21. Kejujuran

7K 337 1
                                    

°°°°°

Jam pulang telah tiba, aku yang sudah mulai lesu langsung pulang dengan Stella sekalian nyanterin. Aku sudah mulai membawa mobil ku setelah aku bilang kalau aku sudah putus sama Gibran ke mama dan dia percaya. Aku melihat ke kiri dan ke kanan. Terlihat Gibran sedang membonceng Karin dan karin memeluk Gibran sangat erat.

Najis banget. Aku aja yang pernah pacaran sama tu monyet aja nggak pernah sampe meluk meluk kayak gitu.

Aku begitu kecewa dan begitu cemburu tapi cemburu ku nggak beralasan. Dia bukan siapa siapa aku dan lagian kata Stella Gibran sepertinya lebih mencintai karin ketimbang aku.

Ku pikir saat dirumahnya dulu, Gibran memilih aku tapi pada kenyataannya sekarang mereka balikan.

"Udah jangan dipikirin, cowok banyak dan Kak Dika juga respek sama lo." Sepertinya Stella tau arah pikiran ku. Aku mengangguk dan menjalan kan mobil.

Oh ya, setelah Kak Dika tau kalau aku putus dengan Gibran. Dia langsung gencar-gencarnya ngedekatin aku. Tapi akunya nggak suka sama dia mau di apa in lagi.

*****

S

uara Notifikasi line ku berbunyi menandakan ada pesan masuk di handphone ku. Aku meraba meja dan mengambil handphone ku. Ku lihat dan ternyata pesan dari Gibran.

Gibran
Ada acara nggak?

Sudah punya pacar tapi masih aja ngajak jalan orang.

Tasya
Gue sibuk

Gibran
Nanti malam jam 7 gue jemput

Tasya
Ajak pacar lo sana, gue nggak mau jadi PHO

Gibran
Gue nggak pacaran sama Karin

Tasya
So?

Gibran
Pokok nya lo harus ready

Tasya
O

Males banget, ngajak jalan mendadak, ya aku belum mandi lah. Lagian 30 menit lagi jam 7. Is is ini lah yang bikin aku tambah benci. Udah plin plan sekarang malah ngajak jalan.

*****

Jam 7 tepat, dia sudah berada dirumah ku dan aku langsung aja pergi menggunakan celana jeans biru, kaos putih oblong dan jaket hitam kesukaan ku.

Nggak ada perotes dari mulutnya dan sepertinya dia memang pasif kalau soal penampilan cewek.

"Mau ngapain kok ngajak gue." Aku berusaha memulai percakapan karna sedari tadi dia tetap diam tanpa ingin memulai.

"Lo suka nggak sama gue?." Dia bertanya seolah olah semua ini terjadi tanpa menimbulkan satu pun perasaan di dalam hati ku.

Aku ingin berkata ia tapi aku takut. Dengan berani aku bilang. "Ya jelas nggak lah." Yakin ku dengan senyum lebar.

Dia menatap ku dan aku tersenyum lebar mencoba meyakinkan. "Bagus deh, kalau gitu lo bantuan gue nyiapin dinner buat seseorang." Aku menelan ludah gusar dengan lutut ku yang melemas. Semua terasa begitu lambat bagi ku. Perkataanya begitu menohok hati ku membuat udara di sekeliling ku menipis.

"Emang siapa yang mau lo ajak dinner?." Tanya ku penasaran.

Dia menatap ku dan tertawa garing. "Lo jangan sakit hati tapi ya." Tuh kan aku jadi semakin lemas.

Aku berusaha normal dan menatap nya kembali. "Siapa cepet." Paksa ku.

Dia tersenyum tanpa menatap ku.

"Karin." Astaga tubuh ku benar benar lemas. Jantung ku terasa nyeri dan tangan ku berubah pucat.

"Emang lo suka sama dia bukannya lo suka sama Kak Rika." Tanya ku dengan pelan.

Dia menggeleng dan menatap kearah jalan. "Gue suka sama karin sedari kecil, dia anak yang cantik dan kami udah pacaran sejak umur 12 tahun. Tapi saat 14 tahun dia pergi ke Amerika untuk menyusul ayahnya. Dia menghilang entah kemana dan gue manfaatin Rika, tapi ternyata nggak berpengaruh karna dia tau Dika juga suka sama dia dan selanjutnya target gue lo dan ternyata dia balik lagi kepemilikan gue walaupun harus dengan kejadian tampar tamparan waktu itu." Mata ku memanas dan kurasakan air mata ku mengalir deras saat dia menceritakan semua itu pada ku.

"Lo nggak marah kan?." Tanyanya.

Aku mengangguk tanpa ingin menatapnya. Aku memilih menangis dalam diam tanpa ingin diketahui olehnya.

Ternyata ini rasanya dikecewakan.

Begini Rasa di manfaatkan atas nama cinta.

Begitu menyakitkan hingga rasanya tubuh ku begitu ringkih untuk digerakan.

Ya Tuhan?, apa salah ku hingga semua cobaan ini datang bertubi tubi.

Ketua Osis [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang