10 || Merindu

6.4K 294 9
                                    

HAN HWA YEON bergelayut manja di tangan kanan Sung Min ketika mereka sedang dalam perjalanan keluar kantor pada jam makan siang. Gadis ini sudah beberapa hari datang ke kantor dan terkadang membawakan Sung Min makan siang setelah sebelumnya Sung Min datang ke apartemennya, meminta maaf.

Saat itu Hwa Yeon membuka pintu dan wajahnya langsung berubah kesal. Tapi begitu Sung Min bilang maaf, gadis itu kembali seperti semula, ceria dan agak berlebihan. Menawari Sung Min macam-macam agar tinggal lebih lama di apartemennya, lalu hari berikutnya Hwa Yeon muncul di kantor Sung Min dengan menenteng banyak sekali makan siang.

Sudah dua pekan Sung Min sama sekali tidak ke restoran itu. Entah apa kabarnya Hyang Gi dan Vanessa Heinz, dia tidak tahu. Dia harus melupakan mereka, karena memang bukan porsinya berada di sana.

Oh ya ampun, mungkin dia terserang semacam gejala aneh yang dia sendiri tidak tahu apa. Han Hwa Yeon ada di sebelahnya, bergelayut manja dengan pakaian musim panasnya; celana sepaha dan tank top minim. Tapi sudah sejak tadi Sung Min ingin mengenyahkan dia sejauh mungkin.

Hei, jika Sung Min memang mau menjadikan gadis ini sebagai istri, bukankah harusnya dia senang ketika Hwa Yeon bergelayut manja seperti ini padanya. Tapi sepanjang perkantoran hingga pelataran parkir, Sung Min hanya bisa muak. Hampir seluruh pegawai pria melayangkan pandangannya pada gadis ini, meneliti gadis itu dari atas hingga ujung kaki.

Han Hwa Yeon masuk kategori wanita cantik.

Tahu Song Hye Kyo?

Tidak terlalu mirip, tapi Han Hwa Yeon berhasil mereparasi wajahnya hingga mendekati mirip dengan artis kenamaan itu. Dia melakukan operasi wajah agar mirip dengan Song Hye Kyo, setelah Sung Min mengatakan bahwa artis favoritnya adalah mantan pacar Hyun Bin tersebut.

Lalu entah kenapa, sekarang Sung Min malah muak dengan artis bernama Song Hye Kyo tersebut.

Masalah utamanya adalah, gaya berpakaian Han Hwa Yeon teramat keterlaluan. Dia memamerkan hampir seluruh kulitnya. Memang, sekarang masuk musim panas dan angin hanya berhembus gersang sesekali, tapi kadang Sung Min juga kesal sendiri ketika mengetahui bukan hanya dia saja yang nantinya akan menikmati seluruh kecantikan itu, tapi banyak orang.

Sung Min jadi teringat ibu dari Hyang Gi. Sedang apa ya dia?

Hijab panjangnya yang kadang berkibar ketika angin bertiup, dan senyum segaris yang dia berikan setiap mereka memiliki masa-masa percakapan berdua. Raut wajahnya yang selalu tenang dan terakhir Sung Min melihat wajah sedihnya.

Vanessa Heinz dan Han Hwa Yeon jelas berbeda.

Han Hwa Yeon mengganti warna rambutnya setiap pekan. Sedangkan Sung Min tidak tahu apa warna rambut dari seorang Vanessa Heinz. Apakah panjang atau pendek? Dan Han Hwa Yeon akan mengubah potongan rambutnya setiap kali ada orang yang berkomentar tentang penampilannya. Dia akan meluruskan rambut, mengkritingnya, membuatnya bergelombang. Jika ada yang mengatakan bahwa dia cantik jika rambutnya sedemikian. Terlebih jika Sung Min yang berkata begitu. Han Hwa Yeon akan selalu bertanya tentang apa yang bisa membuat dia cantik. Meski bagi Sung Min seharusnya setiap wanita harus tahu, apa saja yang bisa membuatnya cantik.

Jika Vanessa Heinz selalu mengenakan pakaian yang bisa disebut jubah, Han Hwa Yeon lebih suka memakai dua potong pakaian mini yang rasanya seorang Kim Hyang Gi saja akan sesak mengenakannya. Pun begitu, Han Hwa Yeon masih saja merasa kepanasan dengan cuaca di luar dan harus menyalakan pendingin ruangan ataupun mobil. Sung Min jadi bertanya-tanya dalam hati; apakah Vanessa Heinz tidak merasa kepanasan ya mengenakan jubah begitu? Belum lagi hijabnya yang juga lumayan lebar. Tubuhnya terbungkus rapat.

