akhh...

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang