°°°°°
Aku duduk bersama Stella di taman belakang. Kegiatan ini biasa aku lakukan kalau Stella minta di temenin sampai mamanya menelpon atau jemput. Kalau aku bawa mobil biasanya aku yang nganter dia tapi mobil dipinjam mama buat mejeng sama temen lama, jadi terpaksa aku naik angkot.
Handphone Stella berbunyi menandakan mamanya sudah sampai untuk menjemputnya. Dia langsung pamit diikuti aku yang berjalan pelan kearah gerbang.
Terlihat motor sport hitam dengan penunggangnya Gibran sedang bertengger manis di depan gerbang sendirian.
Shit
Lagi lagi aku ketemu dia, gimana coba nasib kalau dia ngajak aku jalan atau jadi pembokatnya di dalam mal. Bisa bisa turun derajat ku.
Berusaha positif, aku berjalan melewati gerbang dengan pura pura tidak melihatnya.
"Tasya!." Panggilnya. Aku terus berjalan tanpa mau menghentikan langkah.
"Berhenti!." Kini suaranya lebih keras diikuti suara deru motor.
Aku berusaha terus berjalan dan pura pura nggak tau kalau dia menyuruh ku berhenti.Aku mendengar deru motornya semakin dekat dan benar saja, kini dia menghentikan jalan ku dan berada tepat didepan ku.
"Lo congek ternyata." Dia membuka helm dan menatap ku biasa.
"Emang lo mau apa." Tanya ku langsung.
Dia terdiam.
"Napa lama?." Tanyanya balik.
"Napa nunggu?." Aku heran sama dia, nggak ada yang nyuruh nunggu kok malah nungguin sih.
Dia lagi lagi terdiam.
"Ayo pulang." Dia memakai helmnya lagi dan menyalakan motornya kembali.
Aku berjalan meninggalkannya dan terdengar suara deru motor mendekati ku lagi.
"Mau apa lagi?." Tanya ku.
"Lo pulang sama gue."
Aku hanya diam dan menatap kiri dan kanan kearah jalan. Angkot sepi dan anak sekolah tersisa satu dua orang. Menimbang nimbang dan kuputuskan untuk ikut pulang dengan nya.
"Ayo." Ucapnya lagi. Aku menangangguk dan naik ke motornya.
*****
"Turun." Ucapnya.
"Iya sabar kali, motornya aja belum lo matiin." Aku tak kalah sewot.
Aku menatap sekeliling dan ku dapati ini bukan lah komplek rumah ku. Ini adalah tempat les ku dan dari mana dia tau.
"Lo tau dari mana?." Tanya ku.
Dia hanya diam dan tetap memakai helmnya.
"Nanti pulangnya gue yang jemput dan lo nggak boleh nolak." Setelah itu dia pulang.
Memang muka gile tu orang. Nggak kasian apa sama gue yang super duper lelah, malah disuruh jalan lagi. Astaga bisa bisa aku bangun kesiangan lagi besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis [Completed]
Romance[F I N I S H]-Belum di Revisi "Awas banyak typo!!" Gibran Novalino. Seorang cowok Nakal tapi berpangkat sebagai Ketua osis. Hobbynya merokok dan berkelahi tapi kalau soal cewek selalu plin plan. Playboy tapi giliran cinta, bingungnya setengah mati...