Lalu masalah make-up. Han Hwa Yeon menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk memoles wajahnya ketika aku mengajaknya makan malam dalam rangka meminta maaf kemarin. Padahal ketika dia keluar dari ruang make-up nya, wajahnya tetap saja seperti itu. Maksudnya, Sung Min kerap bertanya, apanya yang berubah? Tidak ada. Hanya garis hitam di alisnya terlihat semakin pekat dan bibirnya sangat merah, membuat Sung Min agak bergidik membayangkan apa yang dioleskan di sana. Sung Min teringat Vanessa Heinz yang sama sekali tidak mengenakan bedak ataupun riasan lain. Mungkin memang sudah asalnya alis Vanessa Heinz hitam karena dia keturunan barat, jadi dia tidak perlu menambah apapun. Bibirnya yang selalu terkatup tidak perlu dipoles apapun. Hanya segaris senyum dan dia akan tampak sempurna.

Dua orang itu jelas berbeda.

Sung Min merasa kurang ajar sekali, memikirkan orang lain ketika Han Hwa Yeon ada dalam gelayutan manja di tangan kanannya sekarang. Rasanya dia sungguh egois, membatin harus melupakan seseorang tapi justru membayangkannya diam-diam. Kepalanya ini yang kurang ajar. Sung Min harus belajar banyak untuk melupakan Vanessa Heinz lebih cepat.

"Oppa, kenapa kau melamun?"

Sung Min terkesiap. Han Hwa Yeon menghentikan langkahnya dan menyentak tautan tangan mereka. Membuat Sung Min menoleh dan gambaran perbandingan dua orang itu musnah begitu saja. Bibir Hwa Yeon memberengut dan bibir merahnya berkilat-kilat diterpa sinar mentari yang lumayan terik.

"Oh, tidak. Aku hanya sedang berpikir tentang di mana kita akan makan siang,"

"Kau bohong. Kau pasti sedang melayangkan pikiranmu ke―"

"Tidak, Yeon-a. Jangan menuduhku yang tidak-tidak. Aku tidak memikirkan wanita manapun."

"Aku tidak menuduhmu memikirkan wanita lain, Oppa! Kenapa kau berpikir begitu? Apa kau memang sedang memikirkan wanita lain? Apa iya? Oppa! Kau―aish!"

Tas tangan gadis itu melayang dan mendarat di lengan Sung Min. Han Hwa Yeon menghentakkan kakinya dan wajahnya merajuk kesal. Tangannya bersedekap dan Sung Min makin kebingungan. Mereka sedang di luar, banyak orang dan sebagiannya lagi menyaksikan tingkah kekanakan gadis ini.

"Hwa Yeon-a, ayolah, jangan begini."

"Tapi kau memikirkan wanita lain! Kau―aish!"

Sung Min menarik satu tangannya, "Ayolah, kita makan siang. Aku sudah lapar."

Han Hwa Yeon melepas pertahanannya setelah mencibir kesal, ia mengganti cibirannya dengan senyum yang melebar. Mereka lalu melanjutkan langkah menuju restoran yang tidak begitu jauh dari kantor tempat Sung Min bekerja.

Sung Min melangkah sambil menatap keliaran mobil-mobil di jalan raya.Dalam hatinya bertanya-tanya; Apakah Vanessa Heinz juga akan bersikap manja seperti barusan padaku suatu hari nanti?

Aaasssh, sialan kau Lee Sung Min! Untuk apa masih penasaran begitu. Kau bilang kau mau melupakannya! Kau bilang bukan porsimu untuk ada di sana. Kau bilang―

Arg, diam kau! Kepalaku bisa saja menyuruhku untuk melupakan Vanessa Heinz berikut tingkah polah Hyang Gi. Tapi hatiku bahkan tidak bisa melakukannya!

Batin Sung Min berperang dengan sendirinya.

Hei, kalian berdua. Kalian sedang apa? Sedang makan siang di tempat yang berbeda kah? Kita bertiga makan siang di tempat yang berbeda. Dengan orang yang berbeda pula. Kenapa aku merindukan kalian? Kenapa aku jadi plin-plan begini?

Apakah aku harus menunggu kebaikan Tuhan hingga kita bisa makan siang, malam dan sarapan bersama-sama suatu saat nanti?

Apakah aku harus mengusahakan kalian atau apakah aku memang hanya pantas untuk seorang Han Hwa Yeon?

[✓] A Wedding Dowry That She AskedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang