26 || Meminta Restu

5.7K 309 58
                                    

"Ini, makan yang banyak, Sung Min-a."

Suara Kang Kyung Seok terdengar silih berganti dengan denting sendok nasi beradu dengan wadahnya. Lee Chun Hwa menyodorkan mangkuknya agar istrinya itu menuang samgyeopsal ke sana karena sejak tadi istrinya itu hanya menuang ke mangkuk milik Lee Sung Min, putra mereka.

"Aku juga mau, Yeobo."

"Iya, tunggu sebentar, uri Sung Min harus makan yang banyak. Lihatlah, wajahnya agak pucat. Sepertinya sedang banyak pikiran!"

Kang Kyung Seok meletakkan mangkuk penuh berisi samgyeopsal ke hadapan pria berusia tiga puluh tahun tersebut, yang sejak tadi terdiam dalam duduknya. Benaknya berkecamuk, berkelebatan banyak hal. Matanya boleh jadi memandang mangkuk, tapi pikirannya melayang tentang bagaimana caranya memberi tahu kepada keluarganya, perihal kejadian pagi tadi yang ia pilih untuk ia alami.

Perihal kembalinya ia kepada Islam.

Lee Sung Min memberanikan diri bersuara ketika perhatian sang ibu tengah teralih pada mangkuk sang ayah. "Eomma..."

"Kenapa, Sung Min-a? Apa masakanku tidak enak?" tanya Kang Kyung Seok, menghentikan gerakan tangan Sung Min yang menyendok samgyeopsal. Kening wanita berusia senja itu sedikit mengernyit melihat kebimbangan dalam raut wajah putranya. "Kau bahkan belum menyentuhnya sama sekali? Ada apa, Sung Min-a? Apa ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu? Hm?"

"Dari tadi kulihat kau tampak agak berbeda, Sung Min-a," Lee Chun Hwa menyela, "apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?" tanyanya sembari menerima uluran semangkuk samgyeopsal dari istrinya.

Lee Sung Min menoleh ke arah ayahnya, seketika membeku bercampur takut. Ayahnya biasanya lebih tahu perihal apapun yang ia sembunyikan ketimbang sang Ibu. Bukan karena Sung Min tidak dekat dengan ibunya, hanya saja karena sang ayah lebih sering memahaminya daripada sang Ibu yang lebih condong merasa paling tahu tentang seorang Lee Sung Min.

"Kau ingin sampaikan apa, Sung Min-a?"

Kali ini ibunya yang bertanya. Wanita itu sudah duduk di kursinya dan mangkuk beserta sumpitnya sudah di tangan.

"Ah, apapun itu, sebaiknya kita makan dulu. Ayo, makan, semuanya makan!"

Kedua orang tuanya mengatupkan mata dan tangan bertaut masing-masing di depan dada. Pria itu melirik ayah dan ibunya bergantian. Dia bukan saja banyak pikiran, tapi juga posisinya sebagai seorang muslim, melarangnya memakan samgyeopsal buatan ibunya yang jelas-jelas terbuat dari daging babi.

"Sung Min-a!"

Suara Kang Kyung Seok menyentak Lee Sung Min yang langsung tergagap, setengah pucat ia meraih mangkuk samgyeopsalnya, mengaduknya dalam diam.

"Kau sedang ada masalah kah? Terlihat sangat tidak konsentrasi atas apapun. Kupikir kau tertidur sesaat tadi."

"Ehm, tidak, Eomma, aku baik-baik saja," sahutnya sambil tertunduk, mengingat kejadian pagi tadi.

.

.

.

PAGI ini, pada akhirnya dia berhasil melewati satu fase penting dalam hidupnya. Dia berhasil 'kembali' memeluk agama Islam. Atas permintaan mahar yang diajukan oleh Vanessa Heinz dan berbekal keingintahuannya, Lee Sung Min telah memantapkan diri untuk menempuh jalan Islam.

Dia begitu senang ketika bersujud. Begitu sejuk ketika berwudu. Begitu semangat ketika Al Qasam bercerita tentang perjuangan-perjuangan Nabi Muhammad dalam memperjuangkan Islam.

Begitu terpesona pada keindahan Islam.

Banyak orang berkata bahwa semua agama adalah sama, intinya mengajarkan kebaikan. Tapi baginya kini, atas semua jawaban-jawaban Al Qasam dan juga kemantapan hatinya, Lee Sung Min memilih agama yang berTuhan satu, Allah 'Azza wa Jalla.

[✓] A Wedding Dowry That She AskedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang