19 || Dijodohkan

5.6K 275 21
                                    

"Kenapa lama sekali menjawab teleponnya?"

Suara Kang Kyung Seok terdengar merdu dari ponsel, sampai-sampai membuat Sung Min terpaksa menjauhkan ponsel untuk menyelamatkan telinganya dari kemungkinan tuli mendadak.

"Mianhae, aku baru bangun," sahutnya segera setelah kembali menempelkan ponsel itu ke telinga.

Tak lama kemudian, bel rumah berbunyi nyaring.

Astaga, siapa lagi sih?!

"Tunggu sebentar, Eomma, ada tamu. Mungkin pengantar koran."

Sung Min meletakkan selembar foto, yang sejak tadi terus menerus ia pandangi, di atas lemari kecil di dekat jendela. Gambar Sung Min berdua dengan Hyang Gi di Lotte World.

Kemarin dia dan bocah itu sempat berfoto menggunakan ponselnya, kemudian berinisiatif mencetaknya pada hari yang sama, sebagai memori pribadi. Fotonya di ponsel Sung Min lumayan banyak, tapi yang terbaik sepertinya hanya itu. Vanessa Heinz sendiri menolak ketika diminta untuk berfoto bersama. Kecewa, pasti. Ah tapi tak apa, gambar Hyang Gi cukup untuk membuat ponsel Sung Min menjadi semakin menarik perhatian.

Pelan, dia bangkit dari tempat tidur dan menuju pintu depan yang jauh sekali dari kamar. Tampilannya masih kusut dan Sung Min tidak peduli dengan celana pendek berwarna pink dan kaos tanpa lengan berwarna hitam yang ia pakai sekarang ini keadaannya masih awut-awutan bekas dipakai tidur.

Dia membuka pintu dengan tangan kanan sementara ponsel dengan sambungan telepon dari sang ibu masih tergenggam dengan tangan kiri.

Pintu menjeblak terbuka dan Sung Min mendapati ibunya berdiri di sana dan benar saja!

"KEJUTAN!"

Sang ibu membentangkan tangannya dan menarik kepala Sung Min untuk dicium di bagian kening. Oh bagus sekali. Dia benar-benar terkejut! Terlebih sang ibu datang bersama dia.

"Kau lihat, ibumu ini tidak sendirian! Omo, omo! Lihatlah kau acak-acakan menyambut tamu cantik seperti kami berdua begini! Memangnya kau bangun jam berapa jika sedang tidak bekerja dan tidak sedang di Ilsan, hah? Kau ini benar-benar! Kemarin semua orang menunggu kedatanganmu, tahu?"

Kang Kyung Seok langsung masuk tanpa dipinta. Park Yoo Jin yang datang bersama hanya tersenyum malu-malu saat ikut melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.

"Silahkan duduk, Yoo Jin-sshi, mau minum apa?"

"Tidak perlu menawarinya minum dengan keadaanmu yang seperti sekarang ini, Sung Min-a! Aigoo, lihat saja! Kau tak ubahnya seperti kera yang baru melihat sinar matahari. Ke mana putraku yang tampan? Astaga. Sudah, mandi sana. Air minum untuk Yoo Jin biar aku saja yang buat."

Kang Kyung Seok berkata sambil mendorong-dorong putranya menuju kamar mandi di bagian kiri rumah.

"Ya ampun, benar-benar tidak terurus. Sudah berapa bulan aku tidak ke sini? Hampir satu tahun! Astaga, Sung Min-a, sampai kapan kau mau begini? Kau harus punya istri yang bisa merawatmu dengan baik. jadi ibumu ini tidak perlu mencemaskanmu seperti saat ini."

"Eomma berlebihan," sela Sung Min setelah mengambil handuk pink yang tergantung tidak jauh dari kamar mandi.

"Aku tidak berlebihan, Sung Min-a. Lihat kau sekarang, terlihat lebih kurus. Sebenarnya apa yang kau makan selama di sini? Apa yang mencukupi standar hidupmu, hah?"

"Eomma, kau berjanji untuk tidak membahas tentang kehidupanku kan. Setidaknya arah hidupku sudah benar dan―"

"Dan kau pergi ke masjid."

Ibunya menskak-mat. Matanya garang mendelik ke arah Sung Min. Pandangannya tetap teduh, hanya saja Sung Min melihat seberkas ancaman di salah satu sudut matanya.

[✓] A Wedding Dowry That She AskedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang