24 || Mengungkap Kebenaran

6.1K 303 32
                                    

SEKARANG hari Jumat dan seharusnya Lee Sung Min membuka mata dengan semangat menggebu jika saja kejadian kemarin tidak ia alami. Pertemuannya dengan Kim Young Woon nyatanya mampu menggoyahkan keyakinannya akan sosok Vanessa. Lee Sung Min merasa dia hanya dimanfaatkan.

Ibarat batu loncatan, Lee Sung Min menduga bahwa ia hanya batu loncatan yang digunakan oleh Vanessa Heinz untuk berpijak. Perannya sangat menolong, namun hanya sementara. Setelah itu Lee Sung Min berpikir bahwa dia akan diabaikan karena Vanessa Heinz akan meninggalkannya.

Kim Young Woon bilang bahwa Vanessa Heinz hanya mencari seorang pria yang sanggup menikahinya untuk kemudian diminta bercerai agar bisa kembali dengan mantan suaminya.

Hidup Lee Sung Min seharian ini menjadi begitu kontras. Dia limbung dan bahkan membatalkan niatnya untuk pergi menemui Al Qasam demi meminta waktu agar pria pengumandang azan itu sudi mengislamkannya pada hari esok.

Lee Sung Min memilih untuk berkutat pada pekerjaannya di kantor.

Tidak banyak membantu juga sebenarnya. Karena pikirannya masih saja terus dipenuhi sosok Vanessa Heinz dengan kalimat Kim Young Woon mengiang di telinganya; 'Kau mungkin merasa menang, Lee Sung Min-sshi. Tapi kau harus sadar, bahwa kau hanya pelarian!'

Dia hanya pelarian. Lee Sung Min hanyalah pelarian.

Teriakan Kim Young Woon terus mendengung, mencabik kegundahannya menjadi semakin tak terperi.

Semalam, saat tengah malam ketika ia tak kunjung bisa tidur, Lee Sung Min kembali bersimpuh di atas satu-satunya sajadah yang ia miliki. Dia berwudu sebelum menempelkan keningnya di lembaran panjang itu. Lee Sung Min berwudu dengan mengucap bismillah. Dia memulai gerakan shalatnya dengan menggunakan bismillah. Sebelum pada akhirnya kalimat 'Allaahu akbar'-lah yang menjadi kalimat favoritnya setiap mengganti gerakan.

Lee Sung Min terus bersujud dan berdoa meminta petunjuk. Dia juga tidak tahu pada siapa sebenarnya dia meminta petunjuk. Lee Sung Min selalu beranggapan bahwa semua agama sama. Bahwa Tuhan itu satu, hanya cara menyembah saja yang berbeda. Jadi kali ini dia menyembah Tuhannya dengan gerakan shalat yang hampir sempurna. Pria itu masih belum hafal bacaan lengkap, setidaknya belum.

Ketika aliran air wudu di kulitnya menghilang, Lee Sung Min akan kembali lagi ke kamar mandi. Berkumur lagi, membasuh lagi hidung, wajah, tangan, anak rambut dan telinganya hingga kedua kaki, lalu kembali ke ruang kerjanya, tempat sang sajadah dengan setia menunggu keningnya beradu penuh kedamaian.

Dia terus melakukan itu hingga azan Subuh terdengar dari dering alarm ponselnya.

Tapi itu kemarin malam. Sekarang hari sudah hampir malam lagi. Azan Magrib sudah kembali berdering di alarm ponselnya. Dengan jari mengetuk pelan pada setir mobil, pria tampan itu mendecih penuh keraguan.

Siang tadi Lee Sung Min menemui Kim Jong Woon, berpikir bahwa mungkin dia bisa menemukan sudut pandang berbeda atas masalah yang ia hadapi. Pria itu mendapat beberapa pandangan dari Kim Jong Woon, hanya saja tidak serta merta menyelesaikan tanya yang menggelayut di hatinya. Talak bain, Kim Jong Woon bahkan tidak paham apa itu ketentuan yang diterangkan dalam agama Vanessa Heinz. Jadi untuk lebih jelas dan pasti, Lee Sung Min harus menemui wanita itu.

Sekarang dia sedang berada di depan penginapan Vanessa Heinz dengan bungkusan kado bergambar kelinci berderet di setiap sisinya, pria itu terus berpikir. Tadinya dia hampir menelan mentah-mentah ucapan Kim Young Woon ketika pada sujud kesekiannya dia meyakini bahwa tindakannya itu salah. Masih ada kisah versi Vanessa Heinz yang harus didengar.

Karena dalam persidanganpun, kedua belah pihak harus dilibatkan kan?

Jadilah dia di sini, tergamang ragu untuk melangkah menuju ambang pintu yang sempat membuatnya sesak napas, atau menyalakan mobil dan kembali pulang? Lampu penginapan itu menyala terang, menandakan penghuninya ada di dalam.

[✓] A Wedding Dowry That She AskedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang