[4] Kabar Baik

4.8K 278 14
                                    

"Dad juga harus dikuncir..." Kim Hyang Gi sibuk mengambil karet rambut berwarna oranye dari kotak kecil yang ada di meja di kamarnya.

"Nanti dulu, Hyang Gi-ya... Kita belum selesai, kan. Kemari," Lee Sung Min menarik lengan puterinya yang sibuk lari ke balik punggungnya dengan karet mungil di tangan. Pria itu mendudukkan Kim Hyang Gi di depannya dan meraih sekumpulan rambut Hyang Gi yang belum dikuncir. "Kau pasti takkan mau membuat ibumu geleng-geleng kepala karena ada rambutmu yang terkena cat. Nah, begini."

Lee Sung Min merapikan ikatan di rambut Kim Hyang Gi dan anak itu menolehkan kepala ke arahnya, melebarkan senyuman hingga membuat pipinya merekah. Rambutnya sudah berhasil dikuncir dua.

"Dad juga."

Lee Sung Min merajuk pelan, "Heish, mana bisa begitu? Lihat? Rambut Daddy tak sepanjang rambutmu, Hyang Gi-ya..."

Kim Hyang Gi tersenyum geli, lalu bangkit berdiri dan menghadap ayahnya, hingga kepala Lee Sung Min dengan kepala gadis kecil itu hampir sejajar. Dengan tangannya yang mungil, gadis itu mengambil sejumput rambut di kepala Lee Sung Min dan melilitnya dengan karet rambut tadi.

"Begitu saja tidak apa, Dad."

Bocah itu menempelkan kedua tangan mungilnya di pipi Sung Min, lalu mendaratkan kecupan sayangnya pada sang ayah di kening Sung Min yang terbebas. Sung Min mengekeh dibuatnya. Refleks, tangan pria itu melebar dan memeluk gadis kecilnya dengan penuh rasa sayang.

"Saranghaeyo (sayang), Daddy..." bisik Kim Hyang Gi pelan.

Sung Min mengusap punggung puterinya, "Na ddo saranghaeyo (aku juga sayang), Kim Hyang Gi..."

"Makan malamnya sudah siap..." Suara langkah terdengar mendekat dan Vanessa Heinz sudah ada di dekat mereka berdua. "Nah, kan... Mum selalu jadi orang yang terakhir."

Kim Hyang Gi melepas pelukannya dengan sang ayah dan menubruk sang ibu, diikuti Lee Sung Min yang dengan senang hati mendekap istrinya. Mereka berdua berkata bersamaan, "Saranghaeyo, Beautiful Lady...!"

Vanessa Heinz tergelak dan menciumi mereka bergantian. "Dan aku punya kabar bagus untuk kita."

"Apa, Mum? Apa kita akan ke Lotte World lagi?" tanya Kim Hyang Gi yang masih belum melepas pelukannya. Kepalanya mendongak, menyajikan raut wajah yang sungguh penasaran. Lee Sung Min di sisi kiri Vanessa Heinz, tersenyum-senyum seorang diri.

"Oppa, kenapa rambutmu dikuncir begitu?" Vanessa Heinz melotot tak percaya melihat sang suami yang baru saja selesai mandi sepulang kerja barusan, kini nampak seperti teman sekelas Kim Hyang Gi. Sebentar lagi makan malam dan astaga... "Ya ampun, aku membiarkan kalian berduaan sebentar dan ini yang terjadi?"

"I did that, Mum," celoteh si mungil.

Lee Sung Min tertawa, "Selesai makan malam nanti Hyang Gi ingin melukis. Tadi aku baru membelikannya palet dan beberapa cat lukis dengan banyak warna. Ingat? Yah, aku hanya ingin menemaninya melukis. Dan kau pasti takkan suka jika rambut Hyang Gi terkena cat, jadi kukuncir dan Hyang Gi melakukan hal yang sama padaku. Bukan begitu, Hyang Gi-ya? Hm?" Lee Sung Min menggerak-gerakkan alisnya pada si kecil.

Kim Hyang Gi tertawa lebar, mengangkat tangan dan mengajak ayahnya untuk melakukan tos. Mereka tos. Berdua.

"Oh, lucu sekali," kata Vanessa Heinz, "Al, ayahmu kan laki-laki. Laki-laki tidak menguncir rambutnya."

"Tapi ini untuk kebaikan Dad, Mum. Biar rambut Daddy tak kena cat..."

"Ah baiklah," kata Vanessa Heinz lagi. "Kurasa jika sekali ini tidak akan masalah. Nah, sekarang, ayo kita makan malam. Dan masih ada kabar bagus yang belum Mum sampaikan padamu, Al... Kajja (cepatlah)!"

[✓] A Wedding Dowry That She AskedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang