12. Jam baru

7.9K 404 1
                                    

°°°°°

Setelah selesai les aku menunggu Gibran yang katanya mau jemput. Si monyet memang keterlaluan manfaatin aku jadi pacarnya. Baru sehari tapi aku langsung kewalahan dengan schedule ku yang super sibuk melebihi artis sinetron.

10 menit kemudian, Gibran datang dengan mobil sport yang sama sama berwarna hitam. Dia turun dan dapat ku lihat dia memakai kaos putih polos dengan jaket abu abu yang di mix dengan celana putih dengan snekers abu abu yang terlihat Keren lah untuk seorang Gibran.

"Ayo masuk." Dia menggenggam tangan ku dan membawa ku masuk ke mobil.

Aku memilih diam dan tak jarang kantuk menyerang saat masih dalam perjalanan.

Sesekali aku mendengar dia berbicara, entah berbicara dengan siapa tapi aku rasa dia berbicara dengan ku.

"Apa?." Tanya ku.

Dia tertawa dan aku menatapnya. Terlihat dia tertawa kecil dengan bahu ikut naik turun.

"Gue nggak ngomong apa apa beruang." Dia memanggilku beruang.

"Napa sih harus memanggil gue beruang." Tanya ku.

Dia terlihat fokus ke jalan dan sesekali menatap ku yang tampak lelah.

"Lo suka tidur sih." Semangatnya sambil mengacak acak rambutku.

Tampak dia sedikit canggung karna tindakannya tapi aku yang lagi ngantuk memilih tidur menghadap kearah dia. Biar kalau dia nanya aku kan bisa sedikit sedikit jawab walaupun sedikit ngelantur.

"Lo ngantuk ya?." Tanyanya.

Aku hanya mengangguk. Entah apa lagi yang dia lakukan tapi aku merasa badan ku menjadi hangat. Dengan selimut kecil yang memebentang sampai lutut.
Aku jadi tambah ngantuk dengan hawa seperti ini. By Gibran.

*****

Aku meringkuk kesana kemari mencari posisi nyaman. Suara bising ini benar benar membuat tidur ku terbangun.

Stop dulu.

Suara bising?

Tidur?

Aku langsung membuka mata dan mendapati bahwa aku berada dalam kamar ku. Masih dengan warna pink dengan perlengkapan yang serba pink yang Nggak ada perubahan dan yang berubah hanyalah jam baker ku yang tiba tiba hidup dari kematiannya.

Aku melihat kearah meja dan terlihat sebuah jam baker berbentuk bunga berwarna pink biru yang menghiasi meja kecilku. Aku jadi semakin bingung sejak kapan aku punya jam baker dan kapan juga aku beli. Persaan juga semalam aku sama-.

Astaga aku baru ingat kalau semalam aku jalan sama Gibran dan aku ketiduran saat dijalan.

Karna penasaran aku turun ke bawah dan mencari siapapun untuk ku interogasi.

Aku melihat mama dan bik Ina Asisten rumah tangga ku sedang berbincang di dapur. Tanpa basa basi aku langsung nangkring di kitchen bar dan mengambil air putih di depan ku.

"Asya udah bangun, tumben cepat." Ucap bibi dengan senyum ramah. Aku hanya mengangguk dan memilih menatap mama.

"Mama-."

"Jam bakernya dari Gibran, terus semalam dia yang bawa kamu pulang katanya kamu ketiduran pas dia jemput kamu. " Potong mama. Sepertinya mama sudah tau tujuan ku.

Aku mengangguk dan memilih pergi.

"Eh tunggu dulu." Cegat mama. Aku berhenti dan berbalik. "Kamu bakal di antar jemput dia sekarang dan mobil kamu jadi milik mama kecuali kalau kamu mau pergi jalan selain sama dia." Aku langsung mencelos dan mengacak rambut ku kasar.

"Is is is, mama lebih peduli sama dia di banding aku sekarang." Teriak ku dari tangga.

"Dia cowok baik baik dan dia pacar kamu ya jadi mama setuju aja lah." Suara mama tak kalah keras.

Haelah kalau berurusan sama Gibran kok susah banget sih. Dia terus yang menang, nah aku dapet apa dengan kejadian ini. Makan hati yang iya.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